"Memangnya kenapa," tanya Angel kesal. Tatapannya semakin menajam saat berhadapan dengan Alex
"Kamu sekarang milikku. Jangan sampai ada laki-laki yang mulai mendekati kamu."
Angel mengerutkan keningnya bingung. Ia menarik sudut bibirnya sinis.
Sejak kapan aku jadi milikknya. Pacar bukan, kenal juga enggak. Tapi kenapa malah dia seenaknya sendiri sekarang. Aku gak boleh hingga diam kalau seperti ini.
"Gimana bisa aku sekarang milikmu?" gumam Angel, menarik salah satu alisnya ke atas.
"Diam… Dan nanti tunggu aku di luar rumah. Aku akan antarkan kamu pulang. Setelah selesai makan ini." gumam Alex. Ke dua matanya tertuju pada Angel yang duduk di sampingnya. Ke dua mata mereka saling tertuju, semakin menajam. seakan percikan api kemarahan menjalar dari ke dua matanya.
Alex mengusap paha Angel. "Temani aku malam ini." bisik Alex. Angel hanya meringis. Mencoba menyingkirkan tangan Alex dari pahanya.
"Bisa singkirkan tangan kamu?" gumam Angel.
Tangan Alex terlihat semakin masuk ke dalam, sentuhan tangan itu berhasil sampai di area sensitif miliknya. Membuat Angel semakin geram. Dia mengajak kaki Alex keras.
Dasar laki-laki m***m. Dia gak punya etika saat makan atau gimana? Atau dia sengaja membuat aku marah di sini. Kalau sampai aku marah. Sekalian aku tendang ini meja. Gerutu kesal Angel.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Alex lirih.
"Tuh, rasain. memang enak. Lagian punya tangan tuh di jaga. Jangan suka melecehkan wanita." bisik Angel. Alex hanya diam meringis kesakitan. Menajamkan matanya menatap Angel. Wanita itu bukanya takut. Dia semakin mengejek.
"Kakimu terbuat dari batu?" tanya Angel.
"Memangnya kenapa?"
Angel memejamkan matanya. Ia mencoba untuk tetap tersenyum di hadapan para keluarganya. Dan hanya di depan Alex. Ke dua matanya menajam.
"Angel… Kamu kenapa?" tanya Melinda mengusap bahu Angel.
"Emm… Gak apa-apa, tente." ucap Angel.
"Harusnya mama tanya ke aku. Bukan tanya pada wanita itu." ucap Alex tak terima.
Alex mendekatkan wajahnya. Dan berbisik pelan. "Jangan harap kamu bisa tenang telah cari gara-gara padaku." gumam Alex.
Viro yang melihat mereka. Seketika tersenyum. Tingkah mereka tak mencerminkan jika mereka pacaran. Dan Varo tahu itu. Alex tak akan mungkin mudah jatuh cinta pada seseorang. Lagian dia baru saja dekat dengan wanita. Selama ini Varo selalu bersama dengannya. Satu kerjaan. Dan tidak mungkin jika dirinya tidak tahu siapa Alex sebenarnya.
Varo menatap ke arah Angel yang terus mencibir pelan. Bahkan sampai makanan di depannya masih belum tersentuh sama sekali.
Dia beranjak berduri. Memberikan beberpa lauk di piring Angel.
"Makanlah yang banyak." ucap Varo. Dia tersenyum ramah menatap ke arahnya.
Alex menegang lengan Varo. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Alex.
"Dia, juga akan jadi saudara aku. Apa salahnya aku perhatian dengannya." ucap Varo. Tersenyum tipis menarik turunkan aslinya.
"Iya. Benar kata Varo. Lagian dia sebagai saudara yang baik selalu perhatian dengan saudaranya. Nanti kalau dia menikah kamu bis perhatian dengan istrinya." saut Melinda.
"Kenapa tidak sekalian saja tukar istri." ucap Alex. Membuat semua terdiam menatap ke arahnya.
"Memangnya kamu tukar istri denganku nanti kak?" tanya Varo antusias.
"Tergantung. Kalau istri kamu jauh lebih cantik. Gak masalah!" ucap Alex. Dan langsung dapat injakan keras dari mamanya.
"Maa… Apa yang, mama lakukan?" bentak Alex. Ia meringis menahan sakit yang ke dua kalinya. Tadi di injak dengan wanita di sampingnya. Dan sekarang makanya sendiri.
"Makanya jangan asal ngomong." ucap Melinda tajam.
Varo dan Angel terkekeh kecil menatap ke arah Alex. hingga pandangan mereka tiba-tiba saling tertuju. Mereka terdiam kr dua mata mereka saling terkunci. Angel memincingkan salah satu katanya, sedikit menatap aneh ke arah Varo.
Kenapa laki-laki ini menatapku seperti itu. Apa dia juga aneh sama seperti Alex. Atau dia ada maksud lain. Aku harus lebih hati-hati. di sini keluarganya serba aneh semuanya. Gumam Angel menelan ludahnya sudah payah.
"Udah, cepetan makan. Biar kakak iparku ini tambah gemuk. Kalau enggak pipinya aja yang gemuk." ucap Varo. Tersenyum menatap ke arah Alex. Dia tahu kalau Alex tidak suka dengan wanita gemuk. Dia punya trauma dengan wanita gemuk dulu. Pernah di gendang sampai dia masuk ke rumah sakit waktu kecil. Sekarang sia paling benci jika tahu ada wanita gemuk di depannya.
"Kalau dia gemuk aku mau tukar tambah sama kamu." ucap Alex.
"Boleh! Boleh! Setelah itu kalau dia diet dan kurus lagi. Asalkan jangan pernah cari dia." ucap Varo. Terkekeh kecil dan segera kembali di tempat duduknya.
"Kalau dia gemuk juga tetap tambah cantik, kak." ucap Varo menggoda.
-----
Selesai makan. Semua mulai kembali ke perkerjaan mereka masing-masing. Dan Angel tetap diam di tempat. Tanpa ada orang yang perduli dengannya. seakan mereka sibuk dengan dunianya sendiri. Merasa terasingkan. Angel melangkahkan kakinya pergi. Langkahnya terhenti. Seakan tangannya menyangkut sesuatu di belakangnya.
Angel menoleh perlahan. Ke dua alisnya mengkerut seketika.saat dia tahu siapa laki-laki di depannya itu. "Varo?"
"Ada apa?" tanya Angel.
"Kamu mau kemana?" tanya Varo.
"Aku mau pulang."
"Aku antar kamu."
"Gak usah, aku bisa pulang sendiri." ucap Angel, tersenyum paksa. Ia menarik tangannya Dari cengkeraman Varo.
Dan segera beranjak pergi. Alex yang melihat Varo terus mengejar Angel. Dia hanya tersenyum tipis. Sebenarnya dia tidak perduli jika mereka dekat. Lagian dia juga bukan siapa-siapa dirinya. Tapi karena dia telah pura-pura jadi kekasihnya. Dia juga harus berakting sampai pulang.
"Aku akan antar kamu." ucap Varo berdiri tepat di depannya.
Alex berjalan cepat meraih tangan Angel. Menariknya pergi dari hadapan Varo.
"Eh… Pelan-pelan, kenapa kamu main tarik tanganku."
"Jangan sekat dengannya. Aku peringkatkan padamu." ucap Alex tanpa menatap ke arahnya.
"Memangnya kenapa? Dia tampan. Dan lebih tampan dari pada kamu. Aku juga lebih memilihnya dari pada kamu." Gumam Angel, sedikit mengangkat kepalanya, dengan tatapan menantang.
Alex mendorong tubuh Angel hingga punggung wanita itu terbentur pinggir mobilnya. "Kamu pikir aku main-main. Jika kamu bia saku ingatkan makankenurutlah."
"Jika aku gak mau?" tanya Angel.
Alex menyentuh dagu Angel. menariknya sedikit ke atas. "Kalau gak mau terserah kamu. Lagian aku tidak maksa kamu suka dengannya. Tapi tahu sendiri akibatnya." ucap Alex. Semakin mendekatkan wajahnya.
"Tapi jika tubuh kamu jadi bahan singgahan saat malam. jangan salahkan aku yang sudah mengingatkan kamu." ucap Alex. Hembusan napas berat mereka saling baradu satu sama lain. Alex melepaskan tubuh Angel. Dan segera membukakan pintunya.
"Masuk!" pinta Alex. Mendorong tubuh Angel.
"Iya.. Biasa aja. Gak usah main dorong." umpat kesal Angel.
------
Di perjalanan bibir mereka terbungkam seakan enggak untuk mengucapkan sesuatu. Alex bahkan tak melirik ke arahnya sama sekali. Sampai dia sampai di kos-kosan milik Angel. Ia menghentikan mobillnya.
"Turun!" ucap Alex.
"Iya... aku akan turun. Tapi mana uangnya." ucap Angel. Mengulurkan tangannya ke arah Alex.
"Uang apa?" tanya Alex.
"Uang kamu, lagian bukanya kamu sudah janji." ucap Angel.
"Dasar wanita mata duitan." ucap Alex kesal.
Alex segera mengeluarkan uang cash untuk Angel. Memberikan tepat di telapak tangan Angel. "Itu uang hari ini. Jika aku menginginkan jasa kamu lagi. Aku akan hubungi kamu." ucap Alex.
"Emm... oke, gampang. Nanti aku juga akan kasih tahu kamu lagi. Aku mau atau tidak." ucap Angel. Menarik bersamaan ke dua alisnya. Dan bergegas terun.
"Eh.. Apa maksud kamu?" tanya Alex.
"Sudahlah. Aku bukan pacar sewaan. Jadi hanya hari ini saja aku mau jadi pacar kamu." teriak Angel. Tanpa menoleh ke belakang. Dia terus berjalan masuk ke dalam gang.
"Shiittt.... Apa yang dia inginkan? Apa dia gak tahu diri." pekik Alex memukul setir mobilnya. Bukan pacar sewaan .
"Apa dia memang sengaja ingin menjual tubuhnya." lanjutnya.
-----
Angel segera masuk ke dalam kamar kos miliknya. Ya, temannya itu kini sudah berbaring di ranjangnya. Dia sepertinya sudah tertidur lelap.