Bab 1
Prolog
Shaqilea Alester biasa dipanggil Shaqil. Sosok gadis yang mempunyai fisik tubuh yang cukup proporsional, rambut panjang pirang sedikit bergelombang, tatapan tajam yang dapat menusuk retina. Hidung mancung dengan bibir yang sedikit terbuka serta warna alami tanpa lip blam yang membuat orang iri pada keelokannya.
Namun, sayang ia memiliki sikap cuek dan dingin. Hatinya beku dan tidak tahu bagaimana lagi caranya untuk tersenyum. Faeyza keyva sahabat satu-satunya yang ia miliki. Berteman sejak SMP hingga sekarang.
Dulu memang segala kebutuhannya selalu terpenuhi, apapun itu. Tapi sekarang ia hanya tinggal berdua dengan Kakaknya. Ibunya telah meninggal dan Ayahnya tidak tau saat ini keberadaannya ada dimana, dan sekarang Kakaknya mengalami gangguan mental yang disebabkan oleh trauma yang menimpanya di masa lalu.
Shaqilea saat ini sedang menempuh pendidikannya di SMA Cendrakiawan Kasih yang berada di pusat kota Jakarta. Setiap hari ia selalu pulang-pergi menaiki busway. Ia juga bekerja paruh waktu di minimarket milik Bibinya. Sungguh beruntung Shaqilea mempunyai sosok Bibi yang begitu peduli padanya dan kakaknya.
Semenjak kejadian yang menimpa keluarganya, Shaqilea sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Baginya cinta hanya kebohongan, kemunafikan yang hadir hanya untuk menimbulkan luka. Jika memang benar cinta itu dapat membuatnya bahagia, lalu kenapa ibunya harus meninggal? Kenapa kakaknya harus mengalami problem kejiwaan? Kenapa?
Semua kebahagiaan telah hancur karena cinta, kasih sayang yang ia dapatkan telah sirna yang di sebabkan oleh cinta. Apa itu yang dinamakan cinta? Menggoreskan luka hingga berbekas? Kepercayaan kepada sosok laki-laki pun kini sudah tidak ada.
“Waktu itu Ayah bilang bahwa Ayah sangat mencintai kami, lalu kenapa Ayah membunuh Ibu? Dan pergi meninggalkan kami? Demi memilih wanita sialan itu. Gara-gara Ayah juga, kakak jadi jarang pulang, sering mabok-mabokan hingga di jebak oleh setan biadap itu, setan itu yang mengaku sebagai pacarnya. Asal Ayah tau! kakak di perkosa yah, dan Aku? Aku datang terlambat untuk menolongnya. Aku tidak bisa memanfaatkan bela diri yang aku punya. Aku emang gak berguna untuk keluargaku sendiri. Seharusnya aku saja yang mati bukan Ibu,” parau Shaqilea. Shaqilea membanting semua benda yang ada di kamarnya hingga hancur berkeping.