Bab 16

1729 Words
Kantor Polisi  Suasana kantor polisi di penuhi oleh para siswa yang mengenakan seragam sekolah milik SMA Cendekiawan Kasih dan SMA Kasih Pelita Bangsa. Semua di satukan dalam satu perkumpulan. Hanya satu orang cewek yang ada di sana, ia adalah Shaqilea Alester. Untuk pertemuan kedua bagi Shaqilea, akan datang kantor kepolisian tersebut. Yang pertama pada saat dia melaporkan atas pelecehan yang di alami oleh Kakaknya dan yang kedua sekarang menjadi terlapor karena dia terlibat tawuran yang tak pernah di perbaiki sebelumnya. Ia tak bisa mengerjakan apa-apa. Ia hanya mengambil semua arahan dari aparat kepolisian. Ia hanya meminta agar mendapat kompensasi saja dari polisi dan tidak memenuhi tingkat tinggi jeruji besi. “Kalian seorang pelajar, masa depan akan di bawah kemana jika kalian mengadakan tawuran? Masa depan bangsa ada di tangan kalian, ”ujar polisi tersebut. “Kalian ingin menjadi generasi muda yang tidak bermoral? Dengar baik-baik, coba tebak biaya kerugian yang sudah kalian rusak? Kalian bisa mempertanggung jawabkan semuanya? Saya akan menghubungi orang tua masing-masing. Jika dalam waktu semalam ini tidak ada yang datang kemari, maka akan diatasi kalian akan menetap di sini, ” "Nggak bisa jadi dong Pak, bagaimana dengan orang tua yang ada di luar negeri atau malah yang sudah meninggal?" katakanlah Zidan ketua dari mereka. “Kalau di luar negeri ya suruh baliklah. Kalau sudah mati yaudah, terima nasib, ”cetus Kenzo. BRAKK "Maksud lo apa, ngomong kaya gitu?" sergah Zidan. “Salah gue mana? Emang benarkan, ”sanggah Kenzo. “Emang nggak ada akhlak ya lo. Maju lo di sini! " Zidan bangun dari tempat. "Bentar. Di sini ada yang nggak ada akhlak. Lo apa gue? Jelas-jelas lo datang ke sekolah gue dan buat kericuhan. Jadi siapa yang nggak ada akhlak. "Eh bacot lo," Tertangkap "Woyyy .." teriak Edsel. Ia segera bangun dari duduknya dan langsung mengenakan kerah seragam milik Zidan. "Berhenti! Ini kantor polisi dan kalian masih membuat keributan. Kalian mau, saya masukin ke dalam sel? ” kata Polisi. Kesunyian kembali tercipta. Para polisi itu berusaha menghubungi pihak sekolah dan orang tua masing-masing. Suasana yang cukup menegangkan bagi mereka yang ada di sana. Pak Rusdi selaku ketua dari bimbingan konseling, datang bersamaan dengan Kepala sekolah yaitu Ibu Mika. Mereka datang untuk bersaksi dan membantu para muridnya agar segera di bebaskan. “Selamat siang Pak,” ujar Pak Rusdi. “Iya, siang Pak,” jawab Pak Polisi dengan persetujuan tangan Pak Rusdi dan Ibu Mika berganti. “Saya yang telah menghubungi kantor kepolisian untuk segera datang ke sekolah kami, di sekolah kami di serang oleh sekolah lain,” jelas Pak Rusdi. "Tuh Pak dengar, sekolah kita di serang dan kami hanya membahas, apa itu salah?" potong Edsel. “Diam kamu Edsel! Banyak cara untuk melepaskan diri dan tawuran bukan satu-satunya jalan! ” tegas Ibu Mika. “Pak polisi yang menyetujui, bagaimana? Bolehkah kami membawa anak didik kami untuk pulang bersama kami, ”mohon Pak Rusdi. Terlihat kedua polisi itu sedang berbincang dengan monitor yang ada di didukung. Di monitor ini, menanyangkan video yang telah diperoleh pada saat mendaftar di TKP. "Baik. Setelah saya bahas semuanya, ternyata anak-anak didik dari Bapak tidak perlu hanya mencoba menjawab, ”ujar Polisi. "Dan aku salut terhadap kamu. Kamu satu-satunya siswi yang berhasil menghindari aksi nekat anak-anak SMA Pelita Bangsa, ”jelas Polisi menunjuk Shaqilea. "Iya dong Pak, cewek siapa dulu," celetuk Edsel dengan cengengesan. “Kepedean banget sih lo Sel,  emang Shaqilea mau gitu sama lo?” ledek Kenzo. “Diam deh lo,” balas Edsel. “Jadi Pak polisi gimana? Bolehkah kami membawa anak-anak kami?”  tanya Ibu Mika. “Iya Bu, boleh.” Para siswa SMA Cendekiawan Kasih bersorak sorai menanggapi itu semua. Mereka bergegas keluar meninggalkan kantor polisi. Zidan dan kawan-kawannya mengikuti mereka keluar dari kantor polisi namun di tahan oleh aparat  kepolisian tersebut. “Kalian mau kemana? Tetap disini dan tunggu wali kalian sampai datang!”  ujar  polisi tersebut. “Gak bisa gitu dong Pak,  mereka pergi kenapa kita tidak boleh?” sanggah Zidan. “Jangan membantah dan tetap diam disini,  paham kalian!” Brakkkk Zidan menendang meja polisi tersebut hingga semua tersentak akibat ulahnya. “Apa-apaan ini?  Berani lawan saya, kamu,” ujar Polisi tersebut. “Zidan, lebih baik lo suruh pengacara lo kesini, buat bantuin kita,” saran temannya. “Benar juga lo,” Zidan mengeluarkan ponsel dan menghungi pengacaranya. “Pengacara saya akan segera datang!”  tegas Zidan kepada polisi. ⛲⛲⛲⛲⛲ Anak Moriz, Shaqilea serta kedua gurunya keluar dari kantor polisi. “Bersyukur kita nggak nginep di sini,” cetus Zelond. “Iya Alhamdulillah banget ya,” sahut Kenzo. “Ya sudah,  kalian semua bisa pulang kerumah masing-masing. Akibat tawuran itu, semua jadwal pengajaran di hentikan untuk hari ini dan semua siswa sudah di pulangkan,” jelas Ibu Mika. “Ingat,  jangan mampir dan langsung pulang ke rumah!”  tegas Ibu Mika. “Iyaaaa, Bu,” jawab serentak. Setelah menjelaskan, Ibu Mika dan Pak Rusdi meninggalkan mereka semua. “Eh iya, Tas kita masih di kelas loh,  gimana dong?” celoteh Berto. “Oh iya bener,  kita harus ke sekolah dulu nih,” - Denis. “Bang Edsel kita ke sekolah dulu ya, buat ambil tas.  Hari ini kita kumpul di markas nggak nih?” - Berto. “Iya. Kalau kalian mau kumpul, kumpul aja.  Tapi maaf gue nggak bisa,  soalnya ada urusan,” jawab Edsel. “Urusan ngejar cinta ya bang,  semangat deh buat yang lagi memperjuangkan cinta,”  ujar Denis. “Semangat terus jangan kasih kendor bang,” - Berto “Semangat terus bos ku,  kita akan selalu mendukungmu jika itu membuatmu bahagia,” Edsel tertawa renyah mendengar ucapan-ucapan dari kawan-kawannya. Shaqilea hanya diam mendengarkan semuanya, tidak ingin berlama lagi berada di sana Shaqilea pun segera bergegas pergi meninggalkan mereka.  Namun lagi-lagi tangan itu di cekal oleh sosok Edsel yang tak berada jauh darinya. “Gue antar pulang ya,” ucap Edsel. Shaqilea diam, tidak menolak maupun menerima tawaran tersebut. Pikirinya, percuma ia menolak karena sosok di depannya akan tetap memaksa untuk tetap menagantarkannya. Anak Moriz masih tetap berdiam di tempatnya, ingin mengetahui aksi Edsel dalam mendekati Shaqilea. “Lo mau nganterin dia pake apa Sel?”  tanya Raegan. “Tau lo,  motor aja masih di sekolah,” - Kenzo. Edsel berpikir demikian, ucapan Raegan dan Kenzo ada benarnya, motornya masih berada di kawasan sekolah. Busway Edsel sempat berpikir ke arah sana. “Naik apa aja yang penting bareng doi,  emangnya lo sendirian terus,”  ledek Edsel. “Belum jadian aja udah berasa memiliki,”  cetus Kenzo. “Syirik aja lo Zo,” balas Edsel. Di tengah perdebatan mereka ada sebuah mobil Alphard berwarna putih mendatangi mereka,  seorang siswi dengan seragam yang sama dengan mereka pakai, keluar dari dalam mobil tersebut. “Sha... Shaqilea lo gak apa-apakan?  Sumpah gue khawatir banget sama lo,”  sosok siswi tersebut ialah Faeyza. “Haii Faeyza, lo kesini mau nyamperin babang Zelond kan? Tenang babang Zelond baik-baik saja ko,” potong Zelond. “Maaf, memangnya anda ini siapa? Tolong jangan ge'er,”  balasan dari Faeyza membuat semuanya tertawa. “Kasian banget hidup lo Ze,  udah jomblo di telantarin lagi.” ledek Kenzo. “Jomblo teriak jomblo,” - Raegan. “Eitss gue single ya bukan jomblo,” sanggah Kenzo. “Apa bedanya jomblo sama single bang? Toh sama-sama kesepian,” celetuk Evan. Evan adalah siswa kelas 11 Ipa1,  sosok  cowok dingin yang tak beda jauh dari Raegan namun sangat berani dan emosional seperti Edsel. “Tuh dengerin!” ujar Zelond. “Sha,  ini tas lo.  Gue anterin lo pulang ya,”  Shaqilea menerima tasnya tersebut. “Makasih ya Faey,  tapi maaf gue pulangnya sama Edsel.” Faeyza kaku di tempat, kagetnya bukan main. Sahabatnya lebih memilih seseorang yang baru ia kenal belum lama dari pada dirinya yang sudah berteman sejak SMP. Bahkan selama mereka bertemanpun tak pernah sekali Faeyza main ke rumahnya atau sekedar menghantarkannya. Shaqilea akan selalu menolak ketika Faeyza menawarkan tumpang seperti saat ini. “Gue duluan ya Faey,” ujar Shaqilea. Shaqilea menarik tangan Edsel untuk menjauhi Faeyza dan anak-anak Moriz. Tarikan Shaqilea pada tangan Edsel di sambut baik oleh Edsel dan mendapatkan sorak-sorai dari yang lainnya. Tapi tidak dengan Faeyza,  ia masih kaku di tempatnya. “Kalau Shaqilea nggak mau lo anter,  gue aja deh yang ngewakilin, kebetulan motor gue masih di sekolah nih,” celoteh Kenzo. Kalimat yang di lontarkan oleh Kenzo seketika membuyarkan kelamunan Faeyza. “Jangan harap!” jawab Faeyza. “Eh main nikung-nikung aja lo Zo, Faeyza punya gue dan dia akan pulang bareng gue!” ujar Zelond. Faeyza menyeringai “Gue nggak pernah bilang begitu!” Faeyza kembali ke mobilnya dan pergi meninggalkan yang lain.  Sesaat setelah mobil Faeyza pergi meninggalkan kawasan kantor polisi anak-anak Moriz membubarkan diri,  pergi ke sekolahan kembali untuk mengambil tas serta kendaraannya masing-masing. ⛲⛲⛲⛲⛲ Genggaman tangan itu masih terpaut satu sama lain,  senyum Edsel kian lama makin mengembang dan tak pernah luntur dari pandangan semua orang. Hingga membuat orang yang melintasinya begitu terpesona akan ketampanan seorang Edsel. Berbeda dengan Shaqilea yang hanya mengeluarkan ekspresi biasa saja,  seperti hari-harinya yang berlalu. “Kalau dengan masuk kantor polisi bisa pulang bareng sambil bergandengan seperti ini,  gue rela tiap hari ketangkap polisi,”  celetuk Edsel. Seketika itu juga Shaqilea langsung melepaskan genggaman mereka. “Kenapa, ko di lepas?” tanya Edsel. “Bukannya lo harus ke sekolah buat ambil motor lo?” “Urusan motor itu gampang ko, gue bisa nitip ke Raegan atau yang lainnya. Tapi urusan sama lo,  itu nggak bisa di tunda lagi. Karena lo adalah prioritas gue,” setiap ucapan senyumnya tak pernah luput sedikitpun dari wajah Edsel. Perjalanan mereka berhenti di halte, tak butuh waktu lama lagi busway akhirnya datang. Shaqilea naik di ikuti oleh Edsel di belakangnya. Shaqilea mencari bangku kosong namun tak ia dapatkan.  Bangku itu sudah penuh di isi oleh semua orang, maka ia terpaksa  berdiri. Busway itu kini berjalan meninggalkan halte. Edsel berdiri tepat di belakang Shaqilea,  ia berusaha menjaga dan melindungi Shaqilea, ia juga berusaha membuktikan kepada orang-orang yang berada di busway tersebut bahwa cewek di depannya itu adalah miliknya. “Kelakuan anak jaman sekarang bukannya sekolah malah asik keluyuran pacaran,” celoteh seorang Ibu-ibu. “Duhhh so sweet nya mereka,  jadi iri deh,”  ucap orang yang lain. “Ish ko ceweknya dingin gitu ya,  padahal cowoknya ramah banget kasian cowoknya.” “Beruntung ya jadi si ceweknya,” Celotehan-celotehan itu terus berlanjut namun dihiraukan oleh keduanya,  Shaqilea tetap pada posisinya yang tidak peduli begitupun Edsel ia tetap tersenyum bahagia. Akhirnya Busway yang mereka tumpang berhenti tepat di halte tempat biasa Shaqilea turun. Mereka berdua turun dan di lanjut dengan jalan kaki untuk menuju minimarket milik bibinya tempat Shaqilea bekerja paruh waktu. Di minimarket sudah ada bibinya yang sedang menunggu,  kini giliran Shaqilea untuk menggantikannya. Shaqilea masuk ke minimarket menemui Bibinya tidak lupa untuk berjabat tangan. “Tumben sekali Sha,  jam segini sudah pulang?” tanya Bibi. “Tadi sekolah di bubarin,  karena alasan tertentu,” jawab Shaqilea sambil berlalu ke ruang belakang untuk mengganti pakaiannya. “Kamu,” ujar sang Bibi kepada Edsel. Edsel berjalan mendekati Bibi dan menjabat tangannya. “Iya Bi, saya Edsel temannya Shaqilea,” “Iya saya tau, kamukan yang waktu lalu pernah kesini.” Suara getaran ponsel dari saku celana Edsel mengintrupsikannya. Edsel mengangkat telepon tersebut dengan berjalan sedikit menjauh dari Bibinya Shaqilea. “Halo,” “..............,” seberang sana. “Iya gue segera kesana,” “............,” seberang sana. “Iya, iya gue kesana sekarang!” Edsel menutup teleponnya dan berjalan mendekati Shaqilea yang sudah selesai mengganti pakaiannya. “Sha, gue pulang dulu ya,” ucapnya dengan ramah. “Ya.” “Bibi mana?” “Di dalam.” “Salamin ke Bibi,  gue harus pulang dulu. Lo kerjanya jangan terlalu di forsir, jaga selalu kesehatan lo,” Edsel membelai puncak kepala Shaqilea. Lagi,  Shaqilea hanya diam mendapatkan perlakuan seperti itu dari Edsel, tidak seperti waktu-waktu sebelumnya ia akan menepis tangan Edsel dan memarahinya. Apa mungkin hati Shaqilea mulai terbuka untuk Edsel? Apakah mungkin Shaqilea mulai jatuh cinta terhadap Edsel? 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD