20 - Mantan Crisstian, Rose.

1502 Words
Olivia sedang duduk di pinggir kolam renang. Berjam-jam sudah berlalu sejak Olivia merenung, memikirkan tentang apa saja yang sudah terjadi pada kehidupannya dalam kurun waktu beberapa bulan belakangan ini. "Apa bisa dikatakan khilaf kalau gue melakukan hubungan intim dengan Crisstian lebih dari 1 kali?" gumam Olivia dengan raut wajah sedih. Olivia mendongak sambil memejamkan matanya, kemudian menarik dalam nafasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan. Olivia akan merasa dadanya terasa sakit sekaligus sesak jika ia mengingat kembali kejadian buruk yang sudah menimpanya. "Astaga! Gue udah menodai pernikahan gue dan Felix." Olivia tiba-tiba membayangkan bagaimana reaksi Felix, keluarga Felix dan juga keluarganya, terutama Ayahnya jika nanti mereka tahu tentang apa yang sudah ia lakukan. Cepat atau lambat, mereka semua pasti akan tahu. "Gue enggak bisa terus-menerus seperti ini, gue harus segera mencari cara supaya bisa lepas dari Crisstian!" Dengan cepat, Olivia menyeka air mata yang membasahi wajahnya. Olivia berdiri, lalu melompat memasuki kolam renang. Olivia menyalurkan emosinya dengan cara berenang. Olivia berhenti berenang setelah melakukan lebih dari 4 kali putaran. Sesampainya di pinggir kolam renang, Olivia kembali menangis, dan kali ini, Olivia tidak menahan suara tangisannya. Olivia berani dengan sangat kencang karena saat ini dirinya hanya sendiri, tidak ada siapapun di mansion. Sejak tadi pagi, Felix pergi, katanya akan bermain golf bersama dengan teman-temannya, sedangkan para pelayan sengaja Olivia liburkan. Setelah puas menangis, Olivia kembali ke kamar. Olivia baru saja selesai mandi ketika ponselnya yang ada di atas meja berdering. Olivia meraih ponselnya, dan begitu tahu kalau Crisstian yang menghubunginya, Olivia mematikan ponselnya. Crisstian tidak akan berhenti menghubunginya kalau ia tidak mematikan ponselnya. Olivia mengistirahatkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil memejamkan, dan tak lama kemudian, Olivia tertidur pulas. *** Crisstian berjalan mondar-mandir sambil terus menghubungi Olivia yang sayangnya sulit sekali dihubungi. "Sial! Ke mana dia? Apa dia sedang bersama Felix?" gumamnya frustasi. Awalnya Olivia bisa dihubungi, tapi ketika Crisstian kembali menghubunginya untuk yang kedua kali, nomor Olivia malah tidak aktif, dan itu membuat Crisstian berpikir kalau saat ini, Olivia sedang bersama Felix. Crisstian baru saja akan menghubungi Carlos ketika mendengar suara Sein berteriak memanggilnya. Teriakan Sein mengejutkan Crisstian. Crisstian mengurungkan niatnya untuk menghubungi Carlos. "Iya, Mom!" Crisstian balas berteriak, dan langsung berlari mendekati Sein. "Kamu ngapain di sini?" Sein menatap bingung Crisstian. "Enggak ngapa-ngapain kok, Mom," jawab Crisstian sambil tersenyum tipis. Crisstian lalu mengajak Sein kembali berkumpul dengan anggota keluarganya yang lain. Setiap akhir pekan, Anton dan Sein memang selalu berkumpul dengan anak juga cucu-cucunya, sayangnya Juan, Anna, dan Noah tidak ada, karena ketiganya sudah kembali ke Jakarta sejak beberapa hari yang lalu. Awalnya Anton dan Sein ingin pergi jalan-jalan ke luar, tapi ternyata kondisi Anton tidak sedang sehat. Jadi minggu ini, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di mansion. 2 jam sudah berlalu sejak Crisstian bergabung dengan keluarganya, dan Crisstian mulai merasa bosan. Crisstian memutuskan untuk memasuki mansion, dan bersantai di ruang keluarga. Crisstian baru saja duduk di sofa ketika ponselnya yang ada di meja berdering. Crisstian pikir, Olivia yang menghubunginya, namun sayangnya, senyum manis yang menghiasi wajah Crisstian luntur begitu melihat nama Carloslah yang tertera di layar ponselnya. "Ternyata bukan Olivia," gumamnya dengan raut wajah masam. "Ada apa, Carlos?" "Tuan, ada hal penting yang harus saya sampaikan." Detak jantung Crisstian langsung berdebar hebat begitu mendengar jawaban Carlos. "Tentang apa?" tanyanya dengan rasa penasaran yang begitu tinggi. "Tentang Tuan Felix, Tuan." "Felix?" Ulang Crisstian memastikan. "Iya, tentang Tuan Fekix." "Kita bicara nanti, saat ini saya sedang bersama dengan Daddy dan Mommy." Crisstian sangat ingin tahu, informasi penting apa yang ingin Carlos sampaikan, tapi Crisstian harus menahan diri. Crisstian takut kalau Anton dan Sein tiba-tiba datang, lalu secara tidak sengaja mendengar pembicaraan antara dirinya dan Carlos. Bahaya! "Baik, Tuan." "Nanti saya akan menghubungi kamu." Crisstian langsung mengakhiri panggilannya dengan Carlos ketika mendengar suara langkah kaki mendekat. Crisstian memutar tubuhnya, bernafas lega ketika melihat Seanlah yang datang. Ekspresi lega Crisstian di sadari oleh Sean. "Apa kamu pikir kalau yang datang itu Mommy?" tanyanya sambil tersenyum. Crisstian mengangguk. "Iya, Crisstian pikir Mommy yang datang." "Memangnya kenapa kalau Mommy yang datang?" Sean duduk di hadapan sang adik sambil menyilangkan kakinya. "Mommy orangnya kepoan." Sean terkekeh sambil mengangguk. "Kamu benar, Mommy orangnya kepoan. Kamu tenang aja, Daddy sama Mommy udah pergi istirahat ke kamar." "Syukurlah." Crisstian menyandarkan punggungnya sambil memejamkan matanya. "Kakak perhatikan, sejak tadi pagi, kamu terlihat gelisah, ada apa? Apa ada masalah di kantor?" Sean menatap lekat Crisstian. Crisstian meringis. "Apa terlihat jelas?" "Iya, terlihat sekali kalau kamu sedang khawatir. Kakak yakin kalau Daddy, Mommy dan yang lainnya juga menyadari perubahan sikap kamu." Crisstian hanya mengangguk-anggukan kepalanya. "Kamu belum menjawab pertanyaan Kakak, Crisstian. Ada apa? Apa ada masalah serius?" "Kantor baik-baik aja, Kak." Kedua alis Sean saling bertaut, kerutan di keningnya pun semakin terlihat jelas. Jawaban Crisstian membuat Sean semakin penasaran sekaligus juga bingung. "Lalu apa alasan kamu seharian ini terlihat resah dan gelisah?" Crisstian diam. Crisstian sedang berpikir, apa jawaban yang harus ja berikan pada Sean? Haruskah ia berbohong? Atau lebih baik jujur? "Jawab jujur pertanyaan Kakak, apa kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang?" Sean akhirnya mencoba menebak apa alasan seharian ini Crisstian uring-uringan, dan setelah melihat reaksi Crisstian, Sean yakin kalau tebakannya memang benar. "Ah, jadi kamu benar-benar sedang menjalin asmara," lanjutnya sambil tersenyum lebar. "Iya, Crisstian memang sedang menjalin hubungan, Kak." Crisstian memilih untuk jujur, tapi tidak akan memberi tahu Sean siapa kekasihnya. Sean bahagia, benar-benar bahagia. Akhirnya, apa yang selama ini Sean harapkan terjadi juga. Sudah sejak lama Sean berharap kalau Crisstian akan kembali menjalin hubungan asmara. "Apa kamu yakin kalau kamu mencintainya, Crisstian?" Sean merasa bahagia setelah mendengar pengakuan Crisstian, tapi ada sedikit rasa takut dalam diri Sean. Sean takut kalau Crisstian hanya bermain-main, dan yang paling Sean takutkan adalah, Crisstian menjalin hubungan hanya untuk memuaskan nafsunya saja. Crisstian diam. Crisstian kembali bertanya pada dirinya sensdiri, apa ia benar-benar mencintai Olivia? "Crisstian!" Sean akhirnya menegur sang adik yang malah melamun. "Apa kamu yakin kalau kamu mencintai wanita yang saat ini dekat dengan kamu?" Ulangnya dengan nada jauh lebih tegas. "Crisstian yakin, Kak." "Apa kamu sudah tidak mencintai, Rose?" Sean harap, Crisstian menjawab jujur pertanyaannya. Rose adalah wanita pertama yang menjadi kekasih Crisstian. Keduanya menjalin hubungan selama kurang lebih dari 2 tahun. Hubungan Crisstian dan Rose berakhir ketika Rose memutuskan untuk pindah ke London, melanjutkan pendidikannya. Setahu Sean, setelah itu, Crisstian dan Rose tidak pernah lagi menjalin komunikasi. Setelah hubungan asmaranya dengan Rose berakhir, Crisstian tidak pernah lagi menjalin hubungan meskipun ada banyak sekali wanita yang mendekatinya, membuat Anton, Sein dan yang lainnya sempat berpikir kalau sampai saat ini, Crisstian tidak bisa melupakan Rose. Crisstian masih mencintai Rose, dan akan menunggu Rose kembali. "Crisstian pikir, perasaan yang Crisstian miliki ketika bersama Rose bukan cinta. Crisstian tidak bisa menjelaskannya secara detail, karena memang sulit. Tapi Crisstian yakin kalau kali ini, Crisstian benar-benar jatuh cinta, Kak." Dengan tegas, Crisstian menjawab pertanyaan Sean. "Apa kamu benar-benar sudah tidak mencintai Rose?" Sean masih meragukan jawaban Crisstian. "Apa Crisstian terlihat sedih ketika Rose pergi meninggalkan Crisstian?" Crisstian balik bertanya, dan menatap Sean dengan alis bertaut. "Kamu sama sekali tidak terlihat sedih ketika dia pergi, Crisstian." Setelah Rose pergi, Crisstian terlihat biasa saja, tidak terlihat sedih sama sekali. Sikap Crisstian saat itu sempat membuat Sein khawatir. Sein takut kalau Crisstian memendam kesedihannya dengan cara pura-pura terlihat bahagia. "Saat itu, Crisstian memang merasa sedih, tapi hanya sedikit, Kak." "Lalu intinya apa?" "Crisstian tidak mencintai Rose, Kak. Kalau Kakak berpikir Crisstian hanya mau bermain-main, Kakak salah. Crisstian serius dengan hubungan yang saat ini sedang Crisstian jalani." Sean akhirnya bisa bernafas lega. "Syukurlah kalau begitu. Jadi ... siapa nama wanita yang berhasil mencuri hati kamu, hm?" tanyanya sambil menaik turunkan kedua alisnya. "Rahasia." "Ok, tidak masalah kalau kamu tidak mau memberi tahu Kakak siapa orangnya, Kakak bisa mencari tahunya sendiri." Dari sekian banyaknya wanita yang mencoba mencuri perhatian Crisstian, Sean ingin tahu, wanita seperti apa yang berhasil merebut hati sang adik. Crisstian menatap tajam Sean. "Kak, jangan pernah mencoba untuk ikut campur dalam urusan pribadi Crisstian!" Peringatnya dengan sangat tegas. "Ok, ok, Kakak hanya bercanda." Awalnya Sean memang berniat untuk mencari tahu, siapa wanita yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan Crisstian, tapi setelah melihat reaksi yang Crisstian berikan, Sean langsung mengubur dalam-dalam niatnya tersebut. Setelah puas mengobrol dengan Sean, Crisstian pergi ke kamar. Sesampainya di kamar, Crisstian langsung menghubungi Carlos. "Cepat katakan, ada informasi penting apa?" tanyanya tidak sabaran. "Saya akan mengirimkan fotonya, Tuan. Silakan periksa." Crisstian lalu melihat foto yang baru saja Carlos kirimkan. Kedua mata indah Crisstian melotot begitu melihat, foto apa yang baru saja Carlos kirimkan. "Carlos, kamu tidak mengedit foto ini kan? Ini asli kan?" Saking terkejutnya, Crisstian bahkan sampai tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. "Saya tidak akan berani berbuat seperti itu, Tuan." "Kapan kamu mengambil foto ini Carlos?" "Sekitar 2 jam yang lalu, Tuan. Saya secara tidak sengaja bertemu Tuan Felix ketika saya akan bermain golf." "Apa sampai saat ini Felix masih bermain golf?" "Masih, Tuan." "Ok, terima kasih." "Sama-sama, Tuan." "Hahahahahaha...." Crisstian langsung tertawa terbahak-bahak, tapi tak lama kemudian, ekspresi wajahnya berubah menjadi serius. "Benar-benar penuh kejutan," lanjutnya sambil tersenyum tipis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD