Setelah menyiapkan semua kebutuhan Felix, Olivia pergi mandi, meninggalkan Felix yang kini duduk santai di sofa sambil memainkan ponselnya.
Olivia menanggalkan seluruh pakaiannya, meraba dadanya sambil meringis ketika melihat ada banyak sekali kissmark yang kini memenuhi area payudaranya.
"Crisstian benar-benar sangat menyebalkan," umpat Olivia dengan suara sangat pelan.
Saat melihat ada banyak sekali kissmark di dadanya membuat Olivia kembali mengingat tentang apa yang sudah ia dan Crisstian lakukan beberapa jam yang lalu.
"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Umpat Olivia sambil memukul ringan keningnya.
"Seharusnya lo menolak, Olivia, bukan malah pasrah, dan menikmati sentuhan Crisstian." Menyesal, itulah yang saat ini Olivia rasakan.
Olivia memasuki bathtub, lalu memejamkan matanya. Sayangnya, begitu kedua matanya terpejam, bayangan ketika dirinya dan Crisstian bercinta tiba-tiba melintas dalam benaknya.
Tanpa sadar, Olivia memainkan kedua payudaranya. Awalnya Olivia hanya meremas-remasnya, tapi kemudian memilin-milin kedua p****g payudaranya.
"Aahh...." Olivia mendesah, dan selang beberapa detik kemudian, kedua matanya terbuka.
"Sial!" Olivia mengumpat sambil memukul air dalam bathtub.
Olivia menggigit kuat bibir bawahnya, menghela nafas panjang ketika bayangan saat kedua payudaranya di sentuh oleh Crisstian melintas dalam benaknya.
Tanpa sadar, Olivia kembali meremas-remas kedua payudaranya, tapi langsung berhenti.
"Sadar bodoh, sadar!" Untuk kesekian kalinya, Olivia mengumpati dirinya sendiri yang terus- menerus memikirkan Crisstian, lebih tepatnya membayangkan ketika Crisstian menyentuhnya.
Olivia berendam, berharap kalau dengan berendam maka pikirannya akan menjadi sedikit lebih baik, dan tidak lagi memikirkan Crisstian.
1 jam adalah waktu yang Olivia habiskan untuk berendam.
Felix masih duduk santai di sofa ketika Olivia selesai dengan kegiatannya.
Olivia langsung memasuki walk in closet, sedangkan Felix bergegas pergi menuju kamar mandi.
Olivia sedang bersantai di sofa ketika Felix keluar dari kamar mandi.
Tidak seperti Olivia yang keluar dari kamar mandi menggunakan bathrobe, Felix keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya, sedangkan tubuh bagian atasnya dibiarkan tak tertutupi apapun.
Secara spontan, Olivia menolehkan kepalanya ke arah Felix. Tanpa sadar, Olivia memperhatikan Felix, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"Ternyata tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Crisstian." Tanpa sadar, Olivia malah membandingkan Felix dengan Crisstian.
Sebelum melihat tubuh telanjang Crisstian, Olivia sangat mengagumi tubuh Felix, tapi sekarang, setelah melihat tubuh Crisstian, Olivia akui kalau Felix tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Crisstian.
Olivia memang tidak pernah melihat Felix telanjang bulat, tapi entah kenapa, Olivia yakin kalau Crisstianlah pemenangnya.
Felix memang memiliki roti sobek, tapi tidak sebagus milik Crisstian. Tubuh Felix juga kekar, tapi tidak sekekar tubuh Crisstian.
Olivia tidak mau Felix sadar jika sedang ia perhatikan, jadi Olivia langsung memalingkan wajahnya, kembali fokus pada ponselnya.
Felix memasuki walk in closet.
"Sepertinya gue mulai gila," gumam Olivia yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri. Olivia menatap kedua jemari tangannya, menggigit bibir bawahnya ketika masih mengingat sensasi saat dirinya membelai tubuh kekar Crisstian.
Olivia tidak mau terus-menerus memikirkan Crisstian, jadi Olivia memutuskan untuk keluar dari kamar.
Olivia menghampiri Ariana yang sedang bersantai sambil menonton televisi.
Ariana fokus pada tontonannya, jadi tidak menyadari kedatangan Olivia.
"Kak."
Ariana menolehkan kepalanya ke samping, dan langsung merubah posisi duduknya. "Sini," ucapnya sambil menepuk sofa kosong di sampingnya, meminta Olivia duduk di sana.
"Kapan Daddy dan Mommy akan kembali dari Atlanta?" Olivia duduk di samping kanan Ariana.
"Mungkin besok."
"Ah, besok," gumam Olivia.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa, hanya bertanya," jawab Olivia sambil tersenyum tipis.
Ariana dan Olivia kembali berbincang.
Selang beberapa menit kemudian, Felix datang.
Karena Felix sudah datang, makan malam pun di mulai.
Seusai menikmati makan bersama Felix dan Olivia, Ariana memutuskan untuk pulang.
Olivia sempat meminta Ariana untuk kembali menginap, tapi Ariana menolaknya.
Setelah mengantar kepergian Ariana, Olivia pergi ke kamar, sedangkan Felix pergi menuju ruang kerjanya.
***
Crisstian sampai di mansion ketika malam sudah larut. Crisstian pikir, Sein sudah tidur, tapi ternyata belum.
"Mom, ini sudah malam, kenapa belum tidur?" Crisstian mempercepat langkahnya, mendekati Sein yang sedang duduk di sofa.
"Mommy tidak akan bisa tidur sebelum melihat kamu, Crisstian." Sein sudah mencoba untuk tidur, tapi tidak bisa. Perasaannya tidak akan bisa tenang sebelum melihat Crisstian pulang dalam keadaan baik-baik saja.
Crisstian tersenyum lebar, dan langsung memeluk Sein.
Anton datang, dan kedatangannya di sadari oleh Sein juga Crisstian.
"Akhirnya kamu pulang juga, Crisstian."
"Daddy belum tidur?" Untuk kedua kalinya, Crisstian terkejut.
"Dan membiarkan Mommy sendirian?" Anton malah balik bertanya. "Daddy tidak akan membiarkan Mommy menunggu kepulangan kamu sendirian, Criss."
Crisstian terkekeh.
Tanpa sadar, Anton memperhatikan ekspresi wajah Crisstian. "Kamu terlihat sekali sangat bahagia, Criss."
Ucapan Anton mengejutkan Crisstian, membuat Crisstian langsung salah tingkah. "Benarkah?"
"Iya," sahut Anton sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Anton melangkah mendekati Crisstian, merangkum wajah Crisstian, mengamati wajah sang anak secara seksama. "Kamu benar-benar terlihat bahagia, Criss."
Crisstian yang awalnya masih santai seketika berubah menjadi tegang sekaligus gugup.
"Jadi ... apa yang sudah kamu lakukan?"
"Maksudnya?"
Anton bersedekap, dan memberi Crisstian tatapan penuh curiga. "Apa saja yang seharian ini sudah kamu lakukan, Crisstian?" tanyanya tegas.
Tanpa sadar, Crisstian meneguk kasar ludahnya. "Tentu saja bekerja, Dad."
Crisstian bernafas lega ketika akhirnya bisa menjawab santai pertanyaan Anton. Dirinya tidak terdengar gugup.
Anton terus menatap Crisstian, lebih tepatnya memperhatikan mimik wajah Crisstian. Anton memicingkan kedua matanya, seolah memberi tahu Crisstian kalau dirinya sama sekali tidak mempercayai ucapan Crisstian.
"Kalau Daddy tidak percaya, Daddy tanya saja pada Steve."
"Daddy tahu kalau seharian ini kamu bekerja di kantor." Ya, Anton tahu kalau seharian ini, Crisstian bekerja di kantor.
"Nah itu, Daddy tahu," sahut ketus Crisstian.
"Bukan karena sekretaris baru kamu?" Anton menatap Crisstian dengan mata memicing.
Crisstian tidak akan bertanya, dari mana Anton tahu tentang sekretaris barunya? Kalau bukan dari Sein, Anton pasti tahu dari Ben, tangan kanannya. Orang yang Anton tugaskan untuk mengawasinya.
Sejak beberapa bulan yang lalu, Crisstian tahu kalau Anton memata-matainya, itulah alasan kenapa Crisstian selalu berhati-hati. Crisstian tidak mau Anton tahu tentang hubungannya dengan Olivia, karena Crisstian yakin kalau Anton juga sudah tahu tentang status Olivia. Kalau sampai Anton tahu, Anton pasti akan memarahinya habis-habisan, bahkan mungkin tak segan-segan untuk menghukumnya, sekaligus memintanya untuk mengakhiri hubungannya dengan Olivia.
Crisstian tidak mau hubungannya dengan Olivia yang baru seumur jagung harus berakhir.
"Tentu saja, bukan." Crisstian menjawab tegas pertanyaan Anton.
"Yakin?" Anton tidak mempercayai ucapan Crisstian.
"Sudah, sudah, mengobrolnya dilanjutkan besok saja. Ini sudah malam, kasihan Crisstian. Dia pasti lelah." Sein bisa melihat betapa lelahnya Crisstian.
"Terima kasih banyak, Mom," ucap Crisstian dalam hati. Crisstian senang karena Sein meminta Anton untuk tidak terus mengajaknya mengobrol.
"Ya sudah, Crisstian istirahat dulu ya." Tanpa menunggu tanggapan dari Anton dan Sein, Crisstian berlari pergi dari hadapan keduanya.
Crisstian takut kalau Anton akan menahan kepergiannya, dan kembali mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lain.
"Gelagat anak itu sangat mencurigakan." Anton terus menatap kepergian Crisstian.
Gumaman Anton barusan didengar oleh Sein.
"Sudahlah, Dad, biarkan saja." Sama seperti Anton, Sein juga merasa kalau hari ini Crisstian terlihat sangat bahagia, padahal biasanya jika pulang lembur, Crisstian akan terlihat sekali sangat lelah.
"Ya sudah, sebaiknya kita juga istirahat." Anton mengajak Sein ke kamar.
Crisstian menghela nafas panjang begitu sudah sampai di kamar. Crisstian meraih ponselnya yang ia simpan di dalam saku celana, lalu mengirim pesan pada Olivia, memberi tahu Olivia kalau dirinya sudah sampai di mansion. Entah kenapa, Crisstian tiba-tiba ingin memberi tahu Olivia kalau dirinya sudah pulang dengan selamat.
Crisstian mengurungkan niat untuk menaruh ponselnya di meja ketika melihat tanda kalau pesan yang beberapa menit lalu ia kirimkan pada Olivia baru saja Olivia baca.
"Dia belum tidur?" gumam Crisstian sambil mendudukkan dirinya di pinggir tempat tidur.
Crisstian menunggu balasan dari Olivia, tapi ternyata Olivia tidak membalas pesannya.
"Kenapa dia enggak balas pesan gue?" Keluh Crisstian dengan raut wajah masam.
Crisstian kembali mengirim pesan pada Olivia, tapi lagi-lagi Olivia tidak membalas pesannya, dan hanya membacanya saja.
"Telepon aja deh." Crisstian pikir, Olivia tidak akan mengangkat panggilannya, jadi ketika Olivia mengangkatnya, Crisstian luar biasa terkejut.
"Olivia?" Crisstian terlebih dahulu bersuara ketika tak kunjung mendengar suara oLivia.
"Hm."
"Kamu di mana, Olivia?" Crisstian ingin tahu di mana posisi Olivia saat ini.
"Kamar."
"Kamar?" Ulang Crisstian dengan raut wajah bingung.
"Iya, kenapa?" Olivia tahu kalau saat ini, Crisstian tengah kebingungan.
"Suami kamu ke mana?"
Begitu mendengar pertanyaan Crisstian, Olivia akhirnya tahu, apa yang membut bingung Crisstian. "Felix ada di ruang kerjanya."
"Oh, begitu," balas Crisstian dengan perasaan lega. Awalnya Crisstian berpikir kalau Olivia sedang bersama Felix.
"Tapi seharusnya gue enggak berpikir seperti itu, karena Olivia pasti enggak akan mau mengangkat telepon gue kalau seandainya saat ini dia sedang bersama Felix." Crisstian membatin, merutuki pemikirannya sendiri.
"Jadi ... apa itu artinya kita bisa mengobrol?" Crisstian membaringkan tubuhnya di tempat tidur, seketika sudah tahu, apa saja yang ingin ia bicarakan dengan Olivia.
Rasa lelah yang sebelumnya Crisstian rasakan setelah seharian bekerja bahkan sampai lembur hilang begitu saja setelah mendengar suara Olivia.
"Tidak bisa." Setelah menjawab pertanyaan Crisstian, secara sepihak Olivia langsung mengakhiri panggilan teleponnya dengan Crisstian.
Crisstian melototkan kedua matanya, tak menyangka jika Olivia akan mengakhiri sambungan teleponnya.
"Mungkin dia lelah." Crisstian memutuskan untuk tidak lagi menghubungi Olivia. Crisstian pergi menuju kamar mandi.
Sedangkan Olivia kini sedang menyesali keputusannya karena mengakhiri sambungan teleponnya dengan Crisstian. Olivia berharap kalau Crisstian akan kembali menghubunginya, karena sebenarnya Olivia ingin mengobrol dengan Crisstian.
Sayangnya, Crisstian tidak lagi menghubungi Olivia. Setelah mandi, Crisstian yang sudah sangat mengantuk memilih untuk tidur.