When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Aku berteriak marah padanya. Rasanya aku ingin mencakar-cakar wajah Tampan ya dan menginjak-injak tubuhnya, lalu aku dorong dari lantai apartemen itu sampai tubuh itu hancur dan mati bahkan sampai tidak bisa di kenali. "Baiklah, baiiik …! aku salah, karena aku tidak memakai pengaman malam itu, tetapi aku tidak ingin kamu membunuhnya, aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu.” “KENAPA …? apa aku istrimu? Kekasihmu? Tidak, kan? Ini tubuhku, ini hidupku …. Kamu tidak berhak melarang ku! Memang kamu pikir kamu siapa?” Aku berteriak marah padanya, aku tidak tahu aku dapat kekuatan dari mana, mungkin dari setan penghuni apartemen itu yang memberiku kekuatan seperti itu. Hingga mulut ini berani meneriaki Farel dengan lantang. Wajah Farel ikut menegang dengan pundak naik turun, aku bisa me