08 : Kerepotan

521 Words
Pagi ini terasa sangat menyibukkan bagi Daffa maupun Reya. Mbak Yoona dan mbak Tiwi masing-masing sedang cuti beberapa hari untuk menemui keluarganya di kampung halaman. Kalau kalian bertanya-tanya kenapa mbak Yoona punya kampung, alasannya simple, karna ibu Yoona seorang wanita pribumi sedangkan ayahnya adalah orang Korea asli. Reya membalikkan telur mata sapi di atas teflon. Tubuhnya hanya terbalut tanktop berwarna hijau tosca dan juga celana pendek berwarna putih. "Ayah coba kamu bangunin Radinka deh, udah siang ini dia belum sarapan nanti sakit!" Teriak Reya. "Iya bunda! Ini aku udah sama teteh," Daffa memoleskan bedak ke wajah Radinka karna Daffa langsung memandikannya tadi setelah ia membangunkan anaknya. Daffa mendudukkan Radinka di meja makan, ia menyeret dua kursi balita yang di pojok dekat meja bar, lalu mendudukkan kedua putrinya disana. "Kamu sarapannya nanti atau sekarang Ayah?" Tanya Reya sembari menaruh telur mata sapi itu di piring Radinka. "Teteh suka telur kan? Telur dulu ya nak, nanti siang kita belanja," Radinka mengangguk sambil meniup-niup piringnya. "Iya aku nanti aja, suapin anak-anak dulu baru makan," Reya tersenyum. Ia mencium pipi Daffa sekilas. Lalu berbisik di telinganya. "Semangat ya suapin mereka, nanti malem aku kasih hadiah!" Daffa menarik tangan Reya, lalu mencium punggung tangannya dengan penuh cinta. "I love you," "Love you too!" Reya menarik sejumput rambutnya ke belakang telinga. "Aku ke kamar dulu deh, udah jamnya Keagan nenen. Bentar yaa," Reya berlalu dari hadapan Daffa. Tinggal lah Daffa yang sedang menyuapi si kembar dengan biskuit bayi yang di haluskan menjadi bubur ke dalam bibir mungil anaknya. Radinka sudah bisa makan sendiri tanpa perlu disuapi. "Pelan-pelan sayang makannya jangan disembur-sembur ya, jorok!" Ucap Daffa dengan lembut karna Qira menyemburkan bubur dari dalam mulutnya ke wajah Daffa. Laki-laki itu mengambil serbet di atas meja makan, lantas mengusap bibir Qira yang belepotan karna bubur yang tadi di semburkannya ke Daffa. "Dedek ganteng!" Kata Radinka. Ia melihat bundanya menggendong adik bungsunya yang terlihat baru bangun. "Halo teteh Dinka!" Reya menirukan gaya bicara Keagan. Radinka tertawa cekikikan. Membuat Qila dan Qira menoleh menatap adik dan juga bundanya. Radinka menghampiri Keagan lalu mencium pipinya. "Ih dedek ganteng bau!" Daffa maupun Reya tertawa, membuat Qila dan juga Qira tertawa-tawa mengikuti kedua orang tuanya. "Ya kamu sih cium-cium aja, kan adek baru bangun ya dek, ya? Masih bau ya?" Reya menciumi bibir Keagan, ia mengeluarkan sebelah payudaranya untuk menyusui Keagan. Radinka masih setia mengusap-usap rambut Keagan yang tipis. "Teteh habisin dulu makannya sini!" Reya menarik piring Radinka, lalu menyuapi Radinka dengan nasi diatas piringnya. Selagi menyuapi Dinka, Reya juga bergantian menyuapi Daffa. "Makan dulu satu suapan, nanti sakit kamunya ya." Daffa menurut. Laki-laki itu menerima suapan dari sendok Reya. Lantas mengunyahnya. Ia menatap Reya yang sedang menyusui Keagan di depannya. "Liatinnya ngga boleh mupeng ah!" "Nggak kok, kan nanti malem mau dapet hadiah istimewa!" Daffa mengedipkan sebelah matanya sambil memberi Qila dan Qira minum. "Ayah mau dapet hadiah apa bunda?!" Reya dan Daffa kompak menoleh menatap Dinka. Daffa gugup sedangkan Reya tertawa. "Dapet hadiah istimewa, dinka mau?" "Mau bunda! Kapaan-kapaaan?!" "Nanti malem sayang," kata Reya. Daffa melebarkan matanya untuk memberi reya kode. Tapi istrinya pura-pura tidak tau. Yah alamat di ganggu ini, mah!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD