Terluka
Semenjak keributan yang dilakukan oleh Edsel di kantin. Kini sampai jam pulang sekolahpun Edsel tak terlihat batang hidungnya.
Raegan, Kenzo, dan Zelond sudah memutari setiap sudut sekolah namun hasilnya tetap nihil, tidak di temukan sama sekali. Hanya rooftop, tempat yang belum mereka datangi.
Dengan tergesar-gesa mereka berlari menaiki rooftop itu, dan benar saja Edsel ada di sana. Semuanya cukup kaget dengan apa yang terjadi pada Edsel. Wajah yang sudah babak belur. Lebam di setiap sudut wajahnya serta darah yang sudah mengering pada bagian pelipis matanya.
Gavin tidak mungkin menang jika melawan Edsel sendirian. Secara Edsel adalah rajanya tawuran dan Gavin bukanlah tandingannya. Lalu siapa yang membuat Edsel hingga menjadi seperti itu. Begitulah sekiranya pemikiran mereka.
Ketiganya langsung berjalan mendekati Edsel yang sudah terkapar tak berdaya.
“Astaga Sel, ko lo bisa kaya gini?” teriak Kenzo.
“b**o, orang pingsan malah di tanyain,” balas Zelond.
“Sel jangan mati Sel,” cetus Kenzo.
PLAK Zelond memukul punggung Kenzo.
“Sembarangan kalau ngomong, gue lebih ridho kalau lo mati duluan dari pada Edsel,” balas Zelond.
“Wahhh lo doain gue mati Ze, parah lo Ze,” balas Kenzo tidak terima.
“Kalian bisa nggak sih, nggak usah berantem. Kalau mau berantem, ya lihat keadaannya. Kalian udah gede buka anak TK lagi!” ujar Raegan.
Raegan marah bukan main, dirinya sudah di buat kewalahan oleh kelakuan Edsel yang tidak pernah berubah. Bertingakah seenaknya tanpa pernah mau mengetahui risikonya.
“Woyy malah bengong lagi. Bantuin gue angkat Edsel!” perintah Raegan.
Kenzo dan Zelond pun langsung membantu Raegan mengangkat Edsel yang masih belum tersadarkan diri.
“Sel badan lo berat banget makan apaan dah,” celoteh Kenzo.
“Yang pasti dia bukan makan temen,” jawab Zelond.
“Yaelah takut banget gue tikung si Dinda,” sindir Kenzo.
Tidak ada sahutan lagi dari Zelond.
Mereka mengangkat tubuh Edsel, dengan menuruni tangga.
“Kita bawa Ke UKS apa langsung pulang ke rumah aja nih?” tanya Zelond.
“Ke UKS,” kata Kenzo.
“Pulang,” kata Raegan.
Jawab Kenzo dan Raegan bersamaan.
“Eitss yang kompak dong ke UKS apa pulang?” tanya ulang Zelond.
“Pulang!” tegas Raegan.
“Iya pulang, P U L A N G,” ucap Kenzo.
Mereka memutuskan untuk pulang dan berlalu menuju parkiran mengambil mobil Raegan yang ada disana.
“Motor Edsel lo yang bawa aja Ze,” ucap Raegan pada Zelond ketika Edsel sudah di masukan ke dalam mobil milik Raegan.
“Ambil kuncinya di saku celananya Zo!” perintah Raegan pada Kenzo.
Kenzo mengambil kunci motor Edsel lalu menyerahkan pada Zelond. Raegan menjalankan mobilnya diikuti oleh Zelond dari belakang yang mengendarai motor milik Edsel.
Perjalanan menuju rumah Edsel memakan waktu kurang lebih 25 menit tanpa kendala macet sama sekali.
Raegan keluar dan memutari mobilnya membantu Kenzo menguelurkan Edsel dari dalam mobilnya.
Zelond berjalan lebih dulu untuk mengetuk pintu rumah Edsel. Tanpa menunggu lama lagi sosok paruh baya itu keluar dan langsung terkejut melihat anaknya tak sadarkan diri.
“Astaga Edsel, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya wanita itu yang tak lain adalah Mamahnya Edsel.
“Tante yang tenang kita bisa jelasin tapi nanti. Sekarang kita masukin Edsel dulu,” jelas Kenzo menenangkan Mamah Edsel.
Mamah Edsel mempersilahkan untuk masuk dan menuntunnya menuju kamar Edsel yang berada di lantai 2.
Rumah Edsel cukup besar dengan 2 lantai, warna cream yang lebih mencolok dari pada yang lain serta design yang di buat seelegan mungkin.
Edsel tinggal berdua dengan Mamahnya, sedangkan Papahnya jarang untuk pulang ke rumah karena alesan bisnis yang mengharuskan dirinya keluar kota atau bahkan keluar negeri.
Edsel sudah di baringkan di atas kasur king size miliknya. Mamah Edsel sedang berada di dapur untuk mengambil sapu tangan serta mangkuk untuk mengompres anaknya.
“Ko Edsel belum bangun dari tadi sih?” gusar Zelond.
“Pokoknya kita harus cari tau siapa pelakunya, dan kita juga harus kasih tau anak-anak yang lain buat nyari tuh pelakunya,” ucap Kenzo.
“Gue setuju,” tambah Zelond.
UHUKKK UHUKKK UHUKKK
Suara batuk itu berasal dari orang yang sedang terbaring lemah di keranjangnya dengan mata yang masih terpejam.
Perlahan, mata itu terbuka dan berusaha untuk bersandar.
“Pelan-pelan,” tegur Raegan.
Masih terlihat remang-remang bagi Edsel untuk melihat. Begitu pusing itu yang dirasakan oleh Edsel. Ia berusaha untuk mengingat apa yang telah di alaminya.
Mamah Edsel berjalan mendekati Edsel dan langsung menangkup wajah Edsel. Edsel meringis ketika wajah lebamnya di pegang oleh sang Mamah.
“Bilang ke Mamah apa yang terjadi sebelumnya? Ceritain semuanya. Pokoknya Mamah nggak mau tau!” ujar sang Mamah begitu khawatir.
“Tan, jangan langsung di tanyain dulu, kasihan. Lebih baik di obatin dulu,” saran Raegan.
Wanita yang di panggil Tante pun mengerti apa yang di ucapkan oleh Raegan dengan telatenan ia mengompres lebam wajahnya sang anak dan mengobati lukanya.
“Jadi siapa yang akan jelaskan?” tanya Mamah Edsel ketika sudah selesai mengobati Edsel.
Tidak ada sahutan dari mereka yang ada hanya saling lirik satu sama lain.
Edsel yang semenjak tadi hanya diam pun kini bersuara.
“Ini bukan masalah besar ko Mah, jadi Mamah nggak usah khawatir berlebihan,” ucap Edsel.
“Nggak khawatir gimana? Kamu pulang dengan keadaan tak sadarkan diri dan lihat, wajah kamu lebam, baju kamu kotor. Mana ada orang tua yang akan biasa-biasa saja ketika melihat anaknya seperti ini!” celoteh Mamah Edsel.
“Mah nggak usah di besar-besarin, ini cuman luka kecil. Edsel juga gak kenapa-kenapa.”
“Kamu tuh selalu ngeyel kalau di bilangin sama orang tua.”
Edsel memegang tangan sang Mamah dan langsung menciumnya dengan lembut.
“Mamah nggak usah khawatir, Edsel nggak kenapa kenapa. Lihat Edsel baik-baik ajakan, luka sedikit nggak akan mengurangi wajah tampan Edsel, jadi Mamah tenang aja,” ucap Edsel dengan memainkan alisnya.
“Kamu ini yaa,” balas sang Mamah dengan menarik telinga Edsel.
“Ya ampun Mah ini anak lagi sakit loh. Ko malah di jewer sih!”
“Mamah tuh selalu ingatin kamu untuk tidak berantem, tapi ucapan Mamah selalu kamu anggap hanya angin lewat saja,” jelas Sang Mamah.
“Mamah harus gimana agar kamu tidak berantem lagi.” lanjut Mamah.
“Mah, udah ya marahinnya nanti aja. Malu dilihat sama temen.”
Kenzo, Zelond dan Raegan dari tadi hanya menahan tawanya melihat sahabatnya yaitu Edsel di marahin oleh Mamahnya.
“Yaudah Mamah ke dapur dulu, ambil minum buat kalian. Ini peringatan terakhir buat kamu Sel. Jangan pulang dengan keadaan babak belur!”
“Yaelah mah kalau babak belur juga kan ada Mamah yang ngobatin,” sanggah Edsel.
“Enak aja, nggak ada nggak ada,” balas Mamah.
Mamah Edsel keluar dari kamar Edsel untuk mengambil minuman serta beberapa snack untuk teman-temannya Edsel.
“Jadi?” tanya Kenzo.
Zelond, Raegan serta Edsel tidak mengerti arah pertanyaan yang di maksud oleh Kenzo. Semuanya di buat bingung oleh satu kata itu.
“Aishhh, kenapa pada bengong sih! Jadi masalahnya apa? sampai lo babak belur kaya gini sih Sel,”
“Ohhh....” ucap Zelond dan Raegan kompak.
“Ya nggak gimana-gimana sih,” balas Edsel asal.
“Astaga masih aja lo sembunyiin, gunanya kita itu apa buat lo?” geram Zelond.
“Mending lo cerita ke yang lain juga Sel. Biar mereka bisa bantu lo juga,” pasrah Raegan.
Edsel menghela nafasnya. Ia tidak tau mulai darimana ia akan bercerita.
“Mungkin lo nggak akan percaya, gue kaya gini di pukulin oleh cewek, Shaqilea namanya,” cetus Edsel.
“Udah gue tebak. Tuh cewek emang bar-bar. Dia beda dari yang lain,” balas Kenzo.
“Gue juga mikir gitu. Kalian ingat waktu minggu kemarin pas kita di hukum lari sampai istirahat sama Pak Hari?. Tuh cewe udah keliatan banget nggak benernya, masa iya dia cewek sendirian di hukum sedangkan yang lainnya cowok semua. Iya kan?” jelas Kenzo panjang lebar.
Edsel menahan emosinya ketika Kenzo bilang bahwa Shaqilea itu nggak bener. Mata hazel itu menatap Kenzo dengan begitu tajam. Hingga membuat Kenzo itu begitu bergidik ngeri.
“Gue salah ucap ya Lon?” tanya Kenzo pada Zelond.
“Mampus lo Zo, perang dunia kedua bakal terjadi inimah,” ledek Zelond.
“Ko lo gitu sih Ze. Bantuin gue dong, ini gimana? Edsel marah nih sama gue, Gan lo juga kenapa diam aja,”
“Ya terus gue harus gimana coba?” tanya balik Raegan.
Edsel bangun dari keranjang sizenya, ia mulai mendekati Kenzo. Memcekeram kedua pundak Kenzo dengan begitu kuat hingga membuat empunya meringis menahan cengkeraman itu.
“Kenapa? kayanya takut banget lo sama gue, hahaaaaa,”
Edsel begitu tertawa puas melihat Kenzo yang begitu takut setengah mati padanya.
“Hahaaa muka lo astaga, Hahaaa kaya muka-muka culun gitu ckckckkk,” ucap Edsel di sela-sela tawanya.
“Bukannya dia emang udah culun ya Sel wkwkkkk,” tampal Zelond.
“Hahaaaaa lo kalau ngomong suka benar Ze,” kata Edsel.
“Tayi lo Sel ahh, bikin gue tegang aja,” celoteh Kenzo.
“Hahaaa tapi burung lo nggak tegangkan? Ckckkk” tanya Zelond.
“Ya nggaklah! Lo pikir gue bengkok apa?” balas Kenzo.
“Yakin lo nggak bengkok, coba dong lihat?” tanya Edsel.
“Tayi lo pada ahh,” jawab Kenzo.
“Hahaaaaa, kayanya punya lo beneran bengkok deh. Buktinya lo nggak mau ngelihatin ke kita,” cetus Zelond.
“Hahahahaaaa,” tawa Zelond dan Edsel bersamaan di ikuti Raegan yang hanya tersenyum geli melihat tingkah ketiga sahabatnya.
Raegan tidak habis fikir, kenapa ia bisa terlibat dalam persahabatan yang begitu aneh sedetik mencengkeram, terus heboh lalu kemudian terbahak seperti orang gila.
Di sela-sela tertawa keduanya yang memojokan Kenzo. Terdengar suara melengking khas milik Mamahnya Edsel.
“Edsellllllllllllll,” teriak Mamah Edsel.
“Sel, nyokap lo manggil tuh,” tegur Raegan.
“Masa sih gue nggak denger, ckckk,”
“Astaga telinga lo dimana sih Sel. Apa jangan-jangan telinga lo di p****t,” ucap Kenzo.
“Emang nyokap gue manggil gitu?”
“Gue nggak tau nggak denger soalnya wkwkkkk,” jawab Zelond.
“EDSEEEELLLLLLLLLLLLL.....” teriak Mamah Edsel lagi.
“EDSEL CEPAT TURUN SEKARANG!!”
“Yaelah tuh kan bener. Lo di panggil b**o,” cetus Kenzo.
“Di panggil?” tanya Edsel dengan polosnya.
“Iya lo di panggil, di panggil sama malaikat!” jawab Kenzo dengan begitu kesalnya.
“EDSELLLLLLLLLLLLLL..... TURUN!!” suara itu mendengking dengan begitu nyaring.
“Sel kenapa lo masih disini, Astaga gue gemes sama lo,” ucap Kenzo.
“Wajar sih kalau lo gemes guekan lucu.”
“Iya lucu kaya babi bandot,” sahut Kenzo.
“Bukannya kalau bandot itu kambing ya?” celetuk Zelond.
“Eh gue jungkir balikin lo ya Ze!” tegas Kenzo.
“EDSEEEELLLLL........ CEPAT TURUN!!” teriakan dari lantai bawah sana.
“Iya Mahhhh,” jawab Edsel.
Edsel dan ketiga sahabatnya segera keluar dari kamar, menuju tempat keberadaan sang Mamah. Terlihat sosok paruh bayah itu sedang menahan emosinya.
“Hai Mah,” sapa Edsel dengan senyuman mautnya.
Suasana itu tidak begitu mengenakan.
“Kamu ini budeg atau gimana?” tanya sang Mamah.
“Maaf Mah tadi Edsel ketiduran gara-gara badan sakit semua.”
“Bohong tuh Tan, alasan,” timpal Kenzo dan langsung di beri tatapan oleh Edsel.
“Mamah nggak mau denger alasan kamu! Kamu babak belur kaya gitu akibat ulah kamu sendiri,” ujar sang Mamah.
“Ini apa Edsel?” tanya sang Mamah dengan mengangkat bungkusan plastik yang berisi pembalut RelaxNight.
“Mamah nggak habis fikir sama kamu, sebenarnya kamu ini laki-laki normal atau nggak? Bisa-bisa membeli pembalut keperluan wanita,” ucap sang Mamah.
“Huahhhaaaaahaaa,” tawa itu pecah oleh Kenzo, Zelond dan Raegan.
“Diam kenapa kalian ketawa, jangan-jangan kalian juga sama?” curiga sang Mamah.
“Eh nggak Tante nggak,” cegah ketiganya.
“Sel, ko lo bisa beli gituan?” tanya Raegan.
“Edsel coba kamu jelaskan ke Mamah, apa yang terjadi sebenarnya.”
Edsel bingung harus menjelaskan mulai darimana.
“Aku nggak tau mah kalau itu pembalut wanita, Edsel kira itu snack, aku niatnya beliin itu buat Mamah karena Mamahkan suka ngemil,”
“Astaga Edsel, seharusnya kamu itu nanya sama petugas minimarket, bukan asal beli aja,” ucap sang mamah.
“Petugas minimarketnya itu teman Edsel Mah, namanya Shaqilea,”
“Hah? cewek itu lagi,” kata Zelond.
“Kayanya lo di kerjain deh sama tuh cewek,” ucap Raegan.
“Lo ada dendam kesumat apa sih sama tuh cewek. Kayanya tuh cewek musuh banget sama lo,” cerocos Kenzo.
Mulailah Edsel bercerita dari awal suka dengan Shaqilea dan sampai rela mengikuti Shaqilea bertarung melawan cowok b******n itu serta membantu Shaqilea menjaga minimarketnya dan berakhir ia membeli pembalut itu.