“Surprise!!!”
Zeev bukan seseorang yang biasa terbangun secara tiba-tiba, maka kepalanya langsung pening dan pandangannya mengabur saat ia terbangun dan langsung melihat beberapa orang berdiri di depan ranjangnya. Sedangkan kemudian ia merasakan seseorang yang juga ikut bergerak terkejut disampingnya—seorang wanita yang ternyata menemaninya tidur satu ranjang. Sampai pandangan Zeev menjadi jelas dan ia menyadari.
Bahwa kini beberapa crew pesawat berdiri beberapa meter dihadapannya, membawa kue ulangtahun dengan lilin yang masih menyala, pita pinata yang kini berhamburan di lantai dan… hening. Karena mereka melihat Mikayla—pramugari baru yang cantik ini, ada di kamar Captain mereka pada pagi hari, diatas ranjang dan mereka benar-benar melihat bahwa Captain Zeev tidur bersama pramugarinya sendiri.
“Ini semua… salah paham.” Ucap Zeev lamat-lamat. Ia menelan salivanya, ngeri sendiri dan kemudian berdeham. Tatapannya langsung fokus pada Renald yang masih cengo. “Nald?”
“Yes, Capt?!” Renald tersadar dari keterkejutannya.
“Bisa minta beberapa crew keluar dulu?” Zeev sampai tak berani turun dari kasur. Ia hanya mengusap wajahnya resah dan memijat pangkal hidungnya. “Saya… terlalu terkejut sekarang.”
“O-oh, iya, Capt. Baik!” Renald berdeham salah tingkah dan langsung membalikkan badannya. “Ayo kita keluar dulu, guys! Situasi tidak mendukung.”
Para crew kemudian mengangguk kaku, mereka yang ingin memberi kejutan malah balik diberi kejutan oleh Captain mereka hingga keadaan menjadi canggung seperti saat ini. Tapi sebelum pintu kamar hotel Zeev kembali tertutup rapat, Zeev dan Mikayla yang masih berada diatas ranjang jelas-jelas mendengar suara siulan menggoda dari salah satu crew diluar.
“Sialann!” Desis Zeev yang kini meremas rambutnya sendiri, kemudian menatap Mikayla dengan tatapan tajam. “Kamu—gimana ceritanya bisa tidur satu kasur sama saya?!”
Mikayla yang tadi menutup wajahnya dengan selimut akhirnya menurunkan sedikit selimut itu dari wajahnya yang memerah karena malu, kini hanya menampakkan matanya yang menatap Zeev dengan ketakutan.
“Kita kaya pasangan mesumm yang kena sidak polisi di hotel-hotel melati ya, Capt?” Mikayla malah melantur.
“Mikayla!” Yap, Mikayla gagal mencairkan suasana karena Zeev kini membentaknya hingga Mikayla memejamkan matanya.
“Aku tidur disini karena Captain kedinginan tidur nggak pakai selimut! Karena aku nggak mau menyerahkan selimut ini cuma-cuma ke Captain, jadi aku memutuskan untuk pakai selimut ini berdua sama Captain. Satu-satunya cara ya tidur bareng…” Lalu Mikayla menambahkan pembelaan. “Aku juga nggak tahu kali kalau mau ada surprise!”
Lagi-lagi, Mikayla yang selalu ngotot saat berbicara kembali.
Mikayla lalu melanjutkan. “Toh kita juga nggak ngapa-ngapain, kan?! Kita juga masih tidur pakai baju.”
“Nggak ngapa-ngapain gimana? Orang kamu tidur sambil peluk saya.” Bantah Zeev pada akhirnya.
“Ka-kapan?! Enggak, tuh!” Mikayla bersungut marah sambil menaikkan dagunya. Padahal ia juga sadar saat bangun tadi ternyata tanpa sadar ia memeluk tubuh Zeev yang hangat dan… nyaman? Astaga, Mikayla langsung menggelengkan kepalanya begitu pikiran itu melintas.
“Tadi.” Zeev masih tidak mau kalah.
“Bodoamat, nggak ada buktinya kalau aku meluk Captain.” Mikayla lalu turun dari ranjang. Lalu ia mengikat rambut panjangnya. “Nggak ada masalah kan, Capt? Ini semua jelas salah paham bagi para crew yang melihat kita. Kita juga nggak melakukan hal-hal tidak senonoh? Kecuali—”
“Apa?” Zeev menyipitkan mata tajam pada Mikayla.
Mikayla lalu berdeham sambil memasang wajah sombong. “Kecuali Captain jadi tegang karena tidur sama aku.”
“Tegang?” Beberapa menit kemudian, Zeev langsung sadar dengan ucapan Mikayla dan menunduk menatap miliknya dibawah. “Sembarangan kamu! Siapa juga yang tegang gara-gara kamu?!”
“Well, siapa tahu khilaf.” Mikayla terkikik geli. Kemudian melangkah keluar dari kamar dan mengedipkan salah satu matanya. “Oh iya!”
“Cepat keluar!”
“Happy birtday my Captain!” Mikayla berpose hormat sambil mengedipkan matanya, kemudian keluar dari kamar dengan cepat sebelum Zeev melemparkan bantal kearah pintu dengan keras.
***
“Capt!”
Zeev terus melangkah di *Garbarata pesawat ketika ia mendengar suara Renald yang memanggilnya dan kini co-pilotnya yang gila itu berlari kecil mengejarnya.
“Capt, astaga, maaf!” Ucap Renald. “Saya nggak tahu kalau undangan kencan itu salah alamat.”
Zeev langsung menghentikkan langkahnya dan menatap Renald. Sedangkan napas Renald serasa tertarik saat mendapatkan tatapan tajam dari Zeev.
“Saya akan menebus kesalahan saya, Capt!” Ucapnya. “Akan saya reschedule jadwal kencan Captain dengan Mika—kali ini Mi-Kai-La yang asli!”
“Renald—”
“Saya jamin nggak akan salah alamat, Capt!”
“Renald, stop!” Sentak Zeev dengan tegas. “Cukup. Jangan suruh saya kencan, atau mengadakan kencan lagi dengan siapapun.”
“Tapi, capt—”
“Bersama Mikayla semalaman sudah membuat pipi saya hampir biru karena ditampari. Saya dibilang pilot mesumm sama dia karena tulisan di surat yang kamu bikin! Spend the night with me dan keycard? Yang bener aja, Nald. Saya dikira ngajak tidur pramugari saya sendiri!”
“Memang itu kan tujuannya, Capt?”
“Nald!”
“Ada apa ini, Capt?” Tiba-tiba suara lembut Mika mengintrupsi.
Pramugari cantik berbadan bagus, berkulit cerah, berambut pendek berwarna cokelat gelap itu membuat amarah Zeev benar-benar langsung luruh dan jantungnya berdegup kencang hanya karena bertatapan dengan Mika dan mendengar suara lembutnya.
Zeev kemudian berdeham dan menegakkan tubuhnya. “Cuma masalah kecil.” Lalu ia menatap Renald dan Mika bergantian, menunduk kecil untuk mengajak mereka melangkah masuk ke pesawat. “Ayo kita bersiap.”
“Baik, Capt.” Mika tersenyum kecil, membiarkan Zeev melangkah terlebih dahulu dan membuatnya terdiam untuk sesaat menatap punggung tegap itu.
***
Mika melemparkan senyum pada Raras ketika teman sesama pramugarinya itu memberikan box makanan untuknya yang mereka santap di dapur pesawat. Pekerjaan mereka sudah selesai dan kini tinggal menikmati perjalanan dengan rute Amsterdam – Jakarta.
“Udah denger soal kejadian tadi pagi, Mik?” Pancing Raras.
“Apa?” Tanya Mika sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
“Soal Captain Zeev yang terpergok tidur bareng pramugari baru itu.”
“Mikayla?”
“Iya! Gila ya, pramugari baru itu genitnya keterlaluan. Pasti dia sampai jual diri ke Captain Zeev agar bisa terbang bareng Captain Zeev terus dan dapat jam terbang lancar.” Sungut Raras.
Mika terdiam sejenak, tampak ragu. “Tahu darimana kalau Mikayla genit ke Captain Zeev?”
“Bentar, bentar. Aku ada buktinya!” Raras kemudian mengambil ponselnya dan membuka galeri. “Foto ini kesebar diantara para crew. Gila, nggak?!”
Mika menatap foto yang ada di galeri ponsel Raras. Foto yang diambil secara diam-diam, memperlihatkan Mikayla berada di depan pintu kamar hotel Zeev dan memegang d**a Zeev—seperti memohon, sedangkan Zeev menatap Mikayla dengan ekspresi datar. Ada gemuruh kecil tak suka melihat foto itu, Mika kemudian mendorong pelan ponsel Raras dan hanya tersenyum kecil, lalu melanjutkan makannya.
“Maaf ya, Mik. Kamu nggak nyaman ya lihat foto ini?” Tanya Raras dan Mika hanya tersenyum kecil sambil menggeleng pelan untuk mengelak. “Beberapa crew juga udah tahu kok kalau kamu dan Captain Zeev sempet dekat.”
“Sempet dekat aja, Ras. Hubungan kami nggak berlanjut jauh.”
“Kenapa? Captain Zeev banyak ceweknya, ya?”
“Bukan,” Mika tertawa kecil. Mengingat malah ia yang lebih banyak merespon pria yang mendekatinya daripada Zeev yang merespon wanita yang ingin kenal dengannya. “Aku nggak mau mencampuri pekerjaan dengan kehidupan pribadiku.”
“I see, bakalan ribet ya ntar kalau jadi beneran.”
Mika hanya mengangguk samar dan tersenyum kecil. Namun tetap saja, ia tidak suka jika Zeev beralih bersama wanita lain. Apalagi wanita itu adalah seorang pramugari baru yang membuatnya mengganti nama panggilan menjadi Mika.
***
Mika melangkah dengan anggun dan perlahan memisahkan diri dari sederet para crew Akasha Airlines yang melangkah di Bandara Soekarno Hatta dan ingin langsung pulang setelah menyelesaikan laporan serta pekerjaan setiba di Bandara. Sampai kemudian langkah Mika terhenti ketika Zeev memanggilnya di lobi terminal.
“Mika!” Zeev bahkan langsung menggenggam pergelangan tangannya. “Pulang sama saya, yuk. Saya bawa mobil kok hari ini.”
“Eum—” belum saja Mika menjawab, sudah ada suara pria lain yang memanggilnya sambil melambaikan tangan. Mika kemudian dengan sopan melepaskan genggaman tangan Zeev. “Maaf, Capt. Teman saya sudah jemput.”
Zeev menatap pria itu dari jauh. “Teman atau pacar?”
“Baru teman kok, Capt. Hehe.” Mika menjawab tanpa sadar membuat Zeev sedikit cemburu. “Saya pulang dulu, Capt. Captain hati-hati juga ya pulangnya!”
Zeev hanya mengangguk pelan, kemudian melambaikan tangannya kearah Mika ketika wanita itu juga melambaikan tangannya dari jauh.
“Dadah-dadah kok sama cewek orang.” Suara itu langsung membuat Zeev menoleh dan menemukan Mikayla sudah berdiri disampingnya sambil memakai kacamata hitam. Kemudian tanpa canggung wanita itu menggandeng tangan Zeev. “Udah, mendingan anterin aku pulang aja, Capt!”
“Gila kamu ya?” Zeev dengan cepat menarik tangannya, malah terlihat jijik dan melangkah lebih dulu meninggalkan Mikayla.
Mikayla hanya terkikik geli, kemudian tatapannya beralih pada bodyguard deretan bodyguard yang berdiri beberapa meter dihadapannya. Karena tanpa Zeev ketahui, deretan mobil mewah berwarna hitam dihadapannya dan para orang-orang ber jas hitam yang kelihatan penting itu adalah para bodyguard yang menunggu kedatangan Mikayla—sang cucu pemilik Akasha Airlines.
Mikayla melangkah anggun sambil menarik kopernya, kemudian membiarkan bodyguardnya beralih yang membawakan koper itu dan memasukkannye kedalam bagasi. Lalu supir pribadinya membukakan pintu mobil sedan mewah itu untuk Mikayla.
“Selamat datang kembali, Nona. Pak Direktur sudah menunggu Anda di kantor.” Ucap sekertaris pribadi kakeknya yang keluar dari mobil menyambut Mikayla.
Mikayla menghela napas lelah sambil masuk ke mobil. “Pak tua itu, nggak bisa ya memberikan cucunya waktu istirahat dari penyamaran ini?”
***
“Kakekkk!” Mikayla berlari senang dan hendak memeluk Kakeknya saat tiba di ruang kerja pemilik Akasha Airlines itu.
Namun Damar Bamantara langsung memegang kedua pundak Mikayla sambil menggelengkan kepalanya. “Bukan saatnya bermanja-manjaan, Kayla.”
“Huft! Padahal Kayla capek harus kerja terus, menyamar terus. Sampai kapan sih, Kek?!” Mikayla lalu melangkah di sofa dan duduk disana, bahkan ia langsung mencomot buah-buahan yang ada dihadapannya.
Damar menyusul Mikayla dan duduk dihadapannya. “Sampai kamu sudah menyelesaikan semua masalah yang ada di maskapai ini.” Ungkapnya. “Jadi, apa nformasi yang kamu dapatkan setelah beberapa penerbangan kamu ini?”
“Soal pramugari yang harus melayani napsu beberapa pilot dan juga atasan Akasha Airlines,” jeda sejenak, Mikayla sibuk mengunyah jeruknya. “Itu benar adanya.”
Lalu ia melanjutkan. “Beberapa memang ada pilot dan pramugari yang bercinta karena mereka memang jatuh cinta dan itu hubungan pribadi mereka. Tapi tetap ada juga pilot yang menyuap pramugarinya agar harus tidur bersamanya.”
“Kamu sudah mengantongi nama-nama pilot itu?”
“Sudah.” Mikayla lalu mengirimkan laporan pada kakeknya. “Sudah aku kirimkan pada kakek dan sekertaris kakek agar segera di proses. Pilot seperti mereka tidak bisa dipertahankan lagi.”
“Lalu untuk para atasan?” Tanya Damar lagi.
Tiba-tiba tatapan Mikayla meredup karena ia teringat dengan Mario Bamantara—nama kakaknya yang disebutkan oleh Zeev semalam. Nama direktur utama yang juga diketahui meminta para pramugari untuk memuaskan napsunya agar diberi jam terbang.
“Aku belum tahu nama-namanya.” Dusta Mikayla walaupun tak sepenuhnya berdusta. Karena Zeev juga masih menyembunyikan nama-nama atasan yang berperilaku tak senonoh itu.
“Kamu dapat informasi ini semua dari captain pesawat yang tidur denganmu itu?”
“Kakek!” Mata Mikayla langsung terbelalak terkejut. “Kayla nggak tidur dengannya!”
Sekertaris Damar kemudian datang menghampiri dan menyerahkan Ipad yang memperlihatkan foto-foto Mika yang masuk kedalam kamar Zeev. Bahkan ternyata ada crew yang memotret Mikayla dan Zeev ketika baru saja bangun tidur saat diberi surprise tadi dan melaporkannya ke atasan.
“Sekamar dengan pilot saat jam kerja. Jangan terbawa suasana, Kayla! Kakek sampai harus menyembunyikan kabar ini agar Mario tidak tahu kalau kamu menyamar menjadi pramugari di maskapai ini!” Nada Damar bahkan sudah terdengar marah.
“Harus Kayla katakan berapa kali kalau Kayla nggak tidur dengan Captain Zeev!” Bantah Mikayla.
Damar langsung menyepitkan matanya dan berucap pada sekertarisnya. “Selidikit pilot itu.”
“Baik, Pak.”
“Zeev nggak salah, kakek!”
Damar langsung menggerakan tangannya mengusir Mikayla. “Jangan berbuat macam-macam lagi dengan pilot itu. Kalau kakek tahu kamu macam-macam, kakek tidak segan untuk menikahkan kamu secara paksa dengan pilot itu.”
“Kakek!”
“Paham, Mikayla?!”
Dan pada akhirnya Mikayla berteriak kesal karena dua bodyguard langsung menyeretnya keluar dari ruangan. “Pokoknya aku nggak mau menikah sama Captain Zeev!”
***
Mendapatkan jatah hari libur di waktu weekend seperti ini benar-benar berkah terindah bagi Zeev. Karena ia bisa memanfaatkan waktu liburnya dengan melakukan gym di pusat kebugaran yang ada di salah satu mall kota Jakarta. Ia menghabiskan waktunya dengan berlari diatas thread mill sambil menikmati pemandangan ibu kota, melakukan angkat beban, hingga tubuhnya berkeringat namun malah membuat para wanita di gym meliriknya.
Zeev tidak terlalu terpengaruh dengan tatapan memuja itu dan bisik-bisik wanita yang mengaguminya karena Zeev mengenakan wireless earphone di telinganya. Ia fokus dengan olahraganya dan menyelesaikannya ketika merasa lelah. Zeev hendak melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri sambil menenggak minumannya ketika tiba-tiba seorang wanita menabrak tubuhnya.
Seperti sebuah film romansa, Zeev dengan sigap menahan punggungnya ketika wanita itu hendak terjatuh kebelakang karena menabrak tubuh tegapnya. Wanita itu terperangah dalam dekapan Zeev dan tanpa sadar jantung Zeev kembali berdegup lebih cepat dari biasanya karena emosi yang tiba-tiba hadir.
“Oh my God, Captain Zeev! Kita jodoh banget nggak sih bisa ketemu disini?!”
Teriakan itu, teriakan yang memancing perhatian orang-orang di gym, teriakan dari wanita yang paling dibencinya, Mikayla Bamantara hadir lagi dalam harinya secara tiba-tiba.
---
*Garbarata pesawat: jembatan penghubung dari ruang tunggu penumpang ke pesawat