p*********n
Derap langka itu kian lama kian melambat. Yang mulanya berlari kini hanya berjalan, tanpa memperdulikan tatap mata oleh orang sekitar. Beberapa puluh menit yang lalu upacara sudah selesai di bubarkan.
Edsel menghampiri kelas Shaqilea. Ia ingin bertemu walau hanya sekedar menyapa. Terlihat Shaqilea hendak memasuki kelasnya, dan langsung di cegah oleh Edsel Daylon.
“Hay, Sha,”
Shaqilea menaikkan sebelah alisnya. Ia sedikit lelah dan letih, ia ingin segera mengistirahatkan dirinya namun lagi-lagi kenapa cowok ini harus mengganggunya.
“Nih,” Edsel mengeluarkan sebotol air mineral dari dalam tasnya.
“Apa?”
“Ketoprak.” jawab Edsel asal.
“Ini air minum Sha, ya ampun mata lo kotok atau gimana?”
“Ya terus kenapa lo kasih ke gue?”
“Ini air mineral buat lo minum sayang.... Ya kali buat lo mandi, pasti kagak cukup lah,”
“Oh. Makasih,”
Suara langkah sepatu itu begitu nyaring di telinga. Dari arah belakang, Zelond, Kenzo dan Raegan sedang berlari ke arah Edsel dan Shaqilea berada.
Zelond menghentikan larinya secara tiba-tiba, membuat Kenzo dan Raegan yang berada di belakang menabrak punggungnya sendiri.
“Eh pea. Ngerem lo mendadak, Kepala gue ke bentur nih, di punggung lo!” tegur Kenzo.
“Ya gue langsung berhentilah, nih si kambing Edsel udah ketemu,”
“Sialan lo ngatain gue kambing,”
“Ya udah Sha lebih baik lo masuk, kayanya bentaran lagi gurunya bakalan datang,” ujar Edsel.
Shaqilea berjalan memasuki kelasnya tanpa membalas ucapan dari Edsel.
“Selamat belajar ya Sayang,” teriak Edsel saat Shaqilea sudah duduk di tempatnya.
“Cieeeee..............” ucap kompak semua siswa yang berada di dalam kelas.
“Semangat terus mas'e, pantang nyerah sebelum pulang.” goda Zelond.
“Eh bentar perumpamaan lo salah deh Ze. Seharusnya tuh..... Apa ya gue lupa?” Kenzo bingung sendiri.
“Udah biarin nggak usah di pikirin, suka-suka babang Zelond,” sahut Edsel.
“Kita nyariin lo dari tadi, ternyata lo nangkring disini?” tanya Raegan kepada Edsel.
Edsel tidak menjawab. Ia melanjutkan perjalannya menuju ke suatu tempat.
“Eh buset dah, di tanyain malah cabut. Lama-lama gue santet juga lo Sel,” ujar Kenzo.
Kenzo, Zelond dan Raegan kembali mengejar Edsel yang entah akan menuju kemana.
⛲⛲⛲⛲⛲
Edsel berhenti di depan sebuah pintu yang tertulis di atasnya ruang BK. Ia merapikan pakaiannya serta menata rambutnya.
Ketiga sahabatnya di buat bingung akan kelakuan Edsel. Apa yang akan di lakukan oleh Edsel di depan ruang BK itu.
“Sel, lo mau apa? Jangan bikin ulah yang aneh-aneh deh. Yang tadi aja kita kabur dari hukuman,”
“Sory, gue kagak sudi jika harus di hukum oleh Ketos sableng kaya dia itu. Ogah banget gue,”
“Ya terus lo mau ngapain di sini?” tanya Raegan.
“Minta hukuman dari ketua BK lah,”
“Astaga, lo ada-ada aja sih Sel. Kagak waras lo emang,” ujar Zelond.
“Gan, bukannya lo pernah bilang ke gue. Bahwa setiap kesalahan harus di pertanggung jawabkan. Lah ini gue mau tanggung jawab atas kesalahan gue, karena gue datangnya terlambat jadi gue harus menerima sanksi akibat keterlambatan gue,” jelas Edsel.
“Terserah lo deh Sel, TER SE RAH!” pasrah Kenzo.
Edsel mengetuk pintu yang ada di depannya dan dengan perlahan ia membuka knop pintunya. Edsel mengucapkan salam sebelum masuk lebih dalam lagi. Di sana ada seorang guru yang waktu kemarin menceramahinya.
“Edsel,” guru itu bingung.
“Tumben, pagi-pagi sekali kamu datang kemari. Ada apa Edsel?” tanya guru yang bernama Pak Rusdi
“Maaf Pak mengganggu waktunya, sebelumnya boleh saya duduk terlebih dahulu,”
“Oh iya silahkan,”
Ketukan untuk kedua kalinya terdengar kembali dari arah pintu ruangan tersebut. Ketukan itu berasal dari ketiga sahabatnya Edsel.
“Kalian juga kemari? Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan sehingga begitu kompak untuk datang kemari. Biasanya kalian tidak sudi dan berusaha untuk menghindari ruangan saya ini!” tegas Pak Rusdi.
Edsel tidak mau menunda waktunya lagi, ia menjelaskan maksud kedatangannya. Penjelasan itu diterima baik oleh Pak Rusdi.
Pak Rusdi tersenyum dan bangga. Ada perkembangan baik dari dalam diri Edsel, bahwa ia barusan telah mengakui kesalahannya yang telah datang terlambat dan tidak memakai atribut lengkapnya.
“Ya sudah untuk saat ini, kalian di beri keringanan karena sudah mengakui kesalahannya. Cukup peringatan ini terakhir buat kalian, jangan pernah terlambat untuk mengikuti upacara,”
“Oh begitu ya Pak. Berarti kalau telat hari biasa, nggak apa-apa ya kan Pak,” celetuk Kenzo dan langsung mendapat toyoran dari Zelond dan Edsel.
“Maksud Bapak bukan seperti itu, kalian harus tetap masuk pagi dan tidak boleh terlambat! Yang mengharuskan kalian, untuk melewati pagarnya dengan cara, melompati pagar belakang sekolah,” jelas Pak Rusdi.
“Dan kalian juga tidak boleh buat kegaduhan dan yang paling utama, kalian TIDAK BOLEH BOLOS LAGI!” lanjutnya.
“Baik Pak nanti kami usahakan,” ucap Edsel antusias.
“Ya sudah kalian boleh menuju kelas kalian masing-masing,”
“Kelas kita nggak beda ko Pak, kelas kita sama. Jadi nggak harus masing-masing,” sahut Kenzo.
“Iya Kenzo I....YA..” ujar Pak Rusdi.
“Kalau begitu kami izin pamit keluar Pak,” ujar Raegan dan di angguki oleh Pak Rusdi.
Merekapun keluar dan menuju kelasnya yang berada di lantai 3.
“Tau gini, setiap kali kita nglakuin kesalahan kenapa kita nggak langsung lapor aja, biar nggak dapat hukuman,” celetuk Zelond.
“Bodoh. Nggak semua kesempatan itu datang dua kali yaaa Bang Zelond.......” tegur Kenzo.
“Tapi sumpah, gue ngerasa aneh tau nggak sih! Sama diri lo Sel,” Kenzo menggantungkan ucapannya.
“Memangnya kenapa sama diri gue?”
“Lo kesambet jin iprit apaan sih? Sampai masuk ke ruang Bk dan minta hukuman langsung,”
“Kepo,” ucap Edsel.
“Tayi lo. Gue nanya serius nih,”
“Untungnya apa kalau gue nyeritain ke lo?”
“Ya untungnya gue bisa tau,”
“Untung di lo, tapi nggak untung di gue. Malas banget gue jelasinnya,”
“Ishh nyebelin lo,” Kenzo menoyor kepala Edsel.
“Terus aja ribut, biar kita nggak sampai-sampai di kelas!” ketus Raegan. Raegan mempercepat jalannya dan mendahului yang lain.
“Mampus lo berdua, Mas Raegan jadi marahkan tuh. Lo berdua sih ribut mulu,” sengak Zelond.
“Yeee, kenapa lo juga ikutan sensi sih? Lagi PMS lo yaaa,”
“Hahahahaaaa.....”
“Lah tadi marah sekarang ketawa, fix sekolah ini angker banyak setannya. Kadar keimanan kalian nggak ada yang kuat makanya gampang kesambet kaya gini,” celoteh Kenzo.
“Hahahaaa... Sumpah gue jadi inget Edsel di marahin nyokapnya, karena membelikan pembalut waktu itu.. Hahaaaaa....” ketawa Zelond menggelar membuat Kenzo ikut tertawa dan tawa Raegan yang di depan pun seketika pecah mengingat kejadian waktu lalu.
“Terus aja, puas-puasin kalian tertawa!”
Tawa itu pecah hingga mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Teguran demi teguran itu juga keluar dari mulut sang guru yang sedang mengajar. Edsel, Kenzo, Zelond serta Raegan pun segera berlari terbirit menuju kelasnya.
⛲⛲⛲⛲⛲
“Ciee Shaqilea udah jadian sama Edsel....”
“Cie Shaqilea cie.....”
Celotehan demi celotehan itu terus keluar dari mulut para siswa yang berada di kelas Shaqilea. Shaqilea mengabaikan ledekan-ledekan itu, ia sangat tidak peduli atas semuanya. Ia bahkan tidak menganggap sedikit pun ketika mereka bilang bahwa Shaqilea dan Edsel telah resmi berpacaran.
Faeyza baru masuk, ia bingung karena telah terjadi keributan di kelasnya.
“Eh ada apaan sih, ada apaan?” tanya Faeyza pada Siska teman sekelasnya.
“Lah, lo yang sahabatnya Shaqilea. Masa nggak tau?”
“Lah emangnya ada apa?” Faeyza kembali bertanya.
“Shaqilea jadian sama Edsel!” jelas Siska.
“Hah. . Apa? Shaqilea jadian sama Edsel? Edsel ketua Moriz itu, anak yang suka bikin onar dan bikin kegaduhan itu? Yang suka cari gara-gara sama Gavin?”
“Iya Faey, iyaa. Siapa lagi?”
“Nggak mungkinlah! Ya kali Shaqilea mau sama dia,”
“Kalau nggak percaya tanyain aja Shaqileanya, tadi juga si Edsel kesini buat ngasih minum dan nyemangatin sambil panggil sayang,”
“Serius lo? Terus respon Shaqilea?”
“Iya dia diam aja. Malu-malu gitu, wkwkk,”
Faeyza menautkan kedua alisnya ia tidak percaya dengan ucapan Siska. Secara garis besar Shaqilea itu orang cuek dan akan memilih diam ketika sesuatu yang di anggapnya tidak penting, jadi dia tidak akan merespon sama sekali. Tipikal orang yang lebih ke arah masa bodoh.
Faeyza berjalan ke arah bangkunya yang berada di samping Shaqilea. Shaqilea sedang membaca bukunya dengan handset terpasang di telinganya. Kalau sudah begitu Shaqilea tidak boleh di ganggu sama sekali oleh siapa pun.
Celotehan-celotehan itu sudah berhenti saat Bu Uli guru sejarah itu masuk, Faeyza menyenggol lengan Shaqilea untuk mengingatkan bahwa gurunya telah datang.
Shaqilea yang merasa terganggupun melihat ke depan. Disana sudah ada Bu Uli yang sudah duduk di meja guru. Shaqilea melepaskan headsetnya dan mendengerkan sang guru mengabsen para siswanya.
Setelah mengabsen para siswanya Bu Uli berjalan ke arah tangah depan kelas. Ia akan menjelaskan pelajarannya.
“Silahkan buka buku kalian dan cari halaman seratus tujuh belas pada buku paket kalian, saya akan menjelaskan Faktor penyebab memburuknya keadaan Ekonomi dan Keuangan di Indonesia pada Awal Kemerdekaan,”
Para siswa itu membuka buku paketnya masing-masing. Keheningan mulai tercipta, siswa itu siap untuk mendengarkan penjelasan dari sang guru.
Bu Uli menarik nafasnya ia siap menjelaskan.
“FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB MEMBURUKNYA KEADAAN EKONOMI DAN KEUANGAN DI INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN,” Bu Uli membaca judul dari materi yang akan ia bahas bersama siswanya.
“Pada akhir pendudukan Jepang dan pada awal berdirinya Republik Indonesia keadaan ekonomi Indonesia sangat kacau. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Yang pertama yaitu Inflasi yang sangat tinggi atau biasa di sebut dengan (Hiper-Inflasi).
Penyebab terjadinya inflasi ini adalah beredarnya mata uang pendudukan Jepang secara tak terkendali.
Pada saat itu diperkirakan mata uang Jepang yang beredar di masyarakat sebesar 4 milyar. Dari jumlah tersebut, yang beredar di Jawa, diperkirakan sebesar 1,6 milyar.
Jumlah itu kemudian bertambah ketika pasukan Sekutu berhasil menduduki beberapa kota besar di Indonesia dan meguasai bank-bank. Dari bank-bank itu Sekutu mengedarkan uang cadangan sebesar 2,3 milyar untuk keperluan operasi mereka.
Kelompok masyarakat yang paling menderita akibat inflasi ini adalah petani. Hal itu disebabkan pada zaman pendudukan Jepang petani adalah produsen yang paling banyak menyimpan mata-uang Jepang.
Pemerintah Republik Indonesia yang baru berdiri, tidak dapat menghentikan peredaran mata uang Jepang tersebut, sebab negara RI belum memiliki mata-uang baru sebagai penggantinya.
Maka dari itu, untuk sementara waktu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu :
a. mata-uang De Javasche Bank;
b. mata-uang pemerintah Hindia Belanda;
c. mata-uang pendudukan Jepang.
Pada saat kesulitan ekonomi menghimpit bangsa Indonesia, tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI yang baru, Letnan Jenderal Sir Montagu Stopford mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang diduduki Sekutu.
Uang NICA ini dimaksudkan sebagai pengganti uang Jepang yang nilainya sudah sangat turun. Pemerintah melalui Perdana Menteri Syahrir memproses tindakan tersebut.
Karena hal itu berarti pihak Sekutu telah melanggar persetujuan yang telah disepakati, yakni selama belum ada penyelesaian politik mengenai status Indonesia, tidak akan ada mata uang baru,” Bu Uli menghentikan sejenak penjelasannya. Ia berjalan pelan mengelilingi lorong baris meja itu. Dan kembali menjelaskan.
“Oleh karena itulah pada bulan Oktober 1946 Pemerintah RI, juga melakukan hal yang sama yaitu mengeluarkan uang kertas baru yaitu Oeang Republik Indonesia (ORI) sebagai pengganti uang Jepang.
Untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi dan keuangan, pemerintah membentuk Bank Negara Indonesia pada tanggal 1 November 1946.
Bank Negara ini semula adalah Yayasan Pusat Bank yang didirikan pada bulan Juli 1946 dan dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo. Bank negara ini bertugas mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing,” jelas Bu Uli lalu menarik kembali nafasnya.
“Yang kedua yaitu adanya blokade ekonomi, oleh Belanda (NICA). Blokade laut ini dimulai pada bulan November 1945 ini, menutup pintu keluar-masuk perdagangan RI.
Adapun alasan pemerintah Belanda melakukan blokade ini adalah :
1. Untuk mencegah dimasukkannya senjata dan peralatan militer ke Indonesia;
2. Mencegah dikeluarkannya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya;
3. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang bukan Indonesia.
Akibat dari blokade ini barang-barang dagangan milik pemerintah RI tidak dapat diekspor, sehingga banyak barang-barang ekspor yang di bumi hanguskan. Selain itu, Indonesia menjadi kekurangan barang-barang impor yang sangat dibutuhkan,”
“Dan yang ketiga yaitu Kas negara kosong, pajak dan biaya masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian. Karena dukungan petani inilah pemerintah RI masih bertahan, sekali pun keadaan ekonomi sangat buruk,”
Bu Uli menjelaskan dengan begitu tenang dan santai sehingga dapat di mengerti oleh semua siswa. Ada sebagian siswa juga, yang sangat malas mendengarkan. Karena terlalu membosankan dan memilih tidur. Dan itu langsung mendapat teguran dari Bu Uli.
Brak Prank Brakk Brakk Prankkkkk
Suara kegaduhan terdengar dari arah luar.
Prankkkkkk kaca di samping Siska itu pecah hingga mengenai kepala Siska, darah segar itu bercucuran dari kepalanya, Siska pun langsung pingsan di tempat. Semua orang yang berada di sana syok melihat kejadian itu. Siska pingsan dan langsung menjadi pusat perhatian sekitar.
“Astaaggaaa Siska... Kalian! Kenapa kalian diam saja cepat bawa Siska ke ruang UKS!”
“Baabaaaa baik Bu,” ucap salah satu siswa dengan gemetar.
“Apa-apan ini! Apa yang terjadi sebenarnya?”
Siska di gendong keluar di bawa ke ruang UKS agar segera di tangani oleh tim medis.
“Perhatian Semuanya JANGAN ADA YANG KELUAR DAN TETAP DIAM DI KELAS! Sebaiknya kalian menjauhi jendela kaca, agar jika sewaktu-waktu ada yang nglempar batu lagi tidak mengenai tubuh kalian. Dan tidak menimbulkan korban lagi,”
“Paham kalian! Ibu akan keluar sebentar untuk mengecek apa yang terjadi sebenarnya. Kalian tetap tenang dan waspada!”
Guru itu keluar dari kelasnya. Begitupun dengan semua siswa yang berada di sana menjauhkan diri dari jendela kaca. Selang beberapa menit setelah guru itu keluar, Shaqilea bergegas keluar dan mendapat teriakan dari para temannya agar tidak ikutan keluar juga.
Shaqilea bergegas berlari di lorong sekolah mencari siapa di balik kegaduhan yang telah di perbuatnya ini. Untuk pertama kalinya ia penasaran dengan suatu kejadian di sekitarnya.
Faeyza hendak mengejar Shaqilea namun di tahan oleh temannya. Faeyza takut jika terjadi apa-apa pada Shaqilea.
“Lepasin! Gue mau ngejar Shaqilea. Gue takut dia kenapa-napa!”
“Jangan Faey itu berbahaya. Lo harus lindungin diri lo sendiri. Percaya sama gue Shaqilea akan baik-baik aja,”
“Gue harus kejar Shaqilea. Gue harus bawa dia dari sana,”
“LO TUH SEKALI AJA DI BILANGIN JANGAN NGEYEL. BISA NGGAK SIH!!” sentak Tegar ketua kelas.
“Gue ini ketua kelas, gue yang bertanggung jawab atas semuanya. Lo tetap diam disini dan gue yang akan keluar untuk cari Shaqilea,” ujar Tegar.
“Dasar ngrepotin....” dengus Tegar.
Tegar keluar dari kelasnya dan mencari sosok Shaqilea.