Chapter 2

1624 Words
Si cantik berambut pirang yang merupakan putri dari seorang pria bernama James Re'xenzi, seorang pengusaha properti yang berpengaruh di Amerika atau juga bisa di sebut sebagian belahan dunia. Tapi menjadi putri dari seorang pengusaha besar ternyata tak membuat Stella Rayhana bahagia. Mungkin di luaran sana banyak yang berpikir lebih menikmati kemewahan dunia dari pada sebaliknya, tapi bagi dirinya yang merasakan langsung kehidupan ini amat sangat menyakitkan. Selama lebih dari dua puluh tahun hidupnya tak pernah sekali pun dirinya menikmati bebasnya dunia. Dia seperti Rapunzel yang terkurung di menara, bedanya Rapunzel lebih beruntung karena menemukan pangeran yang bisa membebaskannya, sedangkan dirinya? Ia tak kenal dekat apa lagi sangat dekat dengan siapa pun, terkecuali bi Lely -Pembantu yang merawatnya dengan penuh kasih sayang seperti seorang ibu sejak dirinya masih bayi sampai sekarang menginjak usianya menginjak 21 tahun. Sedangkan keluarganya? dirinya terlalu benci untuk mengakui sang tuan rumah sebagai keluarganya. Kenapa? Tentu saja Ia benci! Yang menyebabkan keluarga harmonisnya hancur tak lain adalah ulah sang Ayah. Peristiwa kehancuran keluarganya itu terjadi saat dirinya masih berusia 5 tahun, Dirinya yang masih kecil saat itu begitu sedih karena menyadari perubahan besar yang terjadi pada sang ayah. Sosok ayah yang sangat penyayang dan penuh cinta hilang menjadi sosok mengerikan yang selalu membentaknya dan menyakitinya. Sampai di suatu pagi, hatinya merasa patah hati saat sang ayah membawa seorang wanita yang lebih muda dari ibunya dengan bayi laki-laki di gendongannya dan ternyata wanita itu merupakan mantan tercinta sang Ayah, dan saat itu yang bisa di tanggap kedua mata mungilnya ialah sang ayah yang menatap wanita itu adalah kasih sayang penuh cinta yang di bencinya sampai saat ini. Pancaran yang selalu menghampiri dirinya, kakaknya dan sang ibu dan saat itu telah di ambil oleh b***h itu sampai saat ini. "Daddy!" Terdengar teriakan dari seorang bocah cantik yang tengah menuruni tangga dengan riangnya. "Daddy, Daddy... Aku ingin pi-" pekikan bocah cantik itu terhenti kala kedua mata bulatnya mendapati sosok wanita asing di sebelah sang ayah. "Dia siapa?" nada suara yang keluar dari mulut mungil itu terdengar tak suka. James melebarkan senyumnya yang tak sampai pada Stella. Bocah itu seakan tahu senyuman itu bukan senyuman tulus yang selalu dia dapatkan. "Dia Mommy barumu. Stella. " ucapnya. Dan Stella kecil mengernyitkan alisnya tak mengerti. "No!" Katanya dengan kepala menggeleng. "My Mommy Seila Rayhana!" Dan James tampak menggeram dengan tatapan terlempar tak suka pada putri kecilnya itu. "Dia Mommymu sekarang Stella. Bersikap baiklah padanya. Mengharapkan Mommy Seliamu percuma!" ucapnya dengan nada tinggi di beberapa kalimat akhirnya. "No Daddy!" "Dia bahkan sudah meninggalkanmu!" Bentak James membuat Stella kecil tersentak akan bentakan itu. "Daddy.." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca. "Stella!" saat James memangkas jaraknya untuk menggapai putrinya itu, Stella malah menghindar dan dengan panik memanggil-manggil ibunya. "Mommy? Mommy where are you?!" teriaknya dengan kaki mungilnya yang kesana-kemari. "MOMMY!" Dan tak tahan karena panggilannya tak terjawab Stella memekik kencang dengan isak tangis yang mengiringinya. Sedangkan James yang melihat Putrinya itu kembali mendekat untuk meraihnya tapi saat putrinya itu kembali menghindar dia menariknya paksa dengan sedikit kasar. "Daddy!" "Shut up, Stella!" Geram James dengan tangan menekan pinggang mungil putrinya itu. "Dan kamu, tahu arah ke kamar kita bukan?" ucap James bertanya pada wanitanya yang kemudian mengangguk sebagai balasan. "Tunggu aku di sana." Setelahnya James membawa Stella yang terus meronta menuju lantai atas dan mengurungnya di sana. "Karena kau melawan ini hukumanmu. Baby girl!" "NO! DADDY NO!" Stella kecil bahkan memukul-mukulkan tangan mungilnya saat pintu besar di hadapannya itu tertutup. "Daddy!" Lirihnya masih bertahan meski tubuh kecilnya merasakan cape karena perlawanannya. Sampai kemudian suara tangis lirih itu lenyap dan terganti tubuh mungil itu tertidur meringkuk ke arah pintu dengan air mata yang sudah mengering di kedua pipinya. Detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan bahkan umur yang berganti dengan perasaan cinta yang telah berubah untuk sang ayah dimana setelah peristiwa itu sampai di detik ini kebencian masih setia menemani hatinya. Stella tersentak saat merasakan tangan besar memeluk pinggangnya dengan erat. "Sam!" sentaknya sembari menepis kasar tangan kurang ajar itu. Sam Re'xenzi, merupakan anak ke tiga James Re'xenzi yang merupakan ayahnya sendiri dari istri keduanya dan otomatis adik tirinya. "Keluar kau!" ucap Stella sembari menunjukkan tangannya ke arah pintu. Mengusir pria itu dari kamarnya. "Oh, slow sister aku hanya merindukanmu, kita tidak bertemu selama seminggu. " ucap pria itu dan dengan secepat kilat lelaki itu menarik tubuhnya lalu menciumnya dengan kasar. Sedangkan Stella yang terkejut langsung melepasnya kasar dan kemudian... Plak! Tangannya melayang dan mendarat kasar di pipi kanan lelaki itu hingga menimbulkan rona merah. Kemudian dengan nafas memburunya, Ia membersihkan bibirnya yang kotor karena di cium adiknya sendiri. Lelaki itu benar-benar gila! Sedangkan Sam menatap kakak sedarah dengan darah ayahnya itu menggeram kesal. Tidak hanya di tolak pipinya pun sakit, sial! Lalu tangan besarnya mencengkeram rahang Stella dengan kuat membuat wanita itu kesakitan. "Kau benar-benar jalang murahan, kak. " desisnya. Stella malah terkekeh kecil. "Kau mengatai dirimu sendiri, hah?!' "Kau...Sialan-" "Harusnya kau juga ucapkan itu pada Ibumu." Sela Stella dengan tatapannya yang menyeringai. Sedangkan Sam wajahnya sudah memerah padam. "Kau—!" "Apa? Benarkan yang Aku ucapkan. Ibu tercintamu itu muncul di tengah-tengah kebahagiaan keluargaku!" Desis Stella masih menjaga intonasi suaranya tetap tenang sedangkan matanya tampak memerah karena menyimpan berbagai emosi. "Walau akhirnya ayah kita itu memang busuk!'" Lanjutnya dengan nada menekannya yang terdengar sarkas. "Dan kau amat sangat bodoh karena menaruh hatimu padaku." Ucap menutup ucapannya dengan tatapan miring penuh makna sedangkan Sam tampak semakin geram terbukti dengan tangannya yang mencengram wajah Stella mengetat membuat wanita itu meringis. "Kau salah menghinaku, sister!" Dan tanpa di sangka tangan pria itu berpindah gesit pada bagian dadanya dan-Merobeknya kasar, membuat Bra berwarna merahnya terlihat, kemudian menghimpit tubuhnya di dinding. Stella yang terkejut tentu saja meronta dan tanpa sadar kakinya melayang di antara paha Sam yang kemudian membuat sang adik melonggarkan jaraknya dan kesempatan itu tak di lewatkan oleh Stella yang langsung mendorongnya sampai terjatuh karna tak kuat dengan rasa sakit di area selangkangannya. Stella lalu melangkah ke pintu, mengecek kondisi di luar dan ternyata aman, tidak banyak yang berjaga. Wanita itu lalu melangkah mendekati ranjang dan tanpa di sangka mengambil sebuah pistol di balik bantal. Entah dari mana pistol itu? Tiba-tiba seorang wanita berumur 40 tahunan memasuki kamar. "Non, tuan Sam?" "Tidak usah pedulikan, sebaiknya sekarang bibi ikut denganku pergi. " "Tapi non-" "Tidak ada tapi-tapi, ayo!" Stella menarik bibi yang telah selama ini merawat dan menyayangi dirinya itu keluar. Mereka mengendap-endap dan saat sampai di depan pintu Stella melihat dua orang pria menghampirinya dan tanpa pikir panjang Stella langsung menendang para pria itu. Well, meski hidup bagaikan Rapunzel, Ia sedikit-sedikit bisa mempraktikkan seni beladiri yang di lihatnya di acara televisi. Mereka berdua berhasil keluar, tapi pintu gerbang masih tertutup, Stella mencoba mencari akal dan ide muncul di kepalanya, wanita itu mengeluarkan pistol dari saku celana jeansnya lalu melangkah ke pos satpam yang bertugas menjaga gerbang. "Buka gerbangnya!" perintahnya dengan todongan pistol di pelipis satpam itu. Sedangkan sang satpam yang tak punya pilihan lain menurut dari pada kepala bocor dan tewas mengenaskan. Karena memang remot itu terhubung dengan gerbang pintu. Setelah gerbang berhasil terbuka, Stella dan bibi berlari keluar tapi sepertinya nasibnya belum berpihak kepadanya, ternyata anak buah ayahnya mengejarnya. Stella tanpa takut atau ragu langsung menembakkan pistolnya ke arah mereka yang sukses ambruk setelah terkena tembakan sedangkan yang tersisa masih mencoba mengejarnya. "Bibi pergilah dan bersembunyi, aku akan mengalihkan perhatian mereka setelah itu kita bertemu kembali bibi janji harus terus bersamaku. " ucap Stella. Bibi hendak protes. "Tidak ada tapi-tapi lagi. Ini perintah langsung dariku. " sela Stella. Bibi mengangguk. "Tapi kalau bibi tertangkap non tetap harus lari." Mendengarnya Stella tentu menggeleng. "Tidak!” "Tidak ada tapi, lari adalah keinginan lama non, bibi tak mau melihat non tersisa lagi karena tuan. Jadi lari apapun yang terjadi dengan bibi, oke? "Tapi.." "Oke?" Dan akhirnya Stella mengangguk meski berat. Dan akhirnya mereka pun itu pergi berlainan arah dengannya, tapi ternyata harapannya tak terkabul karna kedua matanya mendapati bibi yang di sayanginya itu tertembak dan kemudian terjatuh dengan darah mengucur dari punggungnya. Ingin menolong tapi tak bisa, mengingat perkatan bibi akhirnya Ia melanjutkan rencana kaburya. I am sorry, semoga bibi selamat. Doa batinnya memohon. Dan di antara derai kecil air matanya, bertepatan menoleh ke belakang untuk mengetahui keamanannya yang ternyata anak buah ayahnya itu pantang menyerah terus mengejarnya dan saat dirinya terdesak tanpa sadar pistol Ia jatuhkan. "Tuhan tolong aku." Lirihnya. Dan tepat di hadapannya Ia melihat seorang pria keluar dari mobil dengan di kawal beberapa pria berjas hitam, lalu tanpa pikir panjang Ia menghamburkan tubuhnya pada tubuh besar pria itu. *** "Miss?" Kenzu terkejut saat tubuhnya tiba-tiba di peluk. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya terheran sambil mencoba melepas pelukan yang terasa kuat melilit tubuhnya itu. "Aku tahu aku tampan tapi tidak seperti ini juga. Miss.. " ucap Kenzu dengan percaya dirinya. Tapi jawaban wanita itu malah membuat Kenzu ingin menghilangkan kata katanya tadi. "Aku tidak mengenalmu tapi aku mohon bantu aku. " ucap Stella menyembunyikan wajahnya di d**a lelaki yang tengah di peluknya itu. Melihat anak buahnya yang bergerak untuk menolongnya, Kenzu menahannya. "It's oke." Detik berikutnya Kenzu tertegun merasakan tubuh wanita itu bergetar dengan isak tangis yang terdengar samar di telinganya. Perempuan ini menangis? Kenzu lalu mengedarkan pandangannya dan melihat beberapa orang tengah berlari kearahnya dan entah karena alasan apa perasaannya yang merasa tak enak. Saat akan menyeret wanita itu untuk masuk ke mobil, tangan wanita itu terlebih dulu di tahan seseorang. "Nona, ayo ikut saya. " Ucap anak buah ayah Stella. "Lepaskan tanganmu. " desis Kenzu saat pria itu menarik paksa perempuan yang beberapa saat lalu memeluknya itu. Anak buah ayah Stella malah menatap Kenzu dengan pandangan berani. Kenzu terkekeh mendapati tatapan itu. "Kau cari mati. Hah!" geramnya dengan tatapan berubah dingin. "Bereskan mereka. " perintahnya pada anak buahnya kemudian menarik Stella memasuki mobil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD