Tidak Mau Digugurkan

1045 Words
Farel masih berusah memeriksaku. “Biar aku periksa,”wajah Farel melembut dan sedikit melunak, saat ia melihatku memegang perut yang sakit. Sakit perutku tidak seberapa, tetapi yang terasa paling sakit adalah jantung dan ulu hati, seolah ada tangan yang meremas-remas jantung ini, aku sampai berkeringat dingin menahan rasa sakit. “Biar aku periksa …,” tangannya memegang tanganku dengan erat. “Tidak perlu!” Tetapi aku menyingkirkan tangannya dengan kasar, aku marah, aku benci pada iblis berwajah tampan itu, bagaimana mungkin ia mengingkari janji yang diucapkannya? ia yang bilang akan membantuku untuk lepas dari Virto. Tetapi tiba-tiba ia bilang, ingin menjadikanku peliharaan, betapa hina nya diriku di matanya, aku manusia bukan binatang yang bisa dipelihara. Aku sangat membenci perkataan itu. “Kamu b******n yang hanya ingin memanfaatkanku. Menjauh lah! AAA …Sakit!” semakin aku bergerak dan berteriak, ulu hati, rasanya seperti dipelintir. “AKU SANGAT MEMBENCIMU!” Teriakku dengan gigi menggertak, meluapkan kemarahan dan tubuhku meringkuk dan kedua tangan memeluk perut, dan bagian d**a yang terasa amat sakit. “OH, Ibuuu perutku sakiiit sekali .... AAA!” Aku terus berteriak kesakitan. “Tolong berhenti menangis aku akan memeriksa,” bujuk Farel, wajahnya benar-benar panik. “Untuk apa ....? Apa kamu ingin menyuntikku sampai mati? karena kamu tahu aku hamil? Aku sudah bilang! Aku tidak akan memintamu bertanggung jawab, aku tidak akan mengganggu hidupmu dan hidup kakakmu lagi. Tolong lepaskan akuuu! Aku kesakitan. Tubuhku masih meringkuk di atas ranjang, menolak untuk diperiksa Farel. “Aku tidak akan melakukan itu, percayalah, katakan padaku … apa kamu memakan sesuatu? Katakan mana yang sakit, biarkan aku memeriksa mu, kenapa kamu keras kepala seperti.” “Kamu suruh aku percaya padamu …!? Kamu tadi bilang ingin mengurungku di sini. Kenapa Bapak menghukum seperti ini? aku tahu aku salah. Aku meminta maaf, semua orang punya kesalahan, tolong maafkan aku, saat itu, aku tidak tahu kalau Mas Virto sudah punya istri …. Aku janji tidak tidak akan pernah muncul di hadapan bapak selamanya. Tolong lepaskan aku, jangan bunuh aku. Aku punya dua orang anak Pak … Mereka butuh aku, mereka masih kecil.” Kedua telapak tangan ini menyatu dan memohon padanya dengan nafas tersengal-sengal. “Aku sudah bilang, aku tidak akan melakukannya. Sekarang katakan, apa yang sakit, kamu bisa mati nanti kalau kamu seperti ini terus,” bujuk Farel. “Jantung dan ulu hatiku sakit, a-a-aku makan. AAA sakit …! aku minum obat yang aku racik tadi.” “OBAT APA …?” “OBAT APA!?” tanya Farel. “Berhenti berteriak padaku! Aku bukan istrimu, bukan saudaramu, buk-” Buuuk …! Tubuh ini ambruk di tempat tidur, aku merasakan sakit yang luar biasa di bagian d**a, membuatku merasa susah untuk bernapas. ‘Apa yang terjadi? apa aku salah meracik obat yang aku beli? Harusnya janin dalam rahim ini sudah keluar, kenapa malah aku yang terkena serangan jantung?' Apa apa aku meminumnya terlalu banyak tadi?’ aku terus bertanya dalam hati, hingga akhirnya mata ini Terpejam. Aku meracik resep obat yang biasa di lakukan mami untuk anak buahnya. Wanita gemuk yang kami panggil sebutan Mami, yang berprofesi sebagai g***o di salah satu cafe di dekat rumah kontrakan ku dulu. Wanita itu jugalah yang ikut menjebak ku bersama Iren hingga berakhir di tangan Farel. Dulu saat aku masih bekerja di cafe miliknya, ia akan memberikan obat yang ia racik untuk wanita-wanita cantik yang bekerja untuknya, salah satunya diriku, wanita yang dipanggil ‘kupu-kupu malam’ Mami selalu memberikan itu pada anak buahnya yang kebobolan atau hamil. Karena sering sekali tamu yang datang tidak mau memakai pengaman dengan alasan tidak merasa puas. Apa lagi, kalau yang booking seorang preman, ia tidak akan mau memakai pengaman. Maka itu, Mami selalu meracik obat penggugur janin sendiri untuk semua anak buahnya.Tetapi kenapa kali ini saat aku yang meraciknya tidak berhasil, aku sudah meminum sampai tiga kali, tidak mau keluar, karena merasa jengkel malam itu, aku meminum dengan dosis yang lebih banyak. Tetapi yang terjadi bukan janinnya yang keluar, malah aku yang hampir mati karena terkena serangan jantung, saat aku terkulai lemas, tidak berdaya. Samar-samar aku merasakan Farel menyuntik sesuatu ke lenganku dan semuanya menjadi tenang, jiwaku seolah berkelana masuk ke alam mimpi, bermain riang di tengah hamparan rumput yang hijau yang luas. ‘Oh, apakah ini surga? apakah aku sudah mati? oh semuanya terlihat indah ….’ Aku bertanya dalam hati dan mataku menutup sempurna * Beberapa saat kemudian, aku membuka mata, merasa ada yang menyentuh pipi ini. Farel duduk di samping ranjang menatapku dengan tatapan yang sanga dalam, Ia menghela napas panjang. ‘Apa ini … kenapa mahluk kejam ini ada di sini? Aku kan, sudah mati? Apa aku masuk surga apa neraka? OH … aku mati saat banyak dosa, aku pasti ke neraka, makanya bertemu dengan saudaranya si lucifer ini’ Mataku mengerjap-erjap, mencoba memulihkan kesadaran, saat mataku melirik seisi kamar, ternyata diri ini masih di kamar apartemen Farel, aku sadar, ternyata aku masih hidup. Aku mencoba ingin bangun, Namun Farel menahan tubuhku. "Istirahatlah sebentar lagi," lalu ia membawa semangkok bubur. 'Apa dia sudah tahu kalau janin di rahim ini masih ada? kenapa juga mahluk kecil ini tidak mau keluar dari rahimku? aku tidak menginginkannya! dia sama keras kepalanya sama Farel, ah … bagaimana ini?’ Saat aku terus bermonolog dalam hati, tiba-tiba Farel …. "Kenapa kamu berbohong?" “Aku, sudah mencoba tetapi dia tidak mau keluar.” “Jangan lakukan itu,” ujar Farel dengan tatapan mata yang mendominasi, aku tidak tahu menggambarkan makna dari tatapan mata itu. "Aku tidak menginginkannya, aku membencinya, sama seperti membencimu, aku tidak akan membiarkan bagian dari dirimu ada dalam tubuhku. Kamu dan Virto, lelaki yang jahat,” ucapku kemudian. " Dia tidak bersalah, dia manusia berhak untuk hidup. Dia anakku, aku akan bertanggung jawab,” ucap Farel. "Aku tidak mau …! Aku tidak ingin kamu bertanggung jawab, untuk hal yang bukan urusanmu, aku menganggapnya sebagai kecelakaan kerja, dan kamu juga harus menganggapnya seperti itu. Anggap saja dirimu tidur dengan seorang wanita malam.” “Kamu tidak bisa menyingkirkannya begitu saja, dia mahluk hidup, aku tidak pernah ingin melakukan hal itu!” “Harusnya kamu memikirkan itu … sebelum menjebakku dan meniduri malam itu …!” Aku berteriak marah padanya. "Baiklah, baik …! aku salah karena tidak memakai pengaman malam itu, tetapi aku tidak ingin kamu membunuhnya, aku mohon,” ucap Farel. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD