LYU-10

1028 Words
Suara ketukan pintu mengagetkan Indira di mana jam sudah menunjukkan setengah 7 dengan cepat aku membukanya ternyata bibi yang menatap dengan bingung pasalnya Indira masih menggunakan pakaian tidur. "Belum siap? Mas Fajar udah di depan" Indira melotot mendengarnya. Setelah menutup pintu langsung menuju kamar mandi sampai lupa membawa pakaian ganti untung pakaian yang dipakai barusan belum masuk keranjang kotor sementara dan langsung berjalan menuju kamar, tidak berdandan baik dulu ataupun sekarang bukan karena tomboy tapi Indira memang tidak menyukai make up seperti cewek lainnya. Fajar tampak asyik berbicara dengan para pria di rumah ini membuat Indira hanya menggelengkan kepala. Rosa yang melihat Indira langsung memberikan kotak bekal untuk Fajar sedangkan Indira dibiarkan seolah anaknya sekarang adalah Fajar. Fajar yang melihat kedatangan Indira langsung berpamitan dengan membantu membawakan bekal dan tidak lupa mengucapkan terima kasih pada Rosa dan dapat terlihat wajahnya yang bersinar. Indira melihat penampilan Fajar cukup rapi hari ini dan Indira rasa pasti akan ada yang diurus jika sudah seperti ini dan pasti sesuatu yang serius. "Kakak hari ini kemana?" tanya Indira masih menatap penampilan Fajar. "Ke RSJ sampai siang ada pasien yang kumat dari kemarin teriak-teriak" jawab Fajar dan Indira hanya bisa mengangguk karena belum terlalu paham "kesana sama Bu Retno ini beliau nunggu di kampus kita berangkat bareng dengan beda mobil." Ibu Retno adalah dosen senior di psikologi klinis, beliau orang yang sangat tegas. Beliau juga seperti musuh bebuyutan dengan dosen wali Indira yaitu Bapak Hadi. Sedangkan Fajar ini menurut info adalah mahasiswa kesayangan dari Bu Retno, beliaulah yang memotivasi Fajar hingga seperti ini. Indira sendiri juga kurang paham apa yang dilakukan di RSJ itu walaupun diceritakan berkali-kali setiap bertemu dengan Fajar, pada dasarnya Indira tidak terlalu paham dengan hal-hal yang belum pernah berada di depan atau dalam melakukan sesuatu tapi setidaknya Fajar memberikan gambaran bagaimana sebenarnya kehidupan seorang psikolog. Indira baru tahu jika Fajar memiliki usaha bersama teman-teman SMA dan sekarang cukup berkembang di samping itu Fajar juga membuka biro psikologi dengan psikolognya adalah sahabatnya sendiri semasa kuliah. Info dari mereka Fajar ke kampus hanya untuk mengikuti kuliah yang nilainya perlu diperbaiki, kegiatan kampus jarang bisa dia ikuti. Fajar hanya membantu bukan terlibat dalam kegiatan di kampus seperti ketika kami bertemu pada saat masa orientasi, semua junior menghormati Fajar bukan karena lama lulus tapi semua yang dilakukan Fajar seolah menjadi panutan mereka. Tidak salah jika Indira menjadi perhatian banyak pihak karena Fajar sendiri adalah kesayangan para dosen, sebelum kejadian menimpa Fajar dulu adalah pria cerdas, ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja tapi semenjak kejadian itu sifat Fajar berubah dan Indira tidak tahu apa itu. "Dir" panggil Fajar membuyarkan lamunan dan langsung menatapnya "ini gak tahu selesai dari rsj jam berapa, kalau belum datang pulang sendiri ya" Indira mengangguk "nanti kabar-kabar lagi aja" Indira mengangguk sekali lagi. Turun dari mobil dengan Fajar berjalan disamping membuat Indira merasa sedikit nyaman berada di orang yang melindungi dirinya, bahkan Fajar tidak malu untuk menggenggam tangan Indira. "Mas Fajar, dicari Bu Retno tu" ucap Romi begitu melihat mereka berdua datang membuat Fajar melepaskan genggaman tangan dan langsung menuju ruang dosen menemui Retno. Sepeninggal Fajar ke ruang dosen beberapa senior membicarakan mengenai Retno yang sangat menyayangi Fajar dan sikap Retno yang selalu pilih kasih antara mahasiswa pria dan wanita, menurut berita yang beredar itu lebih karena belum menikah di usia yang tidak muda lagi atau bisa dibilang perawan tua. Tidak lama kemudian kami melihat Fajar dan Bu Retno keluar dari dalam kampus menuju ke gazebo tempat semua kumpul berdampingan. Fajar menatap Indira yang bingung karena tiba-tiba menghampiri ke gazebo "Jonathan, sibuk?" tanya Retno dengan pandangan ke arah Jonathan salah satu kandidat ketua BEM. "Gak kenapa, bu?" jawab Jonathan langsung. "Ikut saya sama Fajar ke RSJ sekarang" ajak Retno yang dilakukan Jonathan hanya diam sambil menunjuk diri sendiri membuat kami hanya bisa tersenyum "di sini yang saya kenal siapa kalau bukan kamu dan satu-satunya nama Jonathan cuman kamu. Ayo buruan kamu sama Fajar, saya sama mobil fakultas kita ketemuan di sana" ajak Retno yang langsung jalan ke arah parkiran. "Beneran ini, mas?" tanya Jonathan menatap Fajar. Fajar mengangguk "buruan biar gak kelamaan di sana. Gue pinjem Jonathan ya semua" ijin Fajar menatap semua yang ada disana. Semua mengangguk lalu Jonathan dan Fajar langsung pergi dari hadapan kami semua. Setelah kepergian mereka berdua kami mulai aktivitas baru dan karena game tidak terlalu berat membuat Indira tidak terlalu lelah. Acara selesai lebih cepat dari waktu yang diperkirakan karena Wahyu menjelaskan dengan sangat jelas dan seolah semua adalah teman, selepas masa orientasi senior selalu menekankan bahwa kami adalah teman bukan senior dan junior tapi meskipun begitu kami masih menghormati mereka sebagai senior. Senior Fajar Depan gazebo 30 menit lagi. Pesan dari Fajar bertepatan dengan berakhirnya pembicaraan kami dengan cepat Indira membalasnya bahwa akan menunggu sesuai permintaan Fajar, satu persatu sudah undur diri melakukan aktivitasnya masing-masing. "In, langsung pulang?" tanya Mala ketika Indira memasukkan ponsel. "Tunggu Kak Fajar" jawab Indira menatap Mala. Mala mengangguk "kantin aja yuk ada Mas Romi juga." Indira menggelengkan kepala "aku tunggu di gazebo aja biar tahu Kak Fajar datang atau belum" Mala memutuskan menemani Indira di gazebo sampai Fajar datang, belum lama di gazebo Romi datang bergabung dengan duduk sebelah Mala membuat Indira menggelengkan kepala pada kekasih baru tersebut. "Jadi kalian belum ada perkembangan?" tanya Romi sedangkan Indira hanya diam tidak tahu harus menjawab apa. Indira menatap mobil Fajar dari jauh lalu tidak lama berhenti depan gazebo diikuti Jonathan keluar dari mobil dengan wajah lelah berjalan ke arah gazebo bergabung bersama, mereka semua menatap Jonathan yang tampak lelah. "Buruan sana ngapain masih disini" tegur Jonathan membuat Indira langsung masuk ke mobil Fajar. Fajar menatap Indira sekilas lalu mengacak rambut pelan seketika Indira merasakan jika suhu di mobil ini panas dan wajahnya langsung merah diperlakukan begitu oleh Fajar, walaupun bukan pertama kali. "Jangan lupa ya sabtu besok datang ke wisuda aku" ucap Fajar memecah keheningan dan Indira langsung mengangguk "aku jemput" Indira menggelengkan kepala "aku yang kerumah kakak aja dan jam berapa?." "Jam 7 sampai rumah, tau rumahnya? terus berangkat sama siapa?" Fajar menatap Indira sekilas. "Rahasia" jawab Indira memberikan tatapan menggoda membuat Fajar semakin membelai rambutnya kembali. Indira tidak tahu bagaimana Fajar bersikap seperti ini kepada dirinya, melihat sikap Fajar seperti ini Indira tidak percaya pada berita yang tersebar selama ini mengenai Fajar. Tapi bukankah seseorang mudah menutupi perasaannya seperti yang Indira lakukan dengan masih menutupi perasaannya pada Dimas atau mungkin sudah tergantikan oleh Fajar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD