9. Sedikit Ancaman

1203 Words
Reina mengusir Luze tanpa bergeming dan membuang muka ke arah sebaliknya. Sudah cukup ia tersiksa dengan keluarga Brahmantya, ia tidak ingin merasakan luka dan rasa sakit untuk ke sekian kalinya hanya karena seorang pria b******k seperti Luze. Luze yang masih berdiri di samping Reina mulai berjongkok untuk menyelaraskan tinggi mereka,  mencoba untuk menggapai ujung tangan kiri Reina. Sedangkan Raisa yang melihat tersebut lantas tidak tinggal diam. Ia beranjak dari duduknya dengan tatapan tidak suka menghampiri Luze dan menepis tangan Luze agar tidak menyentuh Reina. Ingatkan akan hal ini! Raisa bersikap seperti itu bukan karena cemburu, melainkan karena benar-benar tidak suka dengan Luze yang sudah menyia-nyiakan Reina –sahabatnya. “Apa yang kau lakukan di sini, Luze?! Tidak cukupkah kau bermain di belakang Reina dan membuat Reina seperti ini!” sentak Raisa mewakili Reina yang terdiam tidak bergeming. Tidak ada perlawanan apapun dari Luze mendapatkan perlakuan dingin dari Reina. Ia justru berdiri kembali dan melihat sekilas ke arah Raisa yang mencoba menghalangi dirinya untuk kembali pada Reina. “Diamlah, Raisa! Ini bukan urusanmu.” Balas Luze tidak mengindahkan sentakan Raisa. “Ini memang bukan urusanku, Ze. Tapi sikap brengsekmu itu yang menghancurkan kehidupan Reina,  yang menuntutku untuk ikut campur. Lebih baik kau tidak kembali ke sisi Reina, Luze! Ingatlah, kau sudah bertunangan dengan Carissa dan satu hal lagi, Reina sudah menikah dengan seseorang yang jauh lebih baik darimu!”. Tandas Raisa, ia benar-benar mewakili Reina mengatakan semua yang tidak bisa Reina ucapkan dan segera memeluk Reina dari samping. Bulir air mata diam-diam jatuh dari pelupuk mata Reina. Sebenci apapun Reina pada Luze, kenyataan bahwa ia pernah mencintai dan mempercayai Luze masih tergambar jelas di memorinya. “Menikah?!” satu kata yang keluar dari mulut Luze begitu mendengar sebuah kebenaran dari Raisa, detik berikutnya ia langsung tertawa sinis mendengar pernyataan dari Raisa, yang menurutnya hanya omong kosong belaka. “Hahaha.. Raisa, aku tahu kau adalah sahabat terbaik Reina, tapi kau tidak perlu mengatakan hal konyol dengan kata ‘Pernikahan’ hanya untuk membuatku mundur mengejar Reina kembali. Jangan lupa Raisa, aku dan Reina menjalin hubungan yang cukup lama. Dan tentu saja, Reina tidak akan semudah itu untuk melupakan, ku.” Kata Luze membanggakan dirinya sendiri. Geram dengan sikap Luze yang terlalu membanggakan diri, Reina melepas pelukan Raisa dan tersenyum simpul dengan membisikkan “Aku baik-baik saja, Raisa. Biar aku yang menyelesaikan hal ini.” Reina menghela napas berat, lalu detik berikutnya ia menoleh ke arah Luze dengan tatapan dingin, datar tanpa ekspresi. Seolah semua ekspresi senang dan sedihnya sudah terenggut sejak Luze memutuskan untuk mengkhianati cintanya. “Semua yang Raisa katakan adalah BENAR! Dia tidak mengada-ada, Luze. Sekarang kau sudah tahu kan, aku sekarang memiliki suami. Jadi berhentilah mengganggu hidupku. Dan jangan lagi mengatakan apapun atas nama cinta. Karena sejak kau memilih Carissa, maka hubungan kita telah BERAKHIR. Aku lelah, Raisa.. lebih baik kita kembali ke kamar.” “Reina tunggu!, kau tidak bisa memperlakukan ku seperti ini, sebelum aku menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi!”. Cegah Luze, namun itu sia-sia. Karena merasa tidak ada hal yang perlu di bicarakan lagi, Raisa mendorong kursi roda Reina meninggalkan taman, tanpa menghiraukan Luze yang mencoba menghentikan mereka. Meski Luze mengikuti mereka, Raisa maupun Reina tidak memperdulikannya dan tetap melangkah cepat demi terhindar dari Luze. Hingga Raisa berhasil membawa Reina ke depan ruang VVIP yang di tempati Reina. Baru saja mereka akan masuk, seorang pria dengan ketampanan mendominasi yang baru-baru ini menjadikan Reina istrinya datang dengan aura dingin yang tidak bisa Reina jabarkan. Ya! Itu adalah Axton. Dengan melemparkan senyum mautnya, Axton menghampiri Reina dan mengambil alih posisi Raisa untuk mengantar Reina memasuki ruangan. “Sayang, mengapa kamu berada di luar? Bibi An tadi mengatakan padaku, bahwa istriku ini ingin berjalan-jalan di sekitar rumah sakit dan kedatangan tamu tak di undang. Maka dari itu, aku langsung meninggalkan kantor cabang dan kembali secepatnya untuk menyambut tamu tersebut.” Kata Axton yang sudah ada di belakang Reina sembari menundukkan sedikit kepalanya dan menoleh ke arah Reina. Mendengar kata ‘Sayang’ dari pria asing yang di tunjukkan untuk Reina, Luze yang berada tidak jauh dari mereka langsung mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras dengan emosi yang tersulut menghampiri Axton. “Berhenti! Siapa kau berani memanggil Reina dengan sebutan ‘Sayang’?” teriak Luze. Ia bahkan tidak menghiraukan orang-orang yang mulai memperhatikannya. Luze sedikit mempercepat langkahnya menghampiri Axton. Tanpa aba-aba, dari belakang sebuah bogem mentah hendak Luze layangkan begitu ia memperingatkan Axton untuk berhenti. Namun jangan  pernah kalian lupakan, bahwa Axton adalah seorang Mafia si Mr. X yang memiliki kemampuan yang tidak bisa di perkirakan, bahkan oleh bawahannya sendiri. Dengan sigap Axton menoleh ke belakang dan menahan bogeman yang Luze layangkan. “Hati-hati dengan sikapmu bocah, kau bisa saja membuat seorang wanita cantik bergidik takut!”. Ejek Axton tenang namun tatapannya begitu dingin dan menindas. Detik berikutnya ia tersenyum seringai mendapati Luze tersentak kaget dengan kegesitannya. Mata Luze membelalak, antara geram dan sedikit takut dengan tatapan mengintimidasi Axton, membuatnya mencoba melepas cekalan Axton dan berjalan mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak. “Siapa kau! Aku belum pernah melihatmu sebelumnya bertemu dengan Reina ataupun Raisa.” “Dia suamiku, Luze. Berhenti membuat masalah di sini dan pergilah!” sahut Reina angkat bicara. ‘Jujur, sebenarnya aku malas mengakui Axton sebagai suamiku. Tapi kali ini benar-benar terpaksa agar Luze berhenti mengganggu hidupku. Ah.. entah apa yang Axton pikirkan dengan perkataanku barusan’, batin Reina. Ia memalingkan wajahnya tidak ingin melihat wajah Axton yang saat ini mungkin sudah tersenyum penuh kemenangan. Sejurus Luze menoleh ke arah Reina dengan tatapan tidak percaya. Tentu saja tidak percaya, karena Luze yakin Reina masih mencintainya. “Oh.. jadi pria ini yang sudah merebutmu dariku, Reina?! aku tahu, kamu pasti terpaksa kan, menikah dengannya? Karena aku tahu pasti bahwa kau masih sangat mencintaiku, benar kan Reina?”. ujar Luze dengan penuh keyakinan. “Raisa, antarkan Reina masuk ke dalam. Sepertinya aku harus memberi sedikit pelajaran pada pria satu ini,” perintah Axton pada Raisa dan di balas dengan anggukan. “Ayo Reina, kita masuk ke dalam. Kamu harus istirahat, kondisimu belum benar-benar pulih.” “...tapi Raisa?” potong Reina. “Tidak ada tapi-tapian, percayalah pada suami mu. Dia pasti akan menyelesaikannya untukmu”. Raisa mengambil alih kembali kursi roda tersebut dan mendorongnya ke dalam. Reina tidak bisa berbuat apapun dan hanya diam. Sebenarnya dalam hal ini, Reina tidak mengkhawatirkan keadaan Axton. Reina justru lebih mengkhawatirkan keadaan Luze. Meski ia sudah menyakiti Reina sedemikian rupa dan dendam membara memenuhi ruang hatinya, tapi tidak di pungkiri setitik tempat masih mengkhawatirkan pria b******k seperti Luze. ‘Luze, aku harap selamaya tidak mendengar penjelasan apapun darimu. Aku lebih berharap kau memang benar-benar menyakitiku agar hatiku tidak goyah saat ingin membalaskan dendam ku padamu!’. - Raisa sudah membawa Reina kembali masuk ke dalam ruang rawat, kini tinggal menyisakan Axton dengan Luze yang masih saling diam dengan banyak mata yang sudah memperhatikan pertengkaran mereka. Karena tidak ingin membuat keributan, Luze mendekat dan membisikkan sesuatu pada Axton.  “Apa maumu, dan siapa kau sebenarnya? Mengapa kau menargetkan Reina dan membuatnya menjadi tunduk di depan mu?”. Beberapa pertanyaan Luze lontarkan, matanya menatap nyalang pada Axton, ia terlihat sangat tidak rela jika orang yang pernah menjadi bagian dari kehidupannya menjadi milik orang lain. Sungguh pemikiran menjijikan! Seutas senyum smirk Axton berikan pada Luze dan menepuk berat dan kuat bahu Luze, “Kau tidak berhak untuk tahu! Dan ini untuk terakhir kalinya. Jangan pernah ganggu kehidupan Reina, bila perlu enyah dari hadapannya selamanya. Karena jika kau berani melakukannya, maka aku tidak akan segan menyeretmu menuju neraka saat itu juga! Jangan pernah remehkan ancaman dari seorang Axton Remington Wilbert. Camkan itu baik-baik!!”. Balas Axton masih dengan sikap tenangnya, lalu meninggalkan Luze masuk ke dalam ruang rawat.        
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD