“Dasar pilot mesumm!”
Plak!
Kepala Zeev langsung pening saat itu juga sampai badannya sedikit limbung dan tangannya sampai harus memegang ujung meja untuk menahan badannya yang besar. Hanya karena tamparan seorang wanita tubuhnya bisa dibuat oleng dan rasanya kupingnya kini berdenging kencang. Helaian rambutnya yang masih setengah basah jatuh di dahinya dan ketika Zeev mengangkat wajah yang ditatapnya kini adalah seorang wanita yang dibencinya.
“Mikayla?!” Belum selesai keterkejutannya, wanita itu langsung mendorong tubuhnya dengan keras hingga Zeev mundur beberapa langkah kebelakang.
“Sialan! Jadi selama ini sifat dinginmu itu hanyalah kedok untuk bisa meniduriku, hah?!” Mikayla masih mendorong-dorong dadaa Zeev dengan kuat dan juga memukulnya.
Zeev hanya bisa mengangkat kedua tangannya di depan muka persis seperti peninju yang sedang menghalau lawannya. Wanita dihadapannya ini memang bar-bar bukan main.
“Lalu suratmu ini!” Mikayla melemparkan sebuah surat dari kantung celananya ke muka Zeev. “Spend the night with me?! Sana gunakan wanita panggilan di luar sana dan jangan memanfaatkan para pramugari di maskapai ini!”
Omelan serta pukulan Mikayla belum juga selesai.
“Dasar pilot gadungan!” Padahal dirinyalah yang pramugari gadungan.
“Sok ganteng!”
“Dasar pilot mesumm menjijik—akk!”
“Cukup!” Zeev dengan cepat menarik kedua tangan Mikayla dan tubuh keduanya sampai limbung kearah yang tidak tepat.
Tubuh Mikayla terjatuh di kasur dengan tubuh Zeev yang tanpa baju dan hanya terbalut handuk putih di pinggangnya. Kedua tangan Zeev berada diatas kepala Mikayla, menahan tangan wanita itu agar dirinya tidak bisa bergerak. Mikayla terkejut, napasnya memburu dan membuatnya terengah-engah.
Iris mata cokelat gelap itu beradu dengan mata Zeev yang menatapnya dengan tajam. Jika ada orang yang tak sengaja masuk ke kamar Zeev pada saat ini, pastilah akan mengira bahwa Mikayla berhasil di taklukan oleh Zeev untuk bercinta. Pasalnya, rambut Mikayla kini berantakan dan dahinya sedikit berkeringat, bajunya terangkat hingga pinggangnya terlihat dan Zeev bertelanjang dadaa.
Untuk sesaat hanya hening yang menguasai, deru napas saling beradu dan degup jantung yang berlarian sangat cepat diantara keduanya. Dari jarak sedekat ini, Mikayla masih sempat-sempatnya salah fokus dengan alis tebal Zeev yang terbentuk sempurna, tatapan mata tajamnya yang berkharisma walaupun sedang kesal, hidungnya yang mancung, bibirnya yang merah muda, dagunya yang tegas, jakunnya yang bergerak naik turun, dadaanya yang bidang…
“Kenapa menatap semakin kebawah, nona?” Tanya Zeev mengenmbalikan kesadarannya.
Dan kesadaran Mikayla kembali membuatnya berteriak. “Mesu—umph!”
Bukan seperti n****+-n****+ romantis yang wanitanya dibekap dengan ciuman, namun bibir Mikayla kini benar-benar dibekap dengan telapak tangan Zeev.
“Umphh! Lephass!”
“Akan aku lepas kalau kamu berhenti berteriak mesumm!” Zeev memutar bola matanya. “Sialan, aku kelihatan seperti orang yang akan membunuh sekarang.”
Zeev akhirnya membuka bekapan tangannya dan Mikayla malah kembali berteriak. “Tolongggg! Ada orang mesummphhh!”
Zeev menutup mulutnya lagi dan berbisik dengan suara rendah penuh penekanan. “Tolonglah, Mikayla. Ini semua cuma salah paham.”
Mikayla akhirnya diam.
Zeev menaikkan salah satu alisnya. “Kita bicarakan dengan baik-baik dan damai, okay?”
“Sialan!” Mikayla kembali memaki setelah Zeev melepaskan tangannya.
“Jadi—”
“Bisa nggak kamu pakai baju dulu?!” Bentak Mikayla membuat Zeev menatap dirinya dari dinding cermin dihadapannya.
Zeev mengangguk, lalu mengangkat salah satu tangannya. “Oke, tunggu disini. Kita selesaikan masalah ini dan…”
“Apa?!”
“Jangan berteriak mesumm lagi.”
Mikayla hanya memutar bola matanya dan Zeev langsung mengambil bajunya di koper, lalu masuk kembali ke kamar mandi. Mikayla sendiri masih duduk di ujung kasur, menatap Zeev dengan tajam dan setelah pintu kamar mandi tertutup, ia mengipasi wajahnya sendiri karena tiba-tiba merasa panas.
“Huh, panas sekali di Amsterdam.” Padahal jelas-jelas diluar sedang musim dingin. Padahal dirinya begini karena berhadapan dengan tubuh shirtless Zeev yang atletis. “Sekarang aku tahu kenapa orang-orang menjulukinya sebagai pilot tampan.”
Kemudian tatapan matanya beralih pada meja bundar di sudut ruangan. Mikayla berdiri dari kasur, melangkah menuju ke meja itu dan melihat meja yang telah di tata sedemikian rupa untuk makan malam romantis bersama. Sudah ada makanan mulai dari makanan pembuka, makanan utama hingga makanan penutup berupa kue-kue manis dan buah-buahan.
Mikayla dengan percaya diri mengambil sebuah stroberi yang paling besar dan memakannya sembari mendengkus. “Jelas-jelas dia sudah menyiapkan makan malam romantis. Masih menggunakan alibi kalau semua ini salah paham?”
Hingga kemudian terdengar suara dehaman dari belakangnya. “Lancang sekali memakan makanan yang jelas-jelas bukan untukmu.”
Mikayla sontak memutar tubuh dengan cepat menatap Zeev yang kini sudah berpakaian. Zeev yang awalnya hendak memakai jas rapi untuk makan malam kini berubah hanya mengenakan celana panjang dan kaus berwarna biru gelap.
Mikayla mengernyitkan dahinya. “Jelas-jelas di surat itu kamu mengajakku menghabiskan malam bersama!”
Zeev melirik sepucuk surat di lantai berlapis karpet ini dan mengambilnya, kemudian membaca isi surat itu. Namun kemudian tatapan Zeev naik menatap kalung yang kini dikenakan oleh Mikayla. Tapi tatapan itu jelas berarti lain bagi Mikayla, karena kini ia segera menyilangkan kedua tangannya di depan dadaa.
“Lihat kemana kamu?!” Sentaknya.
Zeev sontak mendengkus kesal. “Aku tidak semesum itu.” Lalu ia melangkah mendekat, meraih kalung Mikayla. “Kalung ini bukan untukmu.”
“Jelas-jelas di surat itu juga ada kalungnya!”
“Surat itu juga bukan untukmu.” Zeev lalu melepaskan tangannya dari kalung Mikayla dan duduk di depan meja bundar itu sambil menuangkan wine tanpa alkohol. “Ini semua pasti kerjaan Renald.”
“Seorang pilot minum wine? Disaat masa kerjanya? Really? Kamu masih ada penerbangan besok.”
Zeev memejamkan matanya sejenak sembari memijat pelipisnya. Daritadi Mikayla selalu berbicara ngotot dan cerewet. Hal itu menambah alasan untuk Zeev menjadi kian membencinya.
“Ini wine tanpa alkohol.” Jawabnya. “Duduklah, mau minum? Kamu nggak capek teriak-teriak daritadi?” Zeev lalu menuangkan air mineral dingin ke gelas untuk Mikayla. “Memukul pria tak bersalah juga menghabiskan tenaga.”
Mikayla masih belum mau duduk dan menatap Zeev dengan sangsi. “Jadi dimana letak salah pahamnya, captain Zeev yang terhormat?”
“Surat ini.” Zeev mengangkat surat di genggamannya, lalu menunjuk kalung yang dikenakan Mikayla. “Dan kalung itu, semua salah alamat. Harusnya untuk Mika. M-I-K-A bukan Mi-kay-la. Paham?”
“Mika? Pramugri berambut pendek itu?”
“M-hm.” Sahut Zeev mencoba santai walaupun kini hatinya dongkol. “Renald yang mencoba mencomblangkan aku dengan Mika dan bodohnya aku menyetujuinya. Bahkan sampai langsung memberikan kalung itu.”
Pipi Mikayla sontak bersemu merah. Rasanya malu karena jelas-jelas ia adalah orang yang juga salah alamat. Karena undangan ini bukan untuknya, kalung ini juga bukan untuknya dan acara makan malam ini bukan untuknya.
Dengan cepat Mikayla duduk dihadapan Zeev dan meneguk wine-nya dengan cepat hingga tersedak. Namun kemudian ia terpaku karena Zeev mengambil serbet kecil disampingnya dan menyeka bibir Mikayla.
“Dasar jorok.” Keromantisan itu hilang karena Zeev melempar serbet itu ke pangkuan Mikayla.
“Tapi keycard ini!” Mikayla mengangkat kartu akses kamar hotel yang dihuni Zeev. “Jelas-jelas di dalam amplop ini ada keycard-nya. Berarti kamu mengajak Mika bercinta, bukan?”
“Aku nggak tahu-menahu soal itu. Itu pasti rencana iseng Renald.” Jawab Zeev, kemudian ia mendumal. “Kebiasaannya tidur dengan beberapa pramugari jadi membuatnya melakukan ini.”
“Oh… jadi pilot dan pramugari bercinta saat selesai jam penerbangan adalah hal yang lumrah?” Mikayla memancing untuk mencari informasi.
Zeev memilih untuk memotong steak dihadapannya dan hanya melirik Mikayla saat wanita itu bertanya. “Kamu benar-benar baru di dunia penerbangan?”
“Aku juga perdana terbang dengan Anda, Capt.”
“I see. Kamu terlihat bodoh saat itu.”
“Capt!”
Zeev kemudian melahap makanannya. “Makan aja, daripada nggak ada yang makan.”
“Kamu belum menjawab pertanyaanku.”
“Soal?”
“Pilot yang tidur dengan pramugarinya.”
Zeev mengangguk. “Hal yang lumrah.”
“Di maskapai ini?”
“Kamu lama-lama kaya wartawan.”
“Ayolah jawab aja.”
Zeev terdiam, menatap Mikayla dengan curiga. Kemudian ia menggelengkan kepalanya. “Aku tapi nggak mau kamu ikut-ikut kedalam hal seperti itu.”
Mikayla entah kenapa mengangguk patuh.
Zeev pada akhirnya berbicara. “Hal yang lumrah di maskapai ini. Tapi aku kurang tahu jika di maskapai lain ada juga melakukan hal yang sama.”
“Aku pernah dengar sih Capt, soal pramugari yang tidak dapat jam terbang jika tidak melayani pilotnya—”
Zeev terdiam, ia memilih untuk meminum wine-nya daripada menjawab. Membuat Mikayla menyipitkan matanya curiga.
“Captain tahu sesuatu bukan?”
Zeev akhirnya menghela napas. “Itu pernah kejadian dan para petinggi juga melakukannya.”
Kini ganti Mikayla yang terdiam sejenak. Karena ia langsung teringat pada kakaknya yang merupakan petinggi Akasha Airlines.
“Mungkin Captain tahu nama-nama pilot dan petinggi yang melakukan hal itu?” Pancing Mikayla lagi.
“Untuk apa kamu tahu, hah? Kamu juga tidak bisa mencampuri urusan mereka.” Jawab Zeev. “Biarlah itu menjadi urusan masing-masing.”
“Yasudah kalau begitu.” Ucapan Mikayla terkesan menggantung.
“Apa lagi?” Zeev merasakan adanya ancaman.
“Aku akan melaporkan kalau Captain Zeev adalah pilot yang mengajak pramugari untuk bercinta saat jam kerja dengan bukti surat ini, keycard ini, kalung ini, dan juga Renald serta pramugari yang memberikanku surat ini.”
Rahang Zeev sontak mengeras. Ia menatap Mikayla dengan tajam. “Maumu apa sih?!”
“Aku cuma mau terhindar dari pilot dan para atasan m***m itu, Capt.” Mikayla berkelit.
Zeev kemudian menghela napasnya. “Baiklah, aku beri tahu. Tapi tolong, ini semua sangat rahasia dan jangan disebarkan. Hanya untuk antisipasimu saja. Deal?”
“Deal!”
***
Nindya: aku menginap di rumah sepupuku yang ada di Amsterdam dan kuncinya aku bawa
Nindya: sorry :(
Nindya: kan kamu bisa minta key card cadangan ke resepsionis?
Mikayla menghentakkan kakinya di depan pintu kamar nomor 902. Ya, iya kembali berdiri di depan pintu kamar Zeev. Karena ia tadi sudah ke resepsionis dan resepsionis tidak mempercayainya sebagai seorang pramugari dari Akasha Airlines karena Mikayla gagal menunjukkan satu identitaspun.
Mikayla juga tidak bisa memesan kamar baru karena semua kartu dan dompetnya ada di dalam kamar. Lagipula ia harus menyamar menjadi pramugari yang tentu saja, seorang pramugari tidak bisa asal memesan kamar lagi di hotel yang telah bekerja sama dengan maskapainya untuk kepentingan pribadi. Karena key card yang tadi ia pegang sudah dikembalikan pada Zeev, jadi kini Mikayla hanya bisa menekan bel kamar Zeev dan menunggu sampai pilot tampan itu membuka pintu kamarnya.
“Apalagi sekarang?” Tanya Zeev ketika sudah membuka pintu.
Mikayla sontak mengulum bibirnya, lalu mengerjap-ngerjapkan matanya dengan genit. “Captain Zeev yang terhormat, bolehkah pramugarimu yang cantik nan lugu ini tidur di kamar ini?”
Zeev sontak tersedak salivanya sendiri dan ia menahan tawanya. “Jadi sekarang siapa yang menawarkan diri?”
“Oh astaga, aku bukannya menawarkan diri tapi ini karena Nindya—teman sekamarku malah tidur dirumah sepupunya dan keycard kamarku dibawa dia! Aku sudah ke resepsionis tapi resepsionis menolak memberi karena aku tidak bisa menunjukkan bukti apapun. Tasku juga—aduh!” Ucapan Mikayla terputus karena tiba-tiba saja Zeev langsung menarik tangannya dan menutup pintu kamarnya. “Apa-apaan, sih?!”
“Ada pramugara dan pramugari lain di koridor tadi. Bisa bahaya kalau melihat seorang pramugari sedang merayu untuk bisa tidur di kamar pilotnya.” Ucap Zeev sambil lalu dan kemudian naik keatas kasur. “Aku nggak mau tidur di sofa hanya karena kamu.”
Mikayla berdiri dihadapan ranjang yang ditiduri Zeev, lalu melihat ke sofa berukuran sedang di kamar. “Aku juga nggak mungkin tidur di sofa ini, Capt. Badanku bisa kesakitan. Captain tega?”
“Kamu juga tega sudah menampar dan memukuli saya duluan tadi.” Ucapan Zeev kembali formal dan ternyata dia masih dendam.
Mikayla berdeham. Ia kemudian duduk di sofa sambil melihat Zeev yang sudah menarik selimutnya. Tapi kemudian Zeev melemparkan bantal dan selimut pada Mikayla, membuatnya tidur tanpa selimut.
“Selamat malam!” Ucap Zeev dengan dingin dan terkesan tidak ikhlas mengucapkannya.
Mikayla mengambil bantal dan selimut itu sambil bersungut kesal menatap Zeev yang tertidur meringkuk. Yang Zeev tak sadari setelahnya adalah badan Mikayla pegal-pegal saat ia mencoba tidur di sofa, kemudian ia terduduk kesal menatap Zeev yang tidur seperti memeluk dirinya sendiri di kasur.
“Dasar egois!” Namun Mikayla kemudian mengangkat selimutnya dan balik menyelimuti Zeev di kasur. Tapi tentu saja, ia juga jadi ikut tidur di kasur. “Masa bodoh. Aku benar-benar nggak bisa tidur di sofa.” Lalu ia tidur menyamping menatap punggung tegap Zeev dan berbisik. “Maaf ya Captain Zeev, aku tidur sama kamu malam ini, hihi.”
Malam bergulir menjadi pagi begitu saja. Zeev tak sadar Mikayla menjadi tidur seranjang dengannya dan Mikayla juga tak sadar posisi tidur mereka kini telah berubah. Zeev berbaring terlentang dengan lengan kirinya yang dijadikan Mikayla sebagai bantal dan Mikayla dengan nyamannya memeluk tubuh Zeev dibalik selimut.
Dan hari ini, adalah hari ulangtahun Zeev.
Pintu kamar nomor 902 terbuka secara otomatis ketika Renald meminta keycard cadangan pada resepsionis dan jejeran pramugari serta pramugara berdiri dibelakangnya membawa kue dan pernak-pernik pesta ulangtahun yang telah mereka siapkan sebelum jam penerbangan. Mereka semua melangkah tanpa suara, hingga Renald melompat terlebih dahulu ke arah kamar dan…
“Surprise!!!”
Lampu kamar menyala makin terang, pinata yang bertabur pita diledakkan dan mereka semua langsung terdiam ketika melihat Captain Zeev dan sang pramugari baru itu juga terkejut ketika ketahuan tidur bersama.