LYU-11

1495 Words
Hari di mana wisuda Fajar adalah esok hari dan malam ini Indira membongkar seluruh lemarinya mencari pakaian yang cocok dan sopan ketika bertemu dengan seluruh keluarga Fajar. Rosa dan bibi yang berada di dalam kamar ikut bingung mencarikan pakaian, akhirnya dress berwarna kuning menjadi pilihan terakhir dan kekacauan dalam kamar langsung dibersihkan bibi. Setelah bibi keluar Indira menyiapkan hadiah atas kelulusan Fajar dengan membungkusnya. "Pagi banget bangunnya?" goda bibi membuat Indira cemberut "Ya mau ke wisudanya Kak Fajar, lupa" Indira menbalas godaan bibi namun bibi hanya menganggukkan kepala. "Berangkat sama siapa?" tanya Rosa ketika melihat Indira di dapur. "Mbak anter ya pengen liat yang namanya Fajar" ucap Nadia yang langsung Indira anggukin karena daripada menggunakan online dengan segera Indira siap-siap. Nadia mengantar bersama Lily karena mereka berdua ingin tahu bagaimana Fajar. Semalam Fajar bilang akan menjemput atau dijemput Ryan namun Indira menolak karena pasti di rumah sibuk-sibuknya dan Indira tidak mau memberi nilai negatif pada kedua orang tua Fajar. Dari keluar rumah sampai hampir dekat rumahnya Fajar tidak berhenti mengirimi pesan memastikan Indira memang bersama Nadia. "Ini rumahnya?" tanya Nadia yang langsung Indira anggukin "mbak gak turun ya langsung balik" sebelum Indira keluar mobil Indira hanya bisa mengangguk lalu mencium Lily sekali lagi membuatnya cemberut. Fajar ada di samping pintu mobil ketika Indira akan keluar "baru sampai? sama siapa?" tanya Fajar. Indira menghembuskan nafas "ini baru turun sama Mbak Nadia Lily" jawabku sambil menunjuk mobil Nadia yang masih ada di depan rumah. Fajar lalu mendatangi Nadia meninggalkannya sendirian, Indira memandang mereka berdua berbicara dan beberapa kali Fajar mengangguk ketika Nadia berbicara dan terakhir mereka tertawa bersama membuat Indira mengernyitkan kening penasaran apa yang mereka bicarakan. "In, mbak balik" ucap Nadia membuka jendela "jaga diri" Indira mengangguk. Mereka berdua menatap kepergian mobil Nadia dan Lily beberapa kali melambaikan tangan pada mereka sebelum benar-benar menjauh. Indira merasakan tangan berada di pinggangnya membuat jantung berdetak kencang. "Kamu cantik" bisik Fajar menarik Indira masuk ke dalam "masuk" ucap Fajar sambil membuka pintu dengan tangan yang lain masih di pinggang. "Bu, Indira datang" panggil Fajar dari ruang tamu. Ibu dan bapak Fajar keluar dengan penampilan siap pergi membuat jadi tidak enak karena mereka menunggu. Indira langsung mencium tangan mereka berdua seperti yang selama ini dilakukan pada kedua orang tuanya atau orang yang lebih tua lainnya. "Ini yang namanya Indira" kata pria tua yang wajahnya berbeda dengan Fajar membuat Indira mengangguk "imut kaya anak sekolahan." "Bapak jangan gitu nanti Indira malu" ucap Fajar membuat Indira langsung tersenyum kikuk "sudah siap semua?" tanya Fajar menatap keluarganya yang hanya ibu bapak dan adiknya saja bernama Fanny "kalau sudah kita berangkat." Indira duduk di belakang bersama Ima (ibunya Fajar) dan Fanny sedangkan Ferdy (bapaknya Fajar) di depan bersama Fajar, kami naik mobil yang Indira yakini bukan mobil Fajar karena yang menyetir Ferdy. "Indira anak keberapa dari berapa saudara?" tanya Ima menatapku lembut. "Bungsu dari tiga bersaudara, bu" jawab Indira sambil menatap ibu. "Wah botol ketemu tutupnya, bu" ucap Ferdy membuat Ima tersenyum. "Mas Fajar itu sering gak dirumah, mbak" ucap Fanny memecahkan keheningan "sibuk mulu apalagi beberapa bulan ini." "Sibuk apa?" tanya Indira penasaran "tapi Kak Fajar bukannya memang sibuk?" Indira menatap Fanny bingung. "Sibuk mikirin mbak" jawab Fanny santai dengan senyum jahilnya. Indira tidak tahu harus bicara apa dan hanya saling pandang lewat kaca dengan Fajar membuat langsung menunduk karena malu. Mereka masuk ke dalam gedung serba guna tempat wisuda dilaksanakan. Fajar membeli undangan buat Indira dan Fanny yang letaknya berbeda sedikit dengan kedua orang tuanya. "Mbak, suka Mas Fajar karena apa?" tanya Fanny begitu sudah duduk. Indira terkejut dengan pertanyaan Fanny yang langsung to the point "Kak Fajar tu dewasa, baik, nyaman aja sama dia" jawab Indira mencoba mengingat kebaikannya "kenapa?." "Gak papa mau gitu sama Mas Fajar" jawab Fanny santai sambil menatap tempat acara. "Kak Fajar memang kenapa?" tanya Indira balik dan penasaran tanpa menjawab pertanyaan Fanny "Mas itu gak pernah ngenalin teman cewek ke kita tapi akhir-akhir ini sering banget cerita tentang mbak. Mas itu pendiam banget, mbak. Tapi dia itu sayang banget sama keluarga apalagi ibu dan aku" jelas Fanny. "Cerita apa?" tanya Indira penasaran tapi sayang Fanny tidak menjawab dan akhirnya fokus pada acara. "Selamat ya finally lulus, mas" ucap Fanny lalu memeluk Fajar erat. "Makasih sayang" balas Fajar dan mencium puncak kepala Fanny membuat Indira hanya bisa tersenyum melihat interaksi mereka. "Udah kita langsung pulang sudah pada nunggu dirumah" ucap Ima memecah keadaan yang haru ini. Semua langsung pulang menuju ke rumah di mana sudah ada saudara dan juga teman-teman Fajar yang datang merayakan kelulusannya. Fajar langsung mengenalkan Indira kepada mereka semua. "Jadi dia ini, Jar?" tanya Rony salah satu teman Fajar namun hanya dijawab dengan tersenyum. "Gimana rasanya jadi orang terdekat Fajar?" tanya Awang menatap Indira dengan tatapan menggoda. "Pasti bosen ya" seru Nathali langsung tanpa memberi kesempatan menjawab. "Udah dia bingung tau" ucap Fajar sambil mengelus rambut dan menatap lembut. "Mbak Indira tu manis tau sayang kalau sama mas" celetuk Fanny yang tiba-tiba ikut bergabung. Indira melihat Kak Fajar cemberut "yang penting dia mau sama aku" ucapnya dengan percaya diri membuat Indira hanya tersenyum. Mereka bertanya pada Indira banyak hal berasa sedang di sidang habis-habisan karena mau menjadi bagian dari Fajar atau bahkan menerima dirinya. Teman-teman Fajar sudah pada pulang dan tadi Fajar juga sudah menghubungi Aria kalau pulang terlambat "Dik" panggil Fajar begitu kami bisa berduaan di taman belakang rumahnya ya panggilannya berubah semenjak beberapa jam yang lalu "pernyataan waktu awal kuliah belum dijawab ya sampai sekarang tapi kakak merasa nyaman sama adik" Fajar menatap lembut "kakak gak bisa janjikan apapun buat kita, tapi kakak akan berusaha yang terbaik buat adik. Setelah ini kakak akan lebih sibuk lagi dari kemarin-kemarin. Dan kakak harap hubungan kita bisa seperti ini terus" Indira menatap keseriusan di matanya "kakak bukan pria romantis tapi akan berusaha untuk menjadi yang terbaik buat adik. Kakak mau mencintai adik karena Allah bukan nafsu" Indira terdiam mendengar ucapan Fajar dan mencerna semua kalimatnya yang keluar. "Cinta" ulang Indira setelah terdiam lama dan Fajar mengangguk "sejak kapan?." Fajar diam tidak menjawab pertanyaan karena sudah waktunya Indira pulang sesuai dengan janji pada kedua orang tua Indira, ketika sampai rumah Fajar meminta maaf karena mengantarkan melebihi jam janjinya. **** "Masih libur?" tanya Rosa seketika Indira mengangguk. "Tante temenin Bagas ke sekolah ya" pinta Bagas sambil mengeluarkan tatapan memohon membuat Indira mengangguk dan Bagas mencium pipi Indira berkali-kali membuat Indira tersenyum. "Mbak Indira ada Mas Fajar di depan" ucap bibi Membuat Indira langsung keluar dan tidak sadar jika diikuti Bagas dari belakang, Fajar menatap Indira memberikan senyuman terbaiknya. "Ini yang namanya Om Fajar, tante" ucap Bagas membuat Indira terkejut karena tiba-tiba Bagas sudah berada di depan. "Halo Bagas ya aku Om Fajar" sapa Fajar sambil mengulurkan tangan. "Om gak boleh dekat-dekat sama tanteku, Tante Indira cuman milik Bagas" ucap Bagas dengan bahasa menantang Fajar membuat mereka berdua tersenyum. "Maaf Fajar ni anak posesif banget kalau sama Indira" ucap Heru lalu menarik Bagas "gak boleh gitu sama omnya." "Gak papa mas" ucap Fajar "om gak apa-apain tante" sambil mengacak rambut Bagas membuat Indira dan Heru melotot mendengar ucapan Fajar. "Diapa-apain aku tendang dirimu dari sini" ucap Heru menatap Fajar tajam. "Becanda, mas" ucap Fajar sambil tersenyum dan menggaruk tengkuknya. "Udah ayo masuk Fajar" panggil Aria "ikut kita sarapan." "Maaf ya" ucap Indira sebelum melangkah ke meja makan dan Fajar hanya mengangguk. Fajar mengantarkan Indira dan Bagas ketika tahu tujuan mereka berdua, berkali-kali menolak membuatnya hanya pasrah dengan keinginan Fajar. Sepanjang perjalanan Bagas selalu memberikan kode tidak menyukai Fajar membuat Indira semakin tidak enak. "Om Fajar kenapa ikut, tante" protes Bagas menatap Fajar tidak suka. "Tante ada perlu sama Om Fajar" jawab Indira menenangkan Bagas. "Tapi kan Bagas gak bisa sama tante, tante nanti kebanyakan sama om" ucap Bagas sedih. "Manjanya dirimu" ucap Indira sambil menciumi Bagas beberapa kali sampai Bagas tertawa dan menangis bersamaan. "Ampun tante" ucap Bagas tanda bahwa menyerah. Perjalanan selanjutnya di isi dengan suara Bagas yang banyak bertanya pada Fajar dan Fajar sabar memberikan penjelasan pada Bagas. "Belajar yang benar ya" ucap Indira ke Bagas sebelum masuk kelas. "Tante disini kan?" tanya Bagas sekali lagi dan Indira mengangguk sekali lagi "om jangan diapa-apain tanteku" ancam Bagas sebelum masuk kelas dan langsung Fajar memberikan tanda hormat. "Sayang banget Bagas sama kamu" ucap Fajar begitu Bagas masuk ke dalam kelas. "Ya donk, kak" jawabku bangga. "Jadi iri sama Bagas bisa di ciumin" ucap Fajar santai dan Indira menatapnya dengan mencerna kata-kata yang keluar "Indira minggu depan udah mulai masuk kan?" Indira mengangguk lalu terdiam. "Kakak mau kerja di mana nanti?" tanya Indira memecah keheningan. "Belum tahu mungkin mau coba di BUMN tapi gak sekarang soalnya masih sibuk dengan proyek belum lagi masalah RSJ" terang Fajar. "Ribet ya RSJ, kak?" tanya Indira. "Bu Retno belum bisa percaya sama anak-anak mau gak mau kakak yang jalan" jelas Fajarm "Aku dengar Bu Retno itu jahat ya, kak?" tanya Indira lagi. "Kalau sama cewek memang gak pernah ramah tapi kalau sama cowok bakal ramah banget" jelas Fajar. "Kakak beruntung donk nilainya bisa bagus" goda Indira namun Fajar cemberut. Fajar cemberut "beruntung di nilai doang tapi sekarang gak bisa lepas dari dia" sungut Fajar membuat Indira tersenyum lalu terdiam lagi menatap sekitar "Indira" panggil Fajar yang kali ini mencoba untuk berbicara di keheningan "nikah yuk" Indira langsung menatap Fajar setelah perkataan itu. Sekali lagi Fajar selalu tanpa prediksi dan Indira tidak tahu bagaimana menggambarkan hubungan ini, dan alasan Fajar mengambil tindakan cepat ini masih berputar dan banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD