Bab 15

1755 Words
Tawuran Keributan serta kegaduhan itu tercipta dari arah lapangan sekolah.  Pintu gerbang  sudah di rusak oleh segerombolan orang yang menerobos masuk ke dalam area sekolahan. Segerombalan itu memakai seragam sekolah SMA Kasih Pelita Bangsa. Pakaian yang layaknya seperti orang yang tidak tau aturan,  baju yang di keluarkan dan tidak di kancing. Serta bagian lengan yang di lipat dan tidak memakai atribut sekolah lainnya. “Woyyy ketua Moriz keluar lo.  Dimana lo sekarang!  Cemen banget kalau lo ngumpet...  ckckckk,”  ujar seorang yang terdepan di antaranya yang lain.  Yang di yakini adalah ketua dari segerombolan tersebut. BRAKKK PRANKK PRANKK Segerombalan itu kembali menyerang dengan batu yang di lemparkan pada gedung sekolah. Hingga membuat jendela kaca itu pecah. “Moriz keluar lo semua,  banci lo pada. Kalau kalian tidak keluar, bisa di pastikan gue sama temen-temen gue bakal bakar sekolahan ini!” Dua orang Satpam mencoba untuk menghentikan aksi nekat mereka, namun yang ia dapatkan hanyalah ikatan pada tiang bendera. Kedua Satpam itu di ikat di bawah tiang bendera. Seorang cowok datang dengan perawakan yang tidak tinggi dan biasa-biasa aja. Tapi memiliki keberanian yang cukup untuk menghadapi segerombolan itu sendirian. “Gue anak Moriz. Mau apa kalian kesini?” ujar cowok itu dengan nametag Evan. “Oh, lo ketua dari Moriz? Cihhh nggak ada apa-apanya sama gue.  Lo bukan tandingan gue,” “Gue tanya sekali lagi!  Kalian ada keperluan apa datang kesini?  Membuat kekacauan, kalian ingin terkenal? Kalian ingin viral?”  tanyanya beruntun. “Eh lo nggak usah banyak bacot suruh ketua lo keluar dan hadapin gue!” Evan tersenyum meremehkan “Ckckk...  lo tuh punya apa? Sampai berani nantangin bos gue.  Mau nantangin tapi buat kerusuhan sekolah emang nggak ada akhlak ya lo,” ujar Evan dengan smirknya. “Bacot banget nih bocah,” “Udah bos. Biar kita hajar aja,” anak buah dari segerombolan itu maju untuk menyerang Evan. Evan begitu cakap untuk menghindari pukulan-pukulan dari sang lawan. Bught Evan menendang punggung sang lawan dengan kakinya hingga sang lawan itu tersungkur ke depan tepat di bawah kaki sang bosnya. “Beraninya lo mukulin anak buah gue,”  Ketua dari gerombolan tersebut maju dan mengambil ancang-ancangnya. “Woyyy.... Apa-apaan ini?” teriak seorang cowok dengan perawakan tegak dengan jakun yang ketara.  Cowok itu adalah Edsel ketua dari Moriz.  Di belakangnya seperti biasa sudah ada ketiga sahabatnya yang selalu setia menemani. Saat tadi, Edsel dan ketiga sahabatnya sedang berada di tangga menuju lantai tiga. Tepat dimana kelasnya berada.  Disaat ia ingin berbelok pada tangga, mereka mendengar suara pecahan kaca serta keributan lainnya. Mereka bergegas kembali turun untuk melihat siapa di balik dalang tersebut. Ketika Moriz di teriaki, mereka merasa ada yang tidak beres.  Dengan segera mereka berlari menuju tempat kejadian. “Kenapa lo nggak suka?”  ucap sang Ketua. “Iyaaa... Gue nggak suka!  Ada orang luar yang ngebuat kericuhan di sekolah gue. Anak-anak semua terganggu begitupun dengan guru-guru yang ada disini!” “Kalau begitu, lo suruh ketua Moriz itu keluar, jangan ngumpet kaya banci.  Katanya dia pentolan sekolah yang di takuti oleh semua kalangan. Mana orangnya, suruh dia kesini!” “Kalaupun dia muncul apa yang bakal lo lakuin?  Lo mau mukulin dia di sekolahan.  Dasar b**o,  sama aja, lo tuh nyerahin diri ke dalam jeruji besinya Pak Polisi!” ujar Edsel dengan tenang namun tegas. “Lo gak tau siapa gue?” “Siapapun lo. Itu nggak penting bagi gue,” balas Edsel. Sosok cowok yang di samping ketua itu membisikan sesuatu pada bosnya. “Wkwk..  Ternyata lo ketua Moriz itu,  pantas saja.  Belagu,” “Heyy kumis lele, gue tanya deh sama lo. Tujuan lo apa datang kesini? Mau bertarung sama gue. Hayoo siapa takut,” ujar Kenzo. Kenzo memanggilnya dengan sebutan kumis lele sebab bos dari segerombolan itu mempunyai kumis tipis tapi melengkung pada bagian ujungnya layaknya seperti lele. Satu persatu anggota dari geng Moriz pun berdatangan untuk membela nama Moriz.  Kalaupun nanti akan ada pertumpahan darah, mereka siap apa yang akan terjadi selanjutnya. “Bentar kayanya gue ingat deh, seragam kalian nggak asing di penglihatan gue,” ujar Edsel. Cowok yang berada di belakang bosnya itu berjalan maju.  Dia adalah sosok cowok yang waktu itu hendak melecehkan seorang cewek di  gedung kosong. “Lo?  Benar nggak salah lagi, cowok b******k itu, cuihh ngapain lo datang kesini! Sambil membawa antek-antek lo. Dasar pengecut,” “Sesuai ucapan gue waktu lalu, gue bakal balas dendam atas perbuatan lo dan cewek lo yang telah mukulin gue.  Dan kalian semua akan tau akibatnya,”  ucap cowok tersebut dengan sombongnya. “Lo kenal dia Sel?” tanya Kenzo. “Nggak.  Gue pernah lihat aja dan bertarung sama dia,” “Mana cewek lo yang rusuh itu? Suruh dia kesini. Biar dia menyaksikan sendiri cowoknya babak belur di tangan gue hahaaa......” “Sel cewek lo yang mana? Perasaan lo jomblo deh,” cetus Kenzo. “Lo tuh emang nggak ada kapoknya ya?  Lo tuh emang pantas di kasih pelajaran. sini lo maju,” Edsel mulai terpancing emosi. “Woyyy.....  Bubar lo semua! Kalau nggak bubar gue bakal hubungin polisi!” ucap seorang siswi dengan menggelegar.  Siswi tersebut ialah Shaqilea. “Itu dia ceweknya,” ucap seorang cowok. “Shaqilea? Dia benaran cewek lo Sel,” tanya Kenzo penasaran. “Aamiin,”  balas Edsel. “Lah malah amin lagi lo,  bener atau nggak?” “Doain aja,” jawab Edsel. “Minta di gorok nih bocah,” ujar Kenzo. “Minta nikah gue mah bukan minta di gorok,” “Woyyy malah ngobrol lagi lo berdua,” tegur sang ketua dari segerombolan itu. “Dalam hitungan ketiga kalau kalian tidak bubar gue bakal telpon polisi,” teriak Shaqilea. “Halah...  Banyak bacot lo, serang......” Semua guru tidak ada yang berani mendekat atau bahkan menghalangi mereka, yang akan baku hantam. Pertumpahan darahpun terjadi. Cowok yang waktu itu pernah Shaqilea kalahkan, kini menyerang Shaqilea kembali. Shaqilea dengan sigap menangkis semua pukulan yang bertubi-tubi. Hiat Hiat Hiat Wushh Shaqilea memutar badannya kebelakang lalu menendang bagian lutut belakang sang cowok. Membuat cowok itu berlutut di kakinya. DUGHH Di saat cowok itu berlutut tepat dikakinya, Shaqilea mendongakan kepala sang cowok dengan lututnya begitu keras. Hingga keluar darah dari hidungnya. Cowok itu terkapar di lantai lapangan. Seorang dari belakang cowok itu berlari dan menyerang Shaqilea. DUGGH Sudut bagian bibir Shaqilea terkena tangkisan oleh sang ketua tersebut. Edsel yang melihat kejadian itu langsung berlari dan melindungi Shaqilea. “Sha,  cepat lo pergi dari sini. Ini bahaya bagi lo!” ujar Edsel. BUGHT Edsel terpukul pada bagian perutnya “Ahh,  cepat pergi!” Bukan Shaqilea kalau tidak melawan orang yang telah memukulnya. Shaqilea berlari dan meloncat untuk menendang ketua tersebut. Hingga membuat sang ketua mundur terjerembab kebelakang. “Gue kagak terima lo mukul gue sampai berdarah.  Bangun lo!” Ketua itu bangun dan kembali menyerang.  Shaqilea menghindari dan menangkis pukulan itu, sesekali juga ia terkena pukulan tersebut. Shaqilea menyerang sang ketua kembali, tapi pukulan serta tangkisannya selalu meleset tidak ada yang berhasil. Dorrrr......  Suasana ledakan itu berasal dari pistol milik aparat kepolisian.  “Berhenti di tempat dan tidak ada yang boleh bergerak!” peringatan dari aparat kepolisian. Semua siswa yang bertarung melawan satu sama lain kini sudah berhenti.  Banyak darah dan luka lebam pada tubuh siswa yang mengikuti tawuran tersebut. Aparat kepolisian berlari mengelilingi para siswa yang turut adil dalam tawuran tersebut. “Kalian semua harus ikut kami ke kantor polisi dan mempertanggung jawabkan ini semua. Tolong bawa anak-anak ini semuanya!” ujar Komandan Polisi tersebut. “Baik Dan,” Para siswa yang ikut adil dalam tawuran tersebut  di bawa langsung oleh aparat kepolisian. Termasuk Shaqilea tangannya di borgol serta di seret ke dalam mobil polisi begitupun dengan yang lain. ⛲⛲⛲⛲⛲ #Flashbackon Shaqilea berlari di lorong sekolah ia berusaha mencaritahu siapa yang telah membuat kegaduhan di sekolahnya. Bahkan ia sudah berpikir bahwa itu adalah ulah dari Edsel dan teman-temannya. Tapi jika memang benar itu kelakuan Edsel. Shaqilea tidak akan segan-segan untuk memberikan pukulan telaknya kembali. Shaqilea terus berlari,  tiba di belokan lorong iya menabrak seorang cowok. “Sorry gue minta maaf.  Gue buru-buru permisi,”  ucap Shaqilea. “Tunggu Sha,  lo mau kemana? Jangan ke lapangan di sana bahaya!” peringat Gavin. Shaqilea tidak menghiraukan dan melanjutkan larinya.  Di depan, Cio tengah berlari ke arah ruang guru hendak memberitahukan suatu kejadian  besar yang menimpa sekolahnya. “Yo...” Shaqilea memanggil Cio. “Iya Sha ada apa? Nanti aja ya ngomongnya. Gue buru-buru soalnya, ini gawat.” Cio melewati Shaqilea begitu saja. Shaqilea kembali berlari untuk menuju lapangan itu. Ketika sudah sampai disana ternyata kegaduhan itu tidak di buat oleh Edsel dan temannya. Shaqilea mengamati aksi mereka dari tepi lapangan tersebut. Setelah beberapa menit Gavin datang menghampirinya di ikuti oleh Cio dan beberapa anggota OSIS di belakangnya. “Yoo lo udah lapor polisi?” tanya Shaqilea pada Cio. “Udah. Tadi Pak Rusdi sudah menghubungi aparat kepolisian,” “Sha lebih lo masuk ke kelas.  Di sini bahaya.  Gue takut lo kenapa-napa.  Gue anter ya,”  ajak Gavin. Shaqilea berbalik ke arah Gavin.  Sorot mata itu menyipit namun tajam.  Menyelusuk ke arah retina milik Gavin. “Dengan melihat kaya gini, lo nyuruh gue buat masuk kelas. Lalu kalian akan diam saja dan hanya menyaksikan!” tutur Shaqilea. “Kenapa para OSIS diam saja, apa tugas kalian sebenarnya? Salah satu tugas kalian yaitu mengamankan serta melindungi sekolah.  Lalu kenapa kalian hanya menonton saja,”  Shaqilea menahan emosi yang siap meledak kapan saja. “Raihan, lo sebagai ketua OSIS disini cepat turun dan cegah mereka untuk berhenti membuat keributan,” “Kenapa harus gue,  disana juga sudah ada Satpam,” jawab Raihan seadanya. Shaqilea tidak habis pikir dimana otak ketua OSIS nya itu.  Jelas-jelas di sana semua Satpam di ikat di bawah tiang bendera. Seorang cowok datang dengan perawakan yang tidak tinggi dan biasa-biasa aja tapi memiliki keberanian yang cukup untuk menghadapi segerombolan itu sendirian. Melihat itu semua Shaqilea disulut emosi. Ia tidak tega jika melihat cowok itu melawan segerombolan sendirian.  Ia harus datang dan membantu. Shaqilea tidak bisa diam. Jika tidak ada yang berani turun tangan, membantu cowok itu maka ia yang akan turun. Shaqilea melangkan kakinya berjalan mendekati lapangan tersebut. Baru beberapa langkah,  terlihat sosok yang sudah memenuhi pikirannya datang bersama ketiga sahabatnya. Terjadi adu mulut di antaranya, mereka membawa nama Moriz.  Shaqilea tidak tau siapa itu Moriz dan ia tidak peduli. Yang ia peduli saat itu hanyalah ketertiban di sekolahnya. Cowok yang berada di belakang bosnya itu berjalan maju. “Lo?  Benar nggak salah lagi, cowok b******k itu, cuihh ngapain lo datang kesini! Sambil membawa antek-antek lo. Dasar pengecut,” ucap Edsel terdengar begitu jelas di telinga Shaqilea. “Sesuai ucapan gue waktu lalu, gue bakal balas dendam atas perbuatan lo dan cewek lo yang telah mukulin gue.  Dan kalian semua akan tau akibatnya,”  ucap cowok tersebut dengan sombongnya. “Lo kenal dia Sel?” tanya Kenzo. “Nggak.  Gue pernah lihat aja dan bertarung sama dia,” “Mana cewek lo yang rusuh itu? Suruh dia kesini. Biar dia menyaksikan sendiri cowoknya babak belur di tangan gue hahaaa......” Shaqilea mengingat-ingat kembali wajah cowok itu. Dan benar saja, cowok itu tidak asing lagi baginya. Cowok yang waktu itu pernah bertarung dengannya saat menyelamatkan seorang cewek dari aksi nekatnya cowok tersebut. “Lo tuh emang nggak ada kapoknya ya?  Lo tuh emang pantas di kasih pelajaran sini lo maju!” Edsel mulai terpancing emosi. Shaqilea sudah mantap dan berjalan mendekati tengah lapangan. “Woyyy.....  Bubar lo semua! Kalau nggak bubar gue bakal hubungin polisi!” ucap seorang siswi dengan menggelegar.  Siswi tersebut ialah Shaqilea. “Itu dia ceweknya,” ucap seorang cowok. “Dalam hitungan ketiga kalau kalian tidak bubar gue bakal hubungi polisi,” teriak Shaqilea. “Halah banyak bacot lo, serang......” Pertumpahan darah itu terjadi banyak siswa yang tumbang meskipun tidak sampai luka parah.  Hingga aparat kepolisian itu datang dan semua siswa yang ikut adil dalam tawuran tersebut di bawa untuk di intograsi termasuk Shaqilea. #Flashbackoff
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD