Bertemu Masa Lalu
Malam yang dingin dan suara yang semakin terdengar jelas di kala sunyi. Shaqilea keluar dari minimarketnya untuk menutup pintu. Waktu sudah menandakan pukul 23:00 sekarang tiba untuk segera pulang ke rumah.
Jalanan sepi hanya ada sendiri. Pikirin itu berkelana pada acara dimana ia berjalan berdampingan dengan gambar yang selalu mengikutinya. Sosok yang membuat emosinya meningkat hanya dalam sesaat. Dan sosok itu yang paling benci, sosok Edsel Daylon.
Shaqilea mengeluarkan ponselnya mancari memutar musik untuk menemani dirinya di dalam keheningan yang menerpanya.
Tepat di pertigaan jalan Shaqilea tertegun di tempat, ia melihat seseorang yang sudah lama ia cari. Orang yang telah membuat Kakaknya menderita dengan segala gangguan di jiwanya.
Tangan Shaqilea mengepal, rahangnya mengeras, sorotan menghubungkan lurus ke arah laki-laki tersebut. Laki-laki yang sedang mengusap kepala seorang pria yang sedang diajak bicara. Shaqilea bisa menyakini cewek ini adalah pacarnya.
Laki-laki ini memotong jarak di antara itu, hingga bibir itu tepaut satu sama lain. Keheningan dan kensunyian sangat mendukung aktivitas yang mereka ciptakan.
Shaqilea berusaha memegang teguh yang sudah ada di puncaknya, setelah memegang beberapa menit sampai akhirnya mereka berhenti. Terjadi beberapa perbincangan manja di antara dua, lalu sang wanita memutuskan pergi meninggalkan laki-laki tersebut.
Sekarang saatnya untuk Shaqilea pindah ke pria ini dan membalaskan dendamnya. Jika perlu, maka akan dilakukan agar dendamnya terbalaskan.
Shaqilea berlari ke arah laki-laki itu berada, tetapi laki-laki itu masuk ke dalam mobilnya serta mengumpulkan mobil untuk segera pergi dari kawasan tersebut. Gagal, Shaqilea gagal untuk mengejarya yang diperolehnya motor keserempetan yang tepat di belakangnya.
Pengendara motor turun dan membantu Shaqilea berdiri. Tak di sangka, pengendara itu ternyata adalah Gavin. Entah dinamakan apa pun setelah kesialan, Keberuntungan bisa meraih kelemahannya. Disaat ia tidak bisa berjalan karena tersrempet motor, Gavin bisa di andalkan untuk membantunya.
"Shaqilea, Sha lo nggak apa-apakan?" Gavin sangat khawatir.
“Lo ngapain malam-malam di sini, gue anterin lo pulang ya? Tapi sebelumnya gue bawa lo ke klinik dulu? Lutut lo luka jadi harus di obati. "
"Lo mau bantuin gue?"
"Tentulah, gue harus bertanggung jawab karena ini gue ulue, gue minta maaf karena nggak sengaja menyerempet lo."
" Oke, kalau begitu bantuin gue ngejar mobil warna merah yang ada di depan," pinta Shaqilea.
“Tapi Sha, luka lo gimana? Kita obatin dulu ya. "
"Mau bantuin gue atau nggak?"
“Iya iya deh, iya. Sini gue bantu lo naik motor. ”
Shaqilea menaiki motor di pegangi oleh Gavin. Mereka melesat pergi, mengejar mobil dengan warna merah yang ada di merebut. Shaqilea terus-menerus membuka Gavin untuk menambah kecepatannya agar tidak melayang jauh dari mobil tersebut.
Mobil yang Shaqilea kejar berhenti tepat di depan sebuah area klub malam. Sosok laki-laki yang semenjak tadi ia kejar keluar dari mobilnya dan buka klub malam tersebut. Shaqilea yang benar-benar penasaran mengikuti pria-pria itu masuk klub malam tersebut.
Seperti klub malam pada umumnya, ada sangat ramai dengan kerumunan orang-orang yang sedang berjoget pria dan wanita berbaur menjadi satu. Sosok cowok yang Shaqilea ikuti berjalan ke area pojok mana, ada kursi dan segerombolan laki-laki yang sepertinya sudah menunggunya. Dapat membantu mereka adalah teman-teman.
“Sha kita ngapain kesini, kita pulang aja yuk disini nggak baik,” ujar Gavin yang semenjak tadi berada di samping Shaqilea.
"Kalau lo mau pulang, ya pulang aja gue masih ada urusan!" tegas Shaqilea.
Mereka berjabat tangan di lanjut dengan bersulang satu sama lain. Shaqilea tidak bisa menahan lebih lama ia berjalan mendekati laki-laki tersebut.
Baru beberapa langkah Shaqilea diam di tempat. Disana! Ada sosok yang sangat familiar dalam penglihatan Shaqilea, sosok itu ialah Edsel. Ia datang bersama dengan ketiga sahabatnya. Mereka bersatu dan berbaur dengan segerombolan tersebut.
“Sha.. Sha lo mau kemana?” pertanyaan Gavin di abaikan begitu saja oleh Shaqilea.
Shaqilea mempercepat jalannya dan ketika sudah sampai di sudut pojok tersebut. Tanpa ancang-ancang lagi ia membalikan tubuh laki-laki itu dan langsung memukulnya.
Bught
“Woyyy apa-apaan ini!” ujar laki-laki tersebut tidak terima.
Bught Bught
Shaqilea menendang perutnya serta memukul punggung dengan sikunya.
Wushhhh seorang teman dari laki-laki tersebut mencoba menyerang Shaqilea, namun serangannya meleset tidak mengenai sasaran.
Terjadi keributan diantara mereka empat lawan satu Shaqilea di keroyok, sedangkan hanya Gavin berdiam diri jauh dari keberadaan Shaqilea.
Edsel syok di tempat dengan kedatangan Shaqilea yang tiba-tiba. Ia berpikir apakah Shaqilea mengikutinya datang kesana?
Suasana itu menjadi kacau dan banyak orang-orang yang berteriak histeris. Suara irama itu berbaur menjadi satu bersamaan dengan perkelahian yang sedang terjadi. Semua orang disana minggir dan menjauh, takut jika terkena pukulan dari orang yang sedang berkelahi.
Edsel tidak bisa diam begitu saja ketika sosok yang sangat di cintainya di keroyok seperti itu. Ia pun terjun ke area perkelahian itu, melindungi Shaqilea dan mendapatkan pukulan dari laki-laki yang tadi berjabat tangan dan berulang bersamanaya. Zidan nama laki-laki tersebut.
“Edsel ngapain lo lindungi dia?” sentak Rio.
“Lo nggak lihat dia cewek, dimana rasa malu lo yang mukulin cewek. Yang jelas-jelas bukan tandingan lo,”
Bught Shaqilea memukul perut Edsel.
“Ternyata lo komplotan dia!” tegas Shaqilea.
“Ingat baik-baik jangan harap lo bisa dekat lagi sama gue.” Shaqilea berlari meninggalkan Edsel.
“Sha... Tunggu dulu maksud lo apaan? Gue nggak ngerti. Shaa... Shaqilea....”
Diam-diam Gavin ikut meninggalkan tempat itu tanpa sepengetahuan siapapun.
Edsel mengusap rambutnya dengan kasar kebelakang. Ia benar-benar frustrasi. Baru aja ia mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat lagi dengan orang yang di cintainya. Kenapa harus terjadi hal seperti ini.
Edsel berpikir keras, sebenarnya apa yang terjadi pada cewek yang di cintainya dengan Rio. Sosok yang sudah ia anggap seperti Abangnya sendiri.
Tidak mau terlewat begitu jauh untuk mengejar Shaqilea, Edselpun bergegas berlari meninggalkan teman-temannya.
“Edsel..... Lo mau kemana?” teriak Rio.
“Dia pasti akan ngejar ceweknya,” sahut Kenzo.
“Shaqilea ceweknya?” tanya Rio kembali.
“Ia, Sebenarnya apa hubungan lo sama Shaqilea, Bang?” antusias Zelond.
“Aishhh s**t,” Rio menggeram dan memukul tembok yang tepat berada di sampingnya.
“Ada masalah apa lo sama dia?” Raegan ikut memberikan pertanyaan.
“Bukan urusan lo,” jawab Rio.
Wajah Rio memerah menahan segala amarah, rahangnya mengeras, genggaman di tangannya semakin keras hingga kuku panjangnya itu menusuk pada kepalannya.
Brakkk Rio menendang meja yang berada di depannya dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Rio... Yoo lo mau kemana?” ucap temannya.
“Suasana malam ini panas, jadi wajar kalau banyak yang keluar. Hayuu cabut!”
Ketiga temannya Rio mengejar Rio yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
“Kenapa gue harus di pertemukan sama dia lagi. Gue gak bisa kalau hanya berdiam diri aja, karena dia akan selalu mencari keberadaan gue. Bertahun lamanya gue menghindar kenapa harus di pertemukan lagi sama tuh cewek bar-bar. Bagaimanapun caranya gue harus nyingkirkan dia. Kalau nggak? Hidup gue nggak bakalan tenang dan semua rencana gue gagal,” batin Rio.
Seorang keamanan datang dengan tergesar-gesa.
“Dimana perkelahian itu?” tanya keamanan itu.
“Telat Pak, telat. Udah telat, noh orangnya udah pada keluar semua,” jawab Kenzo.
“Udah hayoo cari Edsel,” ajak Zelond.
“Nggak perlu, nanti juga dia balik lagi,” ucap Raegan.
“Tuh dengerin apa kata Abang Raegan,”
“Apasih Zo, gue khawatir sama Edsel,”
“Dia udah gede jadi nggak usah di khawatirin,” balas Kenzo.
“Lagian ini itu masalah percintaan mereka, jadi kita nggak usah ikut campur, kecuali dia sendiri yang minta solusi ke kita,” lanjut Kenzo.
Zelond kembali duduk di meja tersebut di samping Raegan berada.
“Gue penasaran sebenarnya ada hubungan apa Shaqilea dengan Rio. Dari ekspresi sorot matanya Rio menandakan ia ketakutan.”
“Lo pikir Shaqilea Monster atau Vampir apa? Yang biasa makan orang,” rutuk Zelond.
“Diakan emang Monster kalau udah berkelahi kaya gitu. Dia akan membabat semua habis lawannya. Kalaupun nanti lawannya mati kayanya dia nggak akan pernah peduli deh. Beruntung waktu itu Edsel nggak sampai hilang nyawa,” celoteh Kenzo panjang lebar.
“Setuju gue, ko bisa-bisanya ya Edsel suka sama tuh cewek. Pake pelet apaan dah?” celetuk Zelond.
“Gue tau, kayanya ada masalalu yang harus terbalaskan,” ujar Raegan.
“Maksud lo?” tanya Kenzo dan Zelond bersamaan.
“Cabut. Kita cari Edsel sekarang,” ajak Raegan.
“Tadi nyuruh, nggak usah nyari Edsel. Lah sekarang malah ngajak, emang sedikit gila temen lo nih Zo,”
“Berarti lo kan ya, yang gila?”
“Ko gue?” tanya Zelond.
“Lo temen gue bukan?”
“Iya.”
“Berarti lo gila,”
“Anjir lo, Zo”
Raegan meneguk minumnya tanpa menyisahkan sedikitpun, seusainya ia meninggalkan Kenzo dan Zelond yang masih adu mulut di tempatnya berada.
⛲⛲⛲⛲⛲
Shaqilea terus berlari tanpa arah dan tanpa memperdulikan panggilan dari Edsel yang semenjak lari selalu memanggilnya. Orang-orang yang di sekelilingnya ia tabrak dengan sengaja, ia tidak peduli jika harus mendapat makiam karena telah menabraknya.
Kekecewaan itu muncul pada diri Shaqilea untuk Edsel. Di saat ia mulai menerima sosok Edsel dalam kehidupannya disaat bersamaan pula ia harus mengetahui jika Edsel benar-benar ada sangat pautnya dengan masalalu yanng membawa bencana dalam kehidupannya.
Sosok gagah itu berlari dengan langkah yang sangat lebar hingga tak perlu waktu lama untuk ia mendapatkan Shaqilea. Edsel menarik tangan Shaqilea dan membalikan badannya.
“Sha, sumpah gue nggak ngerti maksud lo itu apaan?”
“Ternyata cara lo gini buat ngehancurin gue. Gak nyangka, ternyata lo sebrengsek ini!”
“Sumpah gue gak ngerti arah pembicara lo,”
“Peringatan terakhir buat lo, Jauhin gue! Kalau nggak...”
“Nggak! Nggak bakal gue jauhin lo, gue sayang sama lo, dan lo tau gue cinta sama lo. Apapun itu gue bakal ada di kehidupan lo,” jelas Edsel.
“Lo tuh ngeyel terus kalau di kasih tau! Gak guna banget gue ngomong sama lo, lepasin tangan gue!” Shaqilea menarik tangannya dengan paksa dari genggaman Edsel.
Shaqilea kembali berlari ke arah Gavin yang sudah berada di atas motornya.
“Cepat jalan,” Shaqilea mengintrupsi Gavin untuk segera meninggalkan area klub malam itu.
“Aishhhhh.......” Edsel menggeram frustrasi mengacak rambutnya dengan asal. Ia bingung harus berbuat apa? Ia tidak tau inti dari masalah yang di hadapinya itu.
Edsel melihat Rio keluar dari klub malam tersebut. Terlihat Rio sedang terburu-buru di ikutin teman-temannya di belakang. Edsel menghampiri Rio dan para temannya.
“Rio tunggu,” panggil Edsel.
Rio pun berbalik menatap Edsel. “Kenapa?”
“Ada hubungan apa lo sama dia?”
“Shaqilea cewek lo,” Rio tersenyum mengejek.
“Gue tanya, ada hubungan apa lo sama dia?”
“Gak semuanya lo harus tau tentang kehidupan gue!” tegas Rio.
“Jangan pernah lo coba celakain dia. Kalau sampai itu terjadi gue gak akan segan-segan untuk membuat hidup lo sengsara.”
“Udah ngomongnya?” tanya Rio dengan nada mengejek.
“Gue saranin sama lo, jauhin dia kalau mau hidup lo tenang,” setelah mengucapkan itu Rio pergi meninggalkan Edsel.
“Maksud lo apa ngomong kaya gitu?” teriak Edsel.
“Woyyyyy Rio........”
Raegan, Kenzo dan Zelond berlari menghampiri Edsel yang sedang dipenuhi banyak pertanyaan di pikirannya.
“Sel, lo nggak apa-apa? Lo baik-baik ajakan? Nggak ada yang lukakan?” tanya Zelond beruntun.
“Pulang!" ucap Edsel.
“Tapi kita baru datang loh Sel, belum juga joget-joget,” ucap Kenzo dengan menggerakkan tangan dan pinggangnya menandakan ia sedang berjoget.
"PULANG!" Edsel meninggalkan ketiga untuk mengambil sepeda motornya dan meninggalkan area klub malam itu.