bc

Wanita simpanan sang CEO

book_age18+
1.0K
FOLLOW
8.4K
READ
one-night stand
HE
confident
boss
heir/heiress
blue collar
tragedy
bxg
bold
like
intro-logo
Blurb

Suatu malam di malam minggu,  Crisstian melakukan one night stand dengan seorang wanita bernama Queen.

  Ketika pagi tiba, Queen sudah menghilang, meninggalkan Crisstian yang saat itu masih terlelap.

  Crisstian kecewa, kecewa karena tidak sempat menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan Queen, wanita yang sudah sejak lama menarik perhatiannya.

  Sejak saat itulah, Crisstian terus memikirkan Queen, sekaligus merasakan perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Rasa ingin memiliki Queen, menjadikan Queen sebagai miliknya untuk selama-lamanya.

  Crisstian juga mulai mencari tahu tentang Queen, saat itulah Crisstian tahu kalau nama Queen hanyalah nama samaran, nama asli Queen adalah Olivia.

  Fakta tersebut sama sekali tidak membuat Crisstian terkejut. Sejak awal, Crisstian yakin kalau nama Queen hanyalah nama sarannya, tapi ada fakta yang mengejutkan Crisstian, fakta kalau ternyata Olivia sudah menikah, menikah dengan seorang pria bernama Felix.

  Sayangnya, fakta tentang Olivia yang sudah menikah sama sekali tidak mengurung niat Crisstian untuk mendapatkan Olivia.

  Saat itulah Crisstian sadar kalau dirinya terobsesi pada Olivia, membuatnya rela untuk melakukan apapun demi memiliki Olivia, sekalipun dirinya harus berhadapan dengan Felix, suami Olivia.

chap-preview
Free preview
01 - One Night Stand.
"Maaf, Nona," ucap seorang pria bernama Crisstian Immanuel Rodriguez sambil membungkukkan setengah tubuhnya karena merasa tidak enak telah menabrak seorang wanita ketika akan memasuki Club Heaven yang berada di pusat kota. "Apa Anda baik-baik saja?" sambung pria itu masih melihat wanita yang kini mulai kembali berdiri setelah hampir terjatuh. Beruntung dua orang bodyguard yang datang bersamanya, tampak menahan tubuh wanita cantik itu. "It's oke, saya baik-baik saja." Wanita yang biasa dipanggil Olivia itu menjawab. Ada senyuman yang terulas karena ia tahu bahwa bukan hanya Crisstian yang bersalah dalam hal ini, tetapi juga dirinya. Ya, keduanya datang di waktu yang bersamaan. Namun, ketika hendak memasuki Club Heaven tersebut, mereka tidak saling melihat hingga kejadian tabrakan itu tak bisa terelakkan. "Sial, suaranya seksi banget." Crisstian membatin. Masih melihat wanita itu yang kini melangkah pergi ke dalam club lebih dulu darinya. "Om!" Arsen menegur Crisstian karena melihat pria itu hanya termangu di depan pintu masuk. Panggilan itu pun sontak menyadarkan Crisstian yang seketika melihat Arsen, keponakannya. Pria yang usianya jauh di bawah Crisstian. "Carlos." Crisstian memanggil pengawal pribadi yang juga ikut ke club tersebut bersamanya. Carlos memang selalu jadi pengawal yang akan mengikuti Crisstian ke mana pun pria itu pergi. "Iya, Tuan, ada apa?" Carlos merapatkan jaraknya. Mendekatkan telinganya untuk mendengar lebih jelas apa yang akan dikatakan oleh atasannya itu. "Carlos, tolong cari tahu semua informasi tentang wanita yang baru saja saya tabrak itu!" titah Crisstian berbisik pelan. "Baik, Tuan." Tanpa bantahan, Carlos mengiyakan permintaan sang atasan. Carlos bergegas meninggalkan Crisstian juga Arsen untuk melaksanakan perintah dari sang atasan. "Ayo kita masuk!" Ajak Crisstian sambil merangkul Arsen. Arsen sempat bertanya, apa yang baru saja Crisstian katakan pada Carlos, tapi Crisstian menolak memberi tahu Arsen. Crisstian tidak akan memberi tahu Arsen karena begitu Arsen tahu, Arsen pasti akan terus meledeknya. 1 jam sudah berlalu sejak Crisstian dan Arsen memasuki club. Keduanya sudah mulai mabuk, terutama Arsen, berbeda dengan Crisstian yang masih sadar. "Om." "Hm." Crisstian yang saat ini sedang memainkan gelas wine di tangan kanannya hanya menanggapi ucapan Arsen dengan deheman. "Gue rasa, gue pernah melihat wanita yang tadi menabrak Om, tapi bukan di sini." Dengan gerakan sangat cepat, Crisstian menoleh ke arah Arsen. "Di mana?" tanyanya tidak sabaran. "Nah, itu dia masalahnya. Gue lupa, di mana gue pernah melihat wanita tadi," jawab Arsen dengan raut wajah yang kini berubah masam. "Coba lo ingat-ingat lagi, di mana lo pernah melihat wanita tadi." "Kalau gue perhatikan, dari semua barang yang melekat pada tubuh seksinya, gue yakin kalau wanita tadi bukanlah wanita yang berasal dari kalangan bawah, tapi dari strata sosial yang mungkin sama seperti kita." Meskipun hanya dalam hitungan detik, tapi Arsen berhasil memperhatikan penampilan wanita yang tadi Crisstian tabrak. Crisstian mengangguk, sependapat dengan Arsen. Pakaiannya, tasnya, sepatunya, serta perhiasan yang melekat pada tubuh wanita tadi ia tabrak memang bukanlah barang murahan, tapi barang-barang branded, dengan kata lain harga dari barang-barang tersebut terbilang sangat fantastis. "Jangan-jangan, dia wanita simpanan atau mungkin wanita panggilan," gumam Arsen dengan kedua mata melotot. "Arsen, jaga bicara lo!" Crisstian menatap tajam Arsen, dengan kilat emosi yang terpancar jelas di kedua matanya. "Wow, wow, santai Om," kekeh Arsen sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Reaksi yang Crisstian berikan di luar dugaan Arsen. "Gue tebak, ini bukan kali pertama Om melihat wanita tadi, kan?" Crisstian mengangguk, membenarkan ucapan Arsen. Ya, ini memang bukan kali pertama Crisstian melihat wanita yang tadi ia tabrak. "Gue yakin kalau dia bukan wanita panggilan, atau wanita simpanan, Ar," gumamnya sambil tersenyum tipis. "Kenapa Om bisa seyakin itu?" "Karena dia datang ke club ini hanya untuk minum, dan setelah puas minum, dia akan pergi meninggalkan club." "Oh, begitu." "Seperti yang tadi lo lihat, selalu ada 2 bodyguard yang menjaganya. Kedua pria bertubuh kekar itu selalu menghalau para pria yang ingin mendekati si wanita." "Iya juga sih. Mungkin dia adalah anak dari salah satu pengusaha atau pejabat di kota ini." "Om juga berpikir seperti itu, Ar." Semua penjelasan yang baru saja Crisstian berikan membuat Arsen sadar akan 1 hal, yaitu tentang, Crisstian yang selalu memperhatikan si wanita. "Apa wanita tadi adalah alasan kenapa Om selalu datang ke club ini di setiap malam minggu?" Arsen tahu kalau 1 kali dalam kurun waktu 1 minggu Crisstian selalu menghabisi waktunya di club Heaven. Crisstian diam, tidak menggeleng dan juga tidak mengangguk, dan diamnya Crisstian, Arsen anggap sebagai iya. "Jatuh cinta, eh," ledek Arsen sambil menyenggol bahu Crisstian. Bukannya menanggapi ucapan Arsen, Crisstian malah menenggak habis winenya. Apa yang tadi Arsen katakan memang benar, wanita yang ia tabrak tadi adalah alasan kenapa dirinya sering mengunjungi club Heaven. Crisstian pertama kali bertemu dengan wanita tadi sekitar 3 atau 4 bulan yang lalu. Sejak saat itulah, di hari yang sama, Crisstian selalu datang mengunjungi club Heaven, hanya untuk memperhatikan si wanita. Crisstian pernah datang mengunjungi club Heaven di hari yang berbeda selain hari sabtu, dan ternyata ia tidak bertemu si wanita. Setelah Crisstian amati, wanita tersebut hanya akan datang mengunjungi club di hari sabtu, meskipun tidak selalu datang di setiap minggunya. Tadi adalah kali pertama ia dan wanita tadi berpapasan, saat itulah Crisstian bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Crisstian juga merasakan hal yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan ketika ia dekat dengan seorang wanita. Crisstian menoleh, menghela nafas penjang ketika melihat sang wanita sudah pergi meninggalkan club. Crisstian dan Arsen mabuk berat, membuat Carlos memutuskan untuk membawa keduanya ke hotel yang terletak tepat di depan Club Heaven. Alasan Carlos tidak mengantar Crisstian dan Arsen pulang ke mansion karena Carlos tahu kalau Sein pasti akan marah besar. Pasalnya, beberapa bulan yang lalu, Carlos pernah mengantar Crisstian pulang ke mansion dalam keadaan mabuk berat. Sesampainya di mansion, Sein marah, luar biasa marah ketika tahu kalau Crisstian pulang dalam keadaan mabuk berat, bahkan Sein sampai menampar Crisstian yang saat itu sudah tidak sadarkan diri. Sialnya, Crisstian yang saat itu sudah mabuk berat malah tertawa terbahak-bahak, membuat emosi Sein semakin meledak-ledak. Sebenarnya, saat itu, Sein tidak marah pada Carlos, hanya saja, ketika melihat betapa menyeramkannya Sein saat sedang marah, Carlos jadi takut. Sejak saat itulah Carlos tidak pernah mau mengantar Crisstian pulang ke mansion, dan memilih membawa Crisstian ke hotel jika sang atasan sudah hangover. Crisstian dan Arsen memang sama-sama mabuk, tapi Arsenlah yang paling parah, karena sudah tak sadarkan diri, sedangkan Crisstian masih setengah sadar. Crisstian baru saja keluar dari kamar mandi ketika bel kamar berbunyi. Dengan langkah gontai, Crisstian mendekati pintu, dan tanpa melihat siapa yang datang, Crisstian membuka pintu. Crisstian pikir Carlos yang datang, tapi ternyata bukan, karena yang datang adalah seorang wanita. Pintu baru saja terbuka ketika Crisstian di dorong ke belakang sampai akhirnya Crisstian terjerembab, untungnya jatuh ke sofa, bukan ke lantai. Suasana kamar tampak temaram, membuat Crisstian tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang baru saja mendorongnya dan kini memasuki kamarnya. "Nona, sepertinya Anda salah masuk kamar." Crisstian tidak memesan wanita penghibur, jadi berpikir jika wanita di hadapannya ini salah kamar. Wanita tersebut melangkah mendekati Crisstian sambil terus menggerutu, mengatakan kalau kepalanya pusing, dan ia ingin segera tidur. "Sepertinya dia mabuk, sama kaya gue," ucap Crisstian sambil menunjuk diri sendiri. Crisstian kemudian terkekeh, entah mentertawakan apa. Fokus kedua mata Crisstian kembali tertuju pada wanita di hadapannya, dengan cepat berlari mendekati sang wanita, memeluknya dengan erat, membuat si wanita jatuh dalam pelukannya. "Untung aja tepat waktu." Crisstian lega karena berhasil memeluk si wanita yang hampir saja kehilangan keseimbangannya. "Aroma ini, bukankah ini aroma parfume yang sama dengan wanita tadi?" Wanita tadi yang Crisstian maksud adalah wanita yang ia tabrak. Crisstian memindai penampilan wanita di hadapannya, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Tapi pakaian yang mereka kenakan berbeda, tapi gue yakin kalau aroma parfumenya sama, dan siluet tubuhnya juga sama." Crisstian menyibak rambut panjang yang menutupi wajah wanita dalam pelukannya, kedua matanya melotot ketika akhirnya bisa melihat jelas wajah sang wanita. Tebakan Crisstian ternyata benar, wanita dalam pelukannya saat ini adalah wanita yang bertabrakan dengannya di club. "Kenapa dia bisa ada di sini?" gumamnya dengan raut wajah bingung. Wanita dalam pelukan Crisstian melenguh sambil menggeliatkan tubuhnya. "Damt! Suaranya seksi banget!" Crisstian memejamkan matanya, mulai menghirup dalam-dalam aroma parfume wanita dalam pelukannya. "Pusing," ucap lirih si wanita sambil memegang kepalanya. "Pusing?" Tanpa sadar, Crisstian berbisik. Wanita tersebut mengangguk. Crisstian menggendong sang wanita, kemudian membaringkannya di tengah-tengah tempat tidur. Wanita tersebut mulai bergerak gelisah, sambil terus meracau, mengatakan kalau tubuhnya terasa panas. Crisstian yang berdiri di samping tempat tidur terus memperhatikannya, tanpa sadar, jakunnya bergerak naik turun begitu melihat wanita yang saat ini terbaring di tempat tidurnya mulai meraba tubuhnya sendiri. "To-tolong nyalain ACnya dong, gerah banget." Begitu mendengar kalimat tersebut, Crisstian seketika yakin kalau wanita di hadapannya ini sedang menerima efek dari obat perangsang. Crisstian sama sekali tidak merasa kegerahan, karena yang Crisstian rasakan justru sebaliknya. Ia merasa sangat kedinginan, apalagi saat ini di luar sedang turun hujan deras. "Dia kegerahan, dan gue kedinginan, bukankah itu artinya kita saling membutuhkan?" Crisstian mulai meracau tak jelas, bahkan terkekeh. Dengan tergesa-gesa, wanita tersebut membuka resleting dressnya, kemudian melemparkan dressnya ke lantai, memperlihatkan tubuh seksinya yang hanya berbalut cd berwarna merah. "Sial! Ternyata dia enggak pakai bra!" Crisstian mengumpat sambil menutupi wajahnya menggunakan telapak tangan kanannya, tapi selang beberapa menit kemudian, Crisstian menurunkan telapak tangannya, membuatnya bisa kembali menatap wanita di hadapannya. Crisstian menundukkan wajahnya, kemudian meringis. "Kenapa lo harus bangun sih?" gumamnya sambil mengusap pelan adik kecilnya. "Ah, to-tolong." Desahan dari wanita yang saat ini berbaring di atas tempat tidurnya membuat Crisstian semakin merasa tersiksa sampai akhirnya Crisstian tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Yang saat ini ada dalam pikiran Crisstian adalah, ia ingin segera menuntaskan hasrat birahinya. Crisstian menaiki tempat tidur, memposisikan dirinya di atas tubuh sang wanita. "Siapa nama Anda, Nona?" bisiknya ditelinga kanan si wanita, setelah itu, mengulum daun telinganya, membuat wanita di bawahnya semakin bergerak liar, bak cacing yang kepanasan. "Queen." "Queen? Nama yang cantik." "Nama?" Olivia balik bertanya sambil mengalungkan kedua tangannya pada leher Crisstian. "Crisstian," bisik Crisstian dengan suara yang semakin memberat. "Crisstian Grey?" Crisstian terkekeh, kemudian menggeleng. "Tentu saja bukan," bisiknya sensual. "Crisstian Grey sangat handal dalam melakukan hubungan sexs," ucap Olivia ditengah deru nafasnya yang tersengal-sengal. "Saya tahu," balas lirih Crisstian. "Tenang saja Nona, saya juga handal dalam melakukan hubungan seks," lanjutnya sambil mengulum daun telinga Olivia. "Be-benarkah?" Sentuhan Crisstian ditelinganya membuat Olivia mulai kesulitan dalam berbicara. "Tentu saja." "Apa itu artinya Anda sering melakukan hubungan seks, Tuan?" "Saya hanya pernah melakukan hubungan sexs dengan wanita yang menjadi kekasih saya." Crisstian tidak pernah menyewa wanita hanya untuk memuaskan nafsunya, terlebih sejak kecil, Anton dan Sein sudah mengingatkannya untuk tidak mempermainkan wanita, atau bermain-main dengan wanita, apalagi menyewa wanita penghibur hanya sekedar untuk menyalurkan hasratnya. "Tapi saya bukan kekasih Anda, Tuan." Setelahnya, Olivia mendesah. Olivia mendesah karena salah satu tangan Crisstian baru saja meremas-remas payudaranya, dan lidah hangat Crisstian menyentuh salah satu titik sensitifnya. "Kalau begitu, jadilah kekasih saya, Nona." Olivia tidak menanggapi ucapan Crisstian. Olivia malah mendesah dengan d**a terangkat, menikmati sapuan lidah hangat Crisstian di ceruk lehernya. Semakin lama, jilatan lidah Crisstian semakin turun, menuju belahan d**a Olivia.. Crisstian menjauhkan wajahnya, mengamati kedua p******a Olivia yang menurutnya tidak kecil, dan juga tidak besar, sangat pas di kedua tangannya. Crisstian kembali menenggelamkan wajahnya di belahan d**a Olivia. Secara bergantian, Crisstian mengulum kedua p****g p******a Olivia yang sudah tegang. "Aahh, Crisstian." Olivia mendesah sambil menyebut nama Crisstian, lalu di saat yang bersamaan meremas kuat rambut Crisstian menggunakan kedua tangannya. "Basah." Crisstian tersenyum lebar, merasa bangga ketika mengetahui kalau dirinya berhasil merangsang Olivia, membuat milik Olivia basah. Tanpa sadar, Olivia membuka lebar pahanya, seolah meminta Crisstian untuk terus menyentuhnya. Respon yang Olivia berikan berhasil membuat gairah Crisstian naik berkali-kali lipat. "Bagaimana rasanya?" Crisstian terus menatap lekat wajah Olivia. Olivia tidak bisa menjawab pertanyaan Crisstian, karena saat ini mulutnya sibuk mendesah, menikmati setiap sentuhan yang Crisstian berikan. Crisstian berhenti menyentuh area intim Olivia, saat itulah Olivia merasa kehilangan. "Kenapa berhenti?" Olivia menatap lekat Crisstian. Crisstian tidak menjawab pertanyaan Olivia. Crisstian menyingkir dari atas tubuh Olivia, dengan gerakan cepat, melepas satu-persatu pakaiannya. Sekarang Crisstian juga telanjang bulat, sama seperti Olivia. Crisstian kembali menaiki tempat tidur. "Tolong pelan-pelan," bisik Olivia. Crisstian yang sudah dikuasai oleh nafsu hanya mengangguk. Crisstian menghentikan aksinya ketika mendengar Olivia meringis kesakitan. "Apa ini pertama kalinya?" Olivia mengangguk pelan. "Iya." Crisstian terkejut, sama sekali tidak menyangka jika ternyata ini adalah kali pertama untuk Olivia. Olivia segera melingkarkan kedua tangannya di leher Crisstian karena takut kalau Crisstian akan berubah pikiran. "Jangan berhenti, aku mohon," pintanya memelas. "Ta–" "Please Crisstian, touch me." Olivia mengulurkan tangan kanannya, dengan perasaan ragu-ragu menyentuh adik Crisstian yang sudah tegang menantang. "Damt!" Crisstian mengumpat kemudian memiringkan wajahnya, menempelkan bibirnya pada bibir ranum Olivia. Olivia menyambut baik ciuman Crisstian. Mata keduanya sama-sama terpejam, dan bibir keduanya saling melumat. "Rilexs, Baby." Crisstian bisa merasakan betapa tegangnya Olivia saat ini. Ucapan Crisstian bagai matra, karena perlahan tapi pasti, Olivia mulai merasa rilexs. Olivia meremas kuat bahu Crisstian ketika ia mulai merasakan sakit di area intimnya. "Apa kamu yakin? Rasanya akan sangat sakit!" Crisstian tidak tahu pasti, rasa sakitnya seperti apa, tapi yang Crisstian tahu, awalnya memang terasa sangat sakit. "Belum terlambat untuk mundur, Baby," lanjutnya sambil terus mencumbu leher jenjang Olivia. "Jangan berhenti, please," ucap Olivia yang sudah hilang akal. Crisstian sudah memberi kesempatan pada Olivia untuk memilih, dan Olivia memilih untuk melanjutkannya, jadi Crisstian tidak akan berhenti sekali pun nanti Olivia memintanya berhenti. Olivia merintih kesakitan, dan air mata mengalir membasahi wajahnya ketika akhirnya ia dan Crisstian berhasil menyatu. "Maaf," bisik Crisstian sesaat sebelum akhirnya melabuhkan kecupan di kening Olivia. Crisstian merasa sangat bersalah, tapi ia tidak bisa berhenti sekarang. "It's ok," balas lirih Olivia. Crisstian mencumbu Olivia, mencoba mengalihkan perhatian Olivia. Awalnya Olivia merintih kesakitan, namun perlahan tapi pasti, berganti menjadi desahan penuh kenikmatan. Awalnya gerakan pinggul Crisstian pelan, tapi semakin lama, semakin cepat, sampai akhirnya, bunyi dari penyatuan tubuhnya dan Olivia terdengar sangat jelas. Olivia meremas sprai sambil terus mendesah, sesekali menyebut nama Crisstian, lalu memberi tahu Crisstian kalau dirinya sangat menikmati sentuhan yang Crisstian berikan. Semua ucapan Olivia membuat gairah Crisstian semakin membara sekaligus membuat Crisstian semakin bersemangat untuk terus memberi Olivia kenikmatan. Kenikmatan yang baru pertama kali ini Olivia rasakan. "Di luar atau di dalam?" "Di dalam aja, aku aman kok." Dengan susah payah, Olivia menjawab pertanyaan Crisstian. Jawaban Olivia membingungkan Crisstian, tapi Crisstian memilih untuk tidak ambil pusing. Crisstian mempercepat gerakan pinggulnya. Olivia membelitakan kedua kakinya ke pinggang Crisstian, sekaligus mengalungkan kedua tangannya di leher Crisstian. Crisstian melakukan semuanya sesuai permintaan Olivia. Keduanya kompak berteriak ketika berhasil mencapai puncak di saat yang bersamaan. Deru nafas Crisstian dan Olivia sama-sama tak beraturan. Tubuh keduanya pun sudah penuh dengan keringat, terutama Olivia. Crisstian membaringkan tubuhnya di samping kanan Olivia, lalu meminta Olivia menaiki tubuhnya. "Sekarang kita coba gaya women on top." Olivia yang saat ini sudah berada di atas tubuh Crisstian hanya mengangguk, pasrah dengan apa yang selanjutnya akan terjadi padanya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.3K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
202.8K
bc

My Secret Little Wife

read
115.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook