"Apa Anda tinggal di samping apartemenku?"tanya Caramella tak percaya.
"Aku baru saja pindah ke sini. Aku tidak mungkin tinggal serumah lagi dengan istriku. Itu bagus, bukan? kalau kita tinggal bersebelahan. Aku bisa berkonsultasi dengan Anda lebih mudah."
"Y-ya tentu saja."
Caramella nampak gugup tidak mampu berlama-lama memandang wajah Tristan yang tampan.
"Maaf aku mau masuk dulu!"
"SIlahkan!"
Caramella cepat-cepat masuk ke dalam apartemennya dan langsung menutup tirai jendela. Ia menghirup napas dalam-dalam dan berusaha meredakan debaran jantungnya yang bertalu-talu kencang. Ini pertama kalinya ada seorang pria yang membuat jantungnya berdebar kencang. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin dan berpakaian, lalu memutuskan tidur lebih awal.
Keesokan harinya, Caramella bangun lebih pagi. Semalam ia tidak bisa tidur. Ia akan mengantar ayahnya ke rehabilitasi pecandu alkohol. Pukul delapan pagi, ia sudah berada di depan apartemen ayahnya. Caramella memencet bel berkali-kali, tapi tidak ada yang menjawab. Ia juga menelepon ayahnya, tapi ponselnya selalu tidak aktif. Ia menjadi geram, karena tahu ayahnya sudah melarikan diri dan ia berjanji pada diri sendiri tidak akan membantu ayahnya lagi.
Caramella pergi dari apartemen ayahnya dan langsung menuju kantornya.
"Selamat pagi, Ms. Hewitt!"
"Pagi, Willow!"
Caramella langsung duduk di belakang meja kerjanya. Willow menyadari atasannya memasang wajah tertekuk dan kesal.
"Ada apa?"
"Apanya apa?"
"Anda terlihat kesal. Apa ada masalah?"
"Ah ya itu aku sedang kesal dengan Ayahku."
"Apa lagi yang sudah diperbuat oleh Ayah Anda?"
"Dia kabur dari apartemennya. Aku rasa Ayahku tidak ingin masuk ke rehabilitasi pecandu alkohol. Sejak awal dia memang tidak ada niat untuk sembuh dari kecanduannya. Aku tidak akan membantunya lagi."
"Sayang sekali."
"Aku tidak ingin membicarakan Ayahku lagi. Aku sudah tidak peduli lagi,"katanya dengan suara ketus. "Apa jadwalku hari ini?"
Willow membuka buku agendanya. "Siang ini Anda ada janji temu dengan Mrs. Hadley Parker."
"Ah iya. Aku lupa akan bertemu dengan Mrs. Parker hari ini. Masalah Ayahku membuatku gila akhir-akhir ini."
"Saya mengerti. Bagaimana kalau Anda ambil cuti beberapa hari untuk liburan? Selama ini Anda sudah bekerja keras dan tidak pernah ambil cuti. Liburan akan membuat pikiran Anda menjadi lebih tenang."
"Apa menurutmu itu ide yang bagus?"
"Tentu saja. Liburan selama beberapa hari akan membantu Anda. Saya lihat Anda sudah terlalu lelah dan Anda berhak untuk beristirahat sebentar."
Caramella memikirkan saran Willow. Selama ini ia memang jarang ambil cuti dan jarang liburan. Mungkin saat ini adalah yang paling tepat untuk berlibur. Selain itu semua pekerjaannya hampir selesai hanya tinggal kasus perceraian Mr. Ramsey dan istrinya.
"Baiklah. Aku akan ambil cuti. Selama aku pergi tolong jaga kantorku."
Willow tersenyum. "Itu tidak jadi masalah. Mungkin saja selama liburan Anda akan bertemu dengan pria-pria keren."
Willow mengedipkan matanya.
"Willow."
"Ups. Tapi siapa tahu Anda bertemu dengan calon suami selama liburan nanti. Selamat bersenang-senang!"
Willow pergi dan kembali ke mejanya. Caramella mengetuk-ngetukkan bolpoinnya di atas meja, lalu meraih gagang teleponnya dan langsung menekan nomor. Apa yang dikatakan Willow benar. Ia butuh liburan yang akan menyelamatkan hidupnya yang penuh tekanan. Empat deringan, lalu suara sopan menyapa dari ujung sana.
"Halo! Saya ingin memesan tiket ke Cartagena."
***
Tristan berada di kantornya yang berada di salah satu gedung pencakar langit. Ia sibuk dengan memeriksa semua dokumennya. Suara ketukan di pintu terdengar.
"Masuk!"
Seorang pria masuk sambil membawa cangkir kopi, lalu meletakkannya di atas meja.
"Terima kasih,"katanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang sedang dibacanya.
Pria itu masih tetap berdiri di sana.
"Ada apa?"
"Istri Anda ada di luar."
Tristan langsung mendongakkan kepalanya. Terkejut.
"Sherly ada di sini?"
"Iya."
"Suruh dia masuk, Finn!"
"Baik."
Suara sepatu berhak tinggi terdengar mendekat kepadanya. Seorang wanita berambut pirang panjang berjalan begitu anggun. Tristan memperhatikan istrinya itu.
"Silahkan duduk!"
"Sepertinya kamu sedang sibuk. Maaf jika kedatanganku sudah mengganggu waktumu."
"Tidak apa-apa. Sekarang ada apa kamu menemuiku di sini?"
"Ini tentang masalah perceraian kita."
"Aku sudah mendatangi seorang pengacara untuk mengurus perceraian kita. Kamu tidak perlu cemaskan itu lagi."
"Bagus. Aku ingin segera berpisah denganmu."
"Aku juga. Tidak ada alasan lagi untuk mempertahankan pernikahan kita, sehingga kamu bisa menikah dengan selingkuhanmu itu."
"Dia pria yang baik dan memang kami berencana akan menikah setelah aku resmi bercerai darimu."
"Semoga kamu bahagia."
"Terima kasih. Dan tentang harta gono gini...."
"Kamu akan mendapatkannya. Jadi kamu tak perlu cemaskan itu lagi."
"Baiklah. Aku hanya ingin memastikannya."
"Aku harap kamu nanti bisa hadir disidang perceraian kita."
"Aku akan hadir."
"Bagus. Apa ada lagi yang ingin kamu sampaikan?"
"Bibimu, Ester tadi meneleponku."
"Apa yang diinginkannya?"
"Dia bilang nenekmu sakit dan ingin bertemu denganmu."
"Kenapa Bibi Ester tidak meneleponku?"
"Dia sudah meneleponmu, tapi tidak kamu jawab."
Tristan segera memeriksa ponselnya dan ternyata banyak panggilan tak terjawab dari bibinya, karena ia membisukan suara dering ponselnya. Sherly berdiri.
"Sepertinya aku tidak bisa berlama-lama di sini dan tidak ingin mengganggumu lebih lama lagi."
"Baiklah. Sampai jumpa di pengadilan nanti!"
Sherly mengangguk, lalu keluar ruangan. Finn kemudian masuk.
"Ternyata Anda benar-benar serius mau bercerai."
"Aku tidak ada pilihan lain. Aku perlu mengosongkan jadwal selama seminggu. Sepertinya aku harus pergi ke Cartagena. Nenekku sakit."
Finn segera melihat buku agendanya, lalu ia menghela napas. "Baiklah aku akan mengosongkan jadwal Anda selama satu Minggu ke depan dan mengatur ulang jadwal Anda."
"Baiklah."
"Kapan Anda akan pergi?"
"Kalau bisa besok lusa."
"Baiklah."
Finn keluar ruangan dan Tristan menelepon balik bibinya dan mengabarkan ia akan datang ke sana.
***
Willow masuk ke ruangan dan memberitahukan Caramella kalau Mrs. Parker telah tiba.
"Suruh dia masuk!"
Willow keluar memanggil Mrs. Parker untuk masuk. Seorang wanita dipertengahan usia 40 tahunan datang dengan senyuman ramah.
"Silahkan duduk!"
"Bagaimana kabar Anda hari ini?"tanya Caramella.
"Sangat baik setelah aku bercerai dengan suamiku."
"Aku senang mendengarnya."
"Aku datang ke sini hanya untuk berterima kasih kepada Anda, karena telah membantuku. Akhirnya aku bisa terlepas dari mantan suamiku yang selalu memukulku."
"Aku senang bisa membantu Anda."
"Yang aku sesali sekarang kenapa aku tidak melakukannya sejak dulu sehingga aku tidak perlu hidup menderita dalam pernikahanku."
"Semuanya sudah berlalu dan yang terpenting sekarang Anda sudah bebas dan bisa memulai kehidupan yang baru lagi."
"Anda benar. Kalau begitu aku permisi pulang."
"Silahkan!"
Caramella bersandar pada kursinya. Satu kasus perceraian yang ditanganinya sudah selesai. Sekarang ia memeriksa kembali berkas kasus perceraian Tristan Ramsey dengan istrinya.
***
Lelaki itu memandang cairan merah hati dalam gelas brendi dan ia menyesap minuman itu sedikit. Rasanya tidak seperti yang ia pikirkan. Diseberang meja ada seorang wanita yang sedang memperhatikannya dan berusaha menggodanya dengan membiarkan belahan gaunnya tersibak, tapi lelaki itu justru menaruh gelas minumannya di meja dan bangkit berdiri. Ia melangkah keluar ruangan. Angin malam yang dingin menyambutnya. Tangannya dimasukkannya ke saku celananya. Ia merasa jengkel pada diri sendiri. Ia merasa tidak puas dengan kehidupannya, meskipun ia memiliki semuanya. Mobil mewah, pakaian mahal, uang yang banyak, dan wanita-wanita yang cantik yang bisa ia dapatkan dengan mudah, tapi hidupnya masih terasa membosankan.
"Mr. Ramsey."
Seseorang memanggilnya dan lelaki itu langsung menoleh ke belakang. Ia berusaha mengenali wajah yang memanggil namanya. Ia terkejut orang yang memanggilnya adalah Caramella setelah wanita itu keluar dari bayangan gelap jalanan.