Berusaha Mendekat

2330 Words
Mikayla duduk di salah satu kedai ternama yang menjual gelato mahal di mall hampir selama tiga puluh menit. Sampai kemudian bodyguard-nya datang dan memberikan ponselnya kepada Mikayla. “Captain Zeev masih berada di dalam gym, nona. Dan tidak ada rekan dari Akasha Airlines di tempat gym itu.” Ucap bodyguardnya yang Mikayla suruh sebagai mata-mata sebelum ia melancarkan aksinya. “Okay, good.” Jawabnya sambil mulai menguncir rambut panjangnya. “Pegang ini.” Begitu saja ia menyuruh bodyguard-nya memegang gelatonya yang belum habis. “Saatnya aku membuat semua hal seperti kebetulan, Zeevano.” Mikayla tersenyum licik. Lagaknya berjalan seperti orang yang hendak berolahraga di gym lengkap dengan pakaian serta sepatu olahraganya. Ia memicingkan mata saat melihat Zeev berjalan kearahnya sambil mengusap peluh di dahi dengan handuk kecilnya, tak sadar Mikayla ada beberapa meter dihadapannya, Mikayla dengan sengaja membuat skenario dengan menabrakkan dirinya kearah pilot tampan itu. “Oh my God, Captain Zeev! Kita jodoh banget nggak sih bisa ketemu disini?!” Zeev langsung memejamkan matanya sejenak karena menahan malu saat melihat orang-orang di sekelilingnya mulai melihat kearahnya dan Mikayla. Selain karena teriakan Mikayla, juga karena posisi mereka yang romantis—Mikayla yang hampir jatuh dan punggungnya di tahan oleh Zeev. “Eum… ini mau sampai kapan kita pose romantis kaya begini?” Celetuk Mikayla yang membuat Zeev langsung melepaskan tangannya dan membuat bokongnya hampir mencium lantai secara langsung. “Aduh!” “Capt! Sakit tauk!” Mikayla malah makin teriak. Lalu ia merengek sok imut. “Tolongin…” Namun Zeev malah melangkah menjauh sambil sedikit menutup mukanya. “Anggap saja kita nggak kenal.” “Captain Zeev!” Mikayla malah makin meneriakan namanya. Zeev menghela napas kasar dan langkahnya terhenti. Baru saja ia membalikkan badan dan hendak menolong Mikayla, seorang pria malah bersimpuh dihadapan Mikayla dan berusaha membantu wanita itu berdiri. “Kamu nggakpapa?” Tanya pria itu. “Eum, aku—” Mikayla lalu melirik Zeev, sedangkan Zeev langsung membuang muka. “Hehe, aku nggakpapa, kok.” “Syukurlah.” Mereka berdua kemudian berdiri. “Baru nge-gym disini?” “Eh? Iya, baru. Hehe.” “Oh pantesan, saya baru lihat soalnya.” Pria itu tak sadar jika Zeev masih memperhatikan dari jauh. Sampai kemudian pria itu mengangsurkan tangannya, mengajak berkenalan. “Evan.” Dan kemudian Zeev mendengkus melihat modus pria itu. “Bisa-bisanya!” Tapi semakin diperhatikan, Mikayla malah menyambut tangan pria itu dan mereka berkenalan, bahkan mengobrol sebentar sampai kemudian pria itu menemani Mikayla saat berolahraga dengan alat angkat berat. Zeev lagi-lagi masih memperhatikan dari jauh, ketika Mikayla meliriknya lagi, Zeev mengalihkan tatapan matanya lagi dan berpura-pura membenarkan rambut. Dalam diam Mikayla mengulum senyumnya. Rencananya untuk mendekati Zeev pada saat sedang gym mungkin memang gagal. Tapi Mikayla bisa melihat sisi manis Zeev ketika memantau dirinya yang sedang bersama pria asing. Ketika Mikayla melihat lagi kearah Zeev, pria itu kini benar-benar pergi meninggalkannya dengan masuk kedalam kamar mandi begitu saja. Membiarkan Mikayla yang tidak ingin berolahraga jadi berolahraga sungguhan karena ada seorang pria yang membantunya. “Jangan-jangan kamu personal trainer, ya?” celetuk Mikayla saat menggunakan alat angkat besi untuk melakukan gerakan lat pulldown. Mikayla menarik tali yang membuat besi dihadapannya terangkat dan kemudian menaikkan tangannya secara perlahan sehingga besi dihadapannya turun kebawah. Namun lelaki yang berkenalan dengannya tadi malah terkekeh. “Aku cuma sering kesini. Masa karena bantuin orang baru langsung disangka personal trainer? Emang wajah aku kaya gitu?” Mikayla sontak tertawa kecil. “Bukan wajahnya sih yang mirip, tapi tingkahnya, hahaha.” “Maaf, punggungnya tegap lagi coba.” Pria itu kemudian menyentuh punggung Mikayla. Tapi anehnya, sentuhan itu tidak kunjung dilepaskan. Malah pria itu menetap di punggung Mikayla cukup lama. “Tangannya di benerin lagi coba.” Pria itu dengan cepat menggerakan tangannya dari belakang punggung ke depan dadaa Mikayla, sehingga entah sengaja atau tidak, namun telapak tangan pria itu mengenai dadaanya. Sontak Mikayla langsung melepaskan pegangannya pada alat gym itu secara tiba-tiba. “Eh? Kenapa?” Tanya pria itu terkejut. Mikayla mencoba mengatur napasnya. Tapi karena gym ini lumayan ramai dan mungkin saja itu ketidaksengajaan, maka Mikayla tetap mencoba bersikap ramah dengan tersenyum kecil. “Kamu nggak mau olahraga juga? Daritadi kamu cuma nemenin aku doang, loh.” Mikayla berkelit agar pria yang barusaja berkenalan dengannya ini segera menyingkir. “Ah, aku udah olahraga daritadi. Apa salahnya bantuin kamu?” Elaknya. “Mau lanjutin?” Mikayla terpaksa mengangguk dan melanjutkan untuk beberapa menit kedepan sambil menunggu Zeev keluar dari kamar mandi. Namun Mikayla seperti tak menghiraukan itu semua saat pria disampingnya ini matanya mulai melirik kearah belahan dadaa Mikayla beberapa kali. Yang membuat tidak nyaman adalah, pria disampingnya ini beberapa kali juga mengusap bagian bawah miliknya dan membuat Mikayla ingin kabur saat ini juga! Tapi kemudian ada seseorang yang menegur. “Ngelihatin apa, mas?!” “Hah?” Pria itu bahkan seperti setengah sadar saat ditanya oleh pria lain yang ternyata adalah Zeev. “Saya lihat mata Anda jelalatan disini. Jadi lebih baik Anda pergi sekarang.” Ucapan tegas Zeev membuat orang-orang yang sedang berolahraga menatap kearah mereka, bahkan beberapa ada yang berhenti melangkah dan melihat keributan dihadapannya. “Heh! Kalau ngomong yang bener ya lo! Siapa juga yang ngeliatin macem-macem, hah?!” Pria itu mulai nyolot. “Orang daritadi saya bantuin dia!” Zeev tapi malah menatapnya makin picik. “Nggak usah marah-marah mas kalau emang nggak salah.” “Capt…” Mikayla mulai menarik lengan Zeev dan ciut seketika melihat Zeev yang berubah menjadi menakutkan. “Capt, udah yuk, pulang.” “Nggak bisa gitu.” Zeev malah menyentakkan tangannya dari Mikayla. “Saya lihat tangannya tadi juga meraba-raba kamu!” “Anj*ng! mana buktinya bang*at!” Pria itu mendorong Zeev dengan keras, Zeev dengan segera menggeser Mikayla kesampingnya agar tak terbentur tubuhnya. “Lo jangan asal nuduh dan buat gue jadi pelaku pelecehan ya disini!” “Lihat aja cctv-nya mas kalau emang lo nggak melakukan pelecehan!” “Capt! Cukup!” Mikayla kini benar-benar berteriak dan menarik Zeev menjauh. “Udah nggak usah diterusin!” “Kamu mau diam saja?! Saya lihat betapa nggak nyaman dan ketakutannya wajah kamu tadi!” Zeev malah balik membentak Mikayla karena masih terbalut emosi. “Diamnya kamu malah membuat pelaku pelecehan semakin senang, Mikayla!” Mikayla memilih tidak menjawab. Tapi Zeev melihat wanita dihadapannya ini menggigit bagian bawah bibirnya yang bergetar dan sorot matanya yang redup—namun memaksakan untuk menatap Zeev. Bahkan tangan Mikayla bergetar pelan. Sampai pada akhirnya seorang staff di gym tersebut menghampiri Zeev dan menanyakan apa yang terjadi. Namun Zeev mengabaikan staff tersebut dan menarik Mikayla kearah lorong kamar mandi wanita. “Maaf.” Ucapnya berbisik, tangannya bergerak menggenggam tangan Mikayla yang bergetar. Tangan itu terasa dingin dan Mikaylahanya menghela napas berat, berusaha sekuat tenaga menahan isak tangisnya. “Saya daritadi perhatiin pria itu dan kamu. Dari awal saya sudah yakin ada yang nggak beres sama dia karena langsung ngajak kamu gym bareng.” “Nggakusah dibahas lagi.” Jawab Mikayla singkat. “Okay.” Zeev akhirnya melepaskan tangannya. Namun kini menepuk pelan pundak Mikayla. “Kamu mandi sekarang, biar saya yang urusin masalah diluar.” Zeev lalu melangkah meninggalkannya begitu saja. “Captain Zeev!” Mikayla memanggilnya lagi, membuat Zeev menghentikkan langkahnya dan berbalik menatap Mikayla. Zeev hanya menaikkan kedua alisnya sebagai tanda tanya. “Jangan ribut lagi.” Ucap Mikayla pelan. Zeev malah tertawa kecil, “enggak. Tenang aja.” Dan benar-benar meningglkan Mikayla yang kini menggenggam sendiri tangannya yang tadi di genggam oleh Zeev. “Ternyata pilot sok cool itu bisa hangat juga.” *** Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Mikayla bahkan berhati-hati ketika ingin keluar. Ia juga risih jika orang-orang di gym tadi masih memperhatikannya sebagai ‘korban pelecehan’. Maka dari itu ia mengintip dulu sebelum keluar dari lorong kamar loker tamu dan melihat Zeev sedang berbicara serius dengan salah satu staff disana. “Keadaan sudah aman, nona muda.” Mikayla dibuat berjengit kaget ketika ada bodyguard wanita yang menyamar sebagai pengunjung di gym dan masuk ke lorong loker. Mikayla kemudian menarik tangan bodyguardnya itu. “Pria yang melecehkanku tadi bagaimana?” “Sudah diusir oleh pihak gym.” Jawab bodyguardnya. “Tetapi orang-orang kami sudah mengikutinya dan segera mencari tahu tentangnya untuk melaporkannya ke kantor polisi dan menuntutnya.” “Bagus!” Mikayla bersorak semangat. “Pria kurangajar itu tidak boleh diberi ampun! Macam-macam dia denganku!” Pria tadi seharusnya tidak berurusan dengan Mikayla yang merupakan keluarga Bamantara. Karena Mikayla dengan seluruh uang dan kekuasaannya bisa menghukum orang yang bersalah dengan seberat-beratnya, serta memberikan berbagai macam tuntutan. Setelah keadaan dipastikan aman, barulah Mikayla keluar dengan perasaan tenang dan langsung menarik lengan Zeev. “Udahlah, Capt. Nggak usah dibahas lagi lebih lanjut.” Ucapnya. Sedangkan Zeev hanya menatapnya tak paham. “Aku udah nggakpapa, kok. Mendingan kita makan sekarang. Aku traktir!” “Apasih?” Zeev menyentakkan tangan Mikayla dan menatapnya risih. “Permisi, ini kak bukti perpanjangan membernya.” Staff gym dihadapan mereka memotong pembicaraan antara Zeev dan Mikayla, yang jelas langsung membuat Mikayla cengo. Mikayla sontak menarik bibirnya menjadi segaris lurus. “Aku kira kamu masih coba belain aku.” “Ngapain? Orang saya lagi memperpanjang member.” Zeev kemudian mengambil kartunya dan keluar dari gym meninggalkan Mikayla begitu saja setelah mengucapkan terimakasih pada staff disana. “Jadi orang kok kepedean.” Mikayla masih diam menahan kesal saat mendengar ucapan Zeev itu. Ia sontak meniup poninya dan berlari kecil mengejar Zeev. Ternyata kehangatan dari pilot tampan itu hanya sandiwara saja dan aslinya Zeev tetap orang yang menyebalkan! Tapi Mikayla tidak boleh menyerah mendekati Zeev demi mendapatkan informasi terbaru soal penerbangan di Akasha Airlines. “Capt, ayo kita makan dulu!” Ajak Mikayla penuh semangat sambil mengamit lengan Zeev secara tiba-tiba. “Saya nggak laper.” Tolak Zeev secara terang-terangan sambil berusaha melepaskan tangannya dari Mikayla. Namun Mikayla tak perduli. Matanya tetap berkeliling menatap pertokoan dihadapannya yang menjual berbagai macam hidangan. Sampai matanya berhenti pada restoran Jepang kesukaannya yang menuliskan promo besar-besaran. Promo couple set! Hanya HARI INI! Dapatnya discount up to 60%! “Capt, ayo kita makan itu, Capt!” Mikayla mulai menariknya tanpa permisi. “Couple set?!” Zeev tercengang begitu masuk ke restoran Jepang itu dan ada pelayan yang menjelaskan. “Untuk mendapatkan diskon senilai 60% maka kakak harus mau berfoto menggunakan kamera polaroid di restoran kami. Foto kakak akan kami pasang disini sebagai bukti pasangan couple yang sudah makan dan berbahagia disini!” Ucap pelayan itu dengan ramah, semangat dan terlihat ceria. Berbeda dengan Zeev yang langsung mendengkus mendengarnya. “Foto sendiri-sendiri, kan?” “Foto berdua dong, kak.” Jawab pelayan itu. “Udah ayo-ayo kita foto, Capt.” Mikayla kembali menarik Zeev agar berdiri disampingnya dan Mikayla bahkan merengkuh pinggang Zeev. Tubuh Zeev sontak menegang, ia berusaha mendorong tubuh Mikayla sambil berbisik. “Kalau kamu niat traktir saya, nggak usah pakai foto couple-couple kaya gini!” “Sssttt, sekali-kali, Capt. Biar kerasa sensasinya.” “Mending saya makan sendiri!” Zeev masih mendumal. Sampai pelayan dihadapan mereka sudah menyiapkan kamera dan mulai bersiap memotret. “Satu, dua, tiga, said cintaaa!” “Cintaaa!” Mikayla berteriak semangat sambil menyengir senang dan pada detik itu juga, tanpa ia sangka Zeev mengalungkan tangannya pada pundak Mikayla. Tubuh Mikayla juga terasa kaku untuk sesaat ketika Zeev tiba-tiba saja merangkulnya saat difoto. Kemudian pelayan itu memberikan salah satu foto pada Zeev dan rangkulannya terlepas begitu saja. “Nih.” Zeev memberikan selembar foto mereka begitu saja pada Mikayla yang menerimanya dan kemudian memandanginya sesaat. “Kita cocok loh disini, Capt.” Ucap Mikayla sedangkan Zeev hanya berdecak dan memainkan ponselnya. “Kamu nggak mau nyimpen fotonya?”            Zeev mengangkat pandangannya menatap Mikayla dan kemudian berucap datar. “Gak.” “Cih!” Mikayla mendecih kesal dan menyimpan foto itu. Mereka berdua sempat saling diam beberapa saat sampai Mikayla akhirnya mulai berbicara. “Captain bakal percaya nggak, kalau saya bilang bahwa ada petinggi Akasha Airlines yang menggoda saya?” Mikayla mulai mengarang cerita untuk menarik Zeev. “Menggoda gimana? Godain aja atau—” Mikayla lalu mengangguk. “Ngajak tidur bareng.” “Siapa?” Zeev masih berusaha tenang. Sampai kemudian Mikayla menyebutkan satu nama petinggi Akasha Airlines untuk mengecek bahwa petinggi tersebut memang sering berulah mengajak pramugari untuk bercinta atau tidak. Mendengar nama yang baru saja disebutnya, Zeev lalu menggeleng. “Setahu saya dia nggak seperti itu orangnya. Nggak pernah ada gossip kaya gini. Baru kamu.” “Ohh…” Mikayla mengangguk-angguk. “Dia nggak mungkin kaya gitu.” Ucap Zeev membela atasannya. “Bukan dia langsung kan yang ngajak kamu?” “Bukan, katanya sih orang suruhannya.” “Mungkin itu ulah salah satu bawahan yang ingin menjatuhkan beliau.” “Mungkin.” Mikayla hanya mengedikkan bahunya. “Terus siapa aja dong atasan yang suka ngajak tidur pramugarinya dan mengancam nggak bakal dapat jadwal terbang?” Setelah pertanyaan itu, makanan mereka datang dan Zeev lebih memilih memenuhi mulutnya dengan makanan sehingga jadi sibuk mengunyah daripada harus menjawab pertanyaan Mikayla. “Capt!” Mikayla akhirnya mengeluh kesal. “Captain nggakmau jawab pertanyaanku?” Zeev mengunyah makanannya pelan, tatapannya masih mengarah lurus kearah Mikayla. “Saya heran sama kamu.” “Kenapa?” “Dari awal kamu selalu tanya siapa pilot yang suka meniduri para pramugari, siapa atasan yang meniduri pramugari dan suka mengancam. Kemudian, entah kebetulan atau tidak, beberapa rekan pilot saya yang memang terdengar nakal pada akhirnya dipecat secara tidak hormat beberapa hari yang lalu setelah saya cerita sama kamu.” Ucapan Zeev sontak membuat Mikayla terdiam. Sampai pada akhirnya Zeev memajukan tubuhnya dan makin menatap Mikayla dengan intens. “Saya jadi penasaran sama kamu.” “Emang aku kenapa?” Mikayla masih berusaha tenang. “Aku kan cuma tanya, Capt.” Zeev lalu meminum minumannya. “Kamu tidak kompeten sebagai pramugari tapi bisa ikut penerbangan bersama saya. Kamu juga banyak tanya soal maskapai ini dan kelihatannya… kamu mendekati saya.” Mikayla masih diam, menunggu Zeev melanjutkan ucapannya. “Saya jadi curiga. Jangan-jangan kamu mata-mata atasan Akasha Airlines yang kemudian menyamar menjadi pramugari gadungan?” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD