4. Tamu tak terduga

1522 Words
"Ms. Hewitt,"seru Tristan terkejut. Caramella berhenti berjalan di depannya dan memandangi pria itu. Kedua tangannya dimasukan ke saku mantelnya. Sorot mata pria itu begitu tajam yang membuat Caramella tidak bisa berlama-lama menatapnya "Selamat malam, Mr. Ramsey! Tidak disangka aku bertemu dengan Anda di sini." "Aku juga. Aku kira tadi aku salah lihat." Pria itu tersenyum dan lagi-lagi senyuman yang memiliki pesona itu meresahkan hati Caramella. "Apa yang Anda lakukan di sini, Mr. Ramsey?" Caramella melihat bangunan di belakang Tristan dan itu sebuah bar. Wanita itu pun mengerti. "Habis minum-minum?" "Ya. Aku perlu sedikit menenangkan diri. Terlalu banyak masalah jadi ya Anda pasti tahu." "Aku mengerti." Suasana kembali hening dan terasa canggung. Tiba-tiba seekor kucing melompat ke arah Caramella dan membuatnya terkejut. Ia refleks memeluk Tristan. Tercium aroma aftersave dari tubuhnya dan ia cepat-cepat melepaskan pelukannya, merasa malu. Rona merah muncul di pipinya. "Maaf!" "Tidak apa-apa. Oh ya apa yang sedang Anda lakukan malam-malam di sini, Ms. Hewitt?" "Aku baru saja menemui salah satu klienku dan ketika akan pulang tiba-tiba mobilku mogok dan harus diderek ke bengkel. Aku terpaksa harus berjalan ke halte bus di depan sana." "Kalau begitu aku akan mengantar Anda pulang." "Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak ingin mengganggu kesenangan Anda." "Aku baru saja mau pulang, jadi kita pulang sama-sama." "Ya baiklah." Tristan menyuruh seseorang dari petugas bar untuk mengambilkan mobilnya. Caramella merapatkan mantel ke tubuhnya untuk menghalau udara yang semakin dingin dan melihat Tristan yang membelakangi dirinya sedang menelepon seseorang . Ia memperhatikan penampilan pria itu yang tanpa cela. Punggungnya yang tegap dan lebar dibalut oleh stelan jas mahal. Jam tangan mahal melingkar di lengannya, rambut pirang madunya disisir rapih ke belakang menggunakan jelly rambut, rahangnya kokoh, dan sepatunya disemir sampai mengkilat. Caramella cepat-cepat menurunkan pandangannya, ketika pria itu selesai menelepon dan berbalik ke arahnya. "Apa Anda kedinginan?" "Tidak." "Sebentar lagi mobilku datang." Petugas bar datang membawa mobil sedan hitam mengkilat dan memberikan kuncinya pada Tristan. Caramella masuk ke mobil dan segera memasang sabuk pengaman. Begitu pun juga dengan Tristan. Mobil melaju dengan pelan. Pandangan mata Tristan yang tajam terus mengarah ke depan. "Miss Hewitt,"panggilnya. "Iya." "Istriku tadi siang menemuiku di kantor dan ia ingin proses perceraian kami dipercepat. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin segera menikahi selingkuhannya." "Baiklah. Aku akan mengusahakannya." "Terima kasih." "Apa ini tidak apa-apa untuk Anda?" "Apa maksud Anda?" "Merestui pernikahan istri Anda dengan. selingkuhannya." "Itu tidak masalah bagiku. Sherly mungkin saja akan menemukan kebahagiaan dengan pria pilihannya dan aku tidak bisa memaksanya untuk tetap tinggal di sisiku. Jika itu membuatnya bahagia, aku akan mendukungnya. Lagi pula dari awal pernikahan kami sudah bermasalah. Aku tidak ingin membuat hubungan kami tambah lebih parah lebih baik kami berpisah secara baik-baik. Pernikahan kami sudah lama dingin. Kami menjalani hidup masing-masing." "Bagaimana dengan Anda? Apa Anda sudah memiliki kekasih lain yang akan Anda nikahi?" "Ini pertanyaan pribadi atau untuk keperluan proses perceraian?"tanyanya sambil tersenyum tanpa mengalihkan perhatiannya. "Keduanya." Tristan tersenyum lagi. "Baiklah jika Anda ingin tahu. Aku sama sekali tidak mempunyai kekasih mungkin suatu hari nanti aku akan memilikinya dan menikahinya." "Anda pasti akan mendapatkan dengan cepat dan mudah." "Kenapa Anda berkata seperti itu?" "Pria seperti Anda pasti mudah mendapatkan wanita mana pun untuk dijadikan sebagai kekasih Anda." "Apa itu termasuk Anda?" Tristan memberikan senyuman jahilnya. "Apa?" "Tidak apa-apa dan Anda benar. Aku bisa saja mendapatkan wanita mana pun yang kuinginkan, tapi untuk menemukan belahan jiwa dan cinta sejati itu yang sulit." Caramella tertawa dengan sangat keras. "Apa ada yang lucu?" "Aku tidak pernah menyangka pria sepertimu percaya dengan cinta sejati dan adanya belahan jiwa." "Memangnya kenapa? Apa itu salah?" "Tidak juga. Aku hanya tidak menyangka saja kalau Anda percaya itu." Tristan melirik Caramella sebentar sebelum ia kembali berkonsentrasi mengemudi. Rintik-rintik hujan mulai turun. "Apa Anda tidak mempercayainya, Miss Hewitt?" "Tidak,"jawabnya tegas "Kenapa?" "Karena aku tidak mempercayainya adanya cinta." Sekilas Tristan terkejut dan kembali tenang lagi. "Apa yang membuat Anda tidak percaya?" "Sejak aku kecil aku selalu melihat orang tuaku bertengkar dan aku meragukan mereka memiliki yang namanya cinta. Selain itu aku banyak menangani kasus perceraian dan rata-rata karena perselingkuhan dan kekerasan rumah tangga. Cinta tidak cukup mempertahankan keutuhan rumah tangga dan aku berpikir apa cinta itu ada." "Mungkin itu karena Anda belum pernah merasakan jatuh cinta, jadi berkata seperti itu." "Entahlah. Kenapa aku menceritakan hal ini pada Anda." Tristan kembali tersenyum dan terus berkonsentrasi mengemudi. Ia tidak ingin berdebat dengan Caramella yang perlu ia lakukan adalah membuat Carmella jatuh cinta untuk membuktikan cinta itu ada. Tiba-tiba ia mempunyai ide, ia akan menjodohkan Caramella dengan salah satu temannya. Mobil memasuki parkir bawah tanah apartemen. Hujan turun semakin deras. Setelah mobil terparkir, Tristan membukakan pintu mobil untuk Caramella. Mereka berjalan bersama menuju lift. Caramella langsung menjaga jarak. Ia tidak ingin lebih dekat dengan Tristan, karena pria itu bisa membuatnya serangan jantung. Suara dentingan lift terdengar dan pintunya terbuka. Tristan mempersilahkan Caramella keluar duluan dan memberikan jalan untuknya. Sesampainya di depan pintu apartemennya, Caramella membuka pintu. "Selamat malam Miss Hewitt!" "Selamat malam Mr. Ramsey!" Tristan berjalan menuju pintu apartemennya sambil tersenyum. *** Keesokan harinya, Caramella cepat-cepat pergi ke kantor. Ia tidak ingin berpapasan dengan Tristan. Ia hanya tidak ingin terlalu sering bertemu dengannya, karena tidak baik untuk kesehatan jantungnya, bahkan ia tidak sempat untuk sarapan pagi hanya sempat meminum s**u. Caramella berjalan terburu-buru menuju halte bus dan menunggu kedatangan bus yang akan tiba lima menit lagi. Sebelum dua menit bus yang ditunggunya datang, mobil sedan hitam berhenti di depan Caramella dan ia mengenali mobil itu. Kaca mobil terbuka dan Tristan menyapanya dari dalam. "Selamat pagi Miss Hewitt!". "Pagi Mr. Ramsey!" "Aku akan mengantar Anda ke tempat Anda bekerja." "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku akan naik bus saja." "Naiklah!" "Tidak. Terima kasih." "Aku ingin membahas sesuatu denganmu mengenai perceraianku." Caramella menjadi bimbang dan ia tidak bisa mengabaikan pekerjaannya termasuk mendengar apa yang ingin disampaikan oleh kliennya. "Baiklah." Dengan enggan ia menyetujuinya demi keprofesionalannya dalam bekerja. Tristan tersenyum dan membukakan pintu mobil dari kursi pengemudinya. Seperti biasa Tristan berpenampilan sangat rapih membuat Caramella takjub. Pria itu begitu memperhatikan penampilannya. Setelah mobil melaju, Caramella bertanya pada Tristan. "Apa yang ingin Anda bahas denganku?" "Aku sebenarnya tidak sepenuhnya mengatakan yang sebenarnya pada Anda." "Apa maksud Anda, Mr. Ramsey?" "Sebenarnya aku memiliki anak asuh yang tinggal bersama kami." "Apaaa?!"teriak Caramella yang membuat Tristan terkejut dan pria itu mengerem mendadak dan banyak yang mengklasoninya dari belakang. Beruntung tidak terjadi tabrakan. "Kenapa Anda berteriak? Hampir saja tadi terjadi kecelakaan." "Maaf. Aku tidak bermaksud membuat kecelakaan terjadi." Tristan meminggirkan mobilnya. "Anda sudah berbohong kalau Anda tidak punya anak meskipun itu hanya anak asuh." "Aku tahu aku salah. Maaf!" Caramella terlihat sangat kesal. "Aku sudah mengatakan pada Anda untuk tidak merahasiakan sesuatu demi kelancaran proses perceraian Anda." "Aku tidak akan merahasiakan apa pun lagi yang berkaitan dengan perceraianku." "Berapa umur anak asuh Anda?" "15 tahun." "Laki-laki atau perempuan?" "Perempuan." "Siapa namanya?" "Ailana." "Sejak kapan Ailana menjadi anak asuh kalian?" "Satu tahun setelah menikah, kami memutuskan untuk mendaftar sebagai orang tua asuh." "Sekarang Ailana tinggal dengan siapa?" "Dengan Sherly. Dia tidak mungkin tinggal bersamaku di apartemen. Aku rasa dia lebih baik tinggal bersama Sheryl di rumah." Caramella tiba-tiba saja menatap curiga pada Tristan yang sedang bersandar di kursinya. "Apa Anda sengaja tidak mengatakan apa-apa tentang Ailana supaya Anda terhindar dari tambahan tunjangan untuk menafkahi anak asuh Anda?" "Tidak bukan begitu. Ailana masih dalam tanggung jawabku dan aku akan terus menafkahinya sampai anak itu mandiri dan aku juga akan membayar tunjangan pada Sherly sebagai kompensasi dan denda, karena aku menceraikannya." "Lalu apa alasannya?" "Aku takut, jika pihak dinas sosial mencabut hak asuh Ailana dari kami, karena kami bukan pasangan utuh lagi dan kehidupan keluarga kami tidak harmonis lagi. Aku sudah menyayangi Ailana sebagai anakku sendiri. Dia anak yang manis, baik, penurut, dan pintar. Sejak aku keluar dari rumah, kami selalu memenuhi semua kebutuhannya. Aku tidak ingin Ailana kekurangan apa pun termasuk kasih sayang kami meskipun kami telah bercerai." "Apa calon suami istri Anda setuju Ailana tinggal bersama mereka nanti setelah menikah?" "Aku tidak tahu, jika tidak setuju aku akan membawa Ailana tinggal di apartemen bersamaku atau nanti aku akan membeli sebuah rumah." "Sebaiknya Anda membicarakan hal ini lebih lanjut dengan istri Anda." "Itu akan kulakukan." "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Ini pertama kalinya aku membahas masalah rumah tangga klien dan mewawancarainya di dalam mobil." Tristan hanya tersenyum dan segera melajukan mobilnya. Caramella bernapas lega setelah ia tiba di firma hukum tempatnya bekerja. "Terima kasih sudah mengantarkanku." "Sama-sama Miss Hewitt." Caramella cepat-cepat turun dari mobil. Mantel merahnya dan rambutnya berkibar, karena hembusan angin yang cukup kencang. Tristan meninggalkan tempat itu setelah Caramella masuk ke dalam gedung. *** Willow yang melihat kedatangan Caramella langsung berjalan menghampirinya. "Pagi Miss Hewitt!" "Pagi Willow!" "Ada tamu untuk Anda." "Siapa?"tanyanya keheranan. "Anda akan tahu setelah masuk ke ruangan Anda. Dia sudah menunggumu sejak dari tadi." Caramella yang penasaran cepat-cepat masuk ke ruangannya dan ia cukup terkejut siapa yang datang menemuinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD