4.Isshy

1705 Words
Gadis kecil dengan rambut kepang dua itu tengah bermain ayunan disebuah taman kanak kanak. Ia menatap seluruh temannya yang terlihat menanti jemputan sang ibu. Isshy menatap sedih kearah gerbang sekolahnya. Semua anak kecil telah di jemput ibunya, sementara Isshy sudah tahu siapa yang akan menjemputnya. Sudah jelas baby sitternya yang selama ini sudah seperti ibu baginya. Wanita yang semangkin mendekati usia tua itu dengan penuh kasih sayang selalu menjaga dan merawat Isshy. Sedangkan Daddy nya selalu sibuk dengan pekerjaannya di kantor, Isshy menghela nafasnya memandang wanita yang sering Isshy panggil Bisur, karena pengasuhnya bernama Surti. Wanita itu mendekati Isshy yang sudah menunggunya lama di taman kanak kanak itu. "Maaf Non, tadi Bibi mampir beli ini dulu, pesenan Daddy, jadi lama deh!" Surti menunjukkan raut sedihnya agar Isshy tidak marah. Gadis kecil itu melewati Surti, berjalan meninggalkan Surti yang menatapnya terperangah. "Loh, Non, mau kemana?" teriak Surti mengikuti Isshy yang berjalan mendekati mobil mewah yang setia menunggu mereka di luar gerbang sekolah. "Non Isshy mau mampir makan es cream dulu?" tawar Surti mencoba menghibur Isshy yang terlihat murung. Surti yang sudah merawat Isshy dari bayi mungil menjadi tahu apa yang Isshy rasakan meski hanya melihat dari raht wajahnya saja. Isshy mendongakkan kepalanya menatap Surti yang tersenyum manis di hadapannya. "Bagaimana? Mau kan?" tawar Surti lagi mencoba menghibur wajah murung itu. Isshy menggelengkan kepalanya membuat Surti berjongkok di hadapannya. "Kenapa Non, Non Isshy mau apa?" Surti mengusap kepala Isshy yang menatapnya dengan wajah sendu. "Bibi, apa Isshy tidak punya Mommy?" tanya gadis kecil itu dengan wajah polosnya. Surti merasakan sesak di daadanya mendengar pertanyaan gadis mungil di hadapannya. Ia tersenyum kearah gadis kecil itu lalu mengusap kepala Isshy dengan sayang. "Isshy punya Mommy kok, Mommy Isshy masih pergi untuk menyembuhkan sakitnya, Isshy gak mau kan kalau Mommynya di ambil Tuhan?" gadis mungil itu menggeleng lemah. "Makannya Isshy berdoa saja, semoga Mommy cepat pulang, dan bertemu Isshy disini!" jawab Surti asal mencoba menenangkan Isshy yang selalu bertanya dimana keberadaan ibunya. Ia benar benar kasihan dengan putri semata wayang keluarga Rajasa ini. Tidak pernah mendapatkan kasih sayang penuh dari orang orang terdekatnya. Bahkan kakek dan neneknya tidak pernah berbicara dengannya meskipun Isshy berada di hadapan mereka. Surti bahkan tidak mengetahui siapa ibu Isshy karena Tomi memperkerjakan nya saat Isshy masih bayi merah. "Tapi Isshy mau bertemu Mommy sekarang!" lirihnya membuat hati Surti teriris sedih, ia mengerjabkan matanya yang ingin menangis lalu tersenyum pada Isshy. "Bagaimana kalau kita main di taman bermain?" gadis itu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau," jawab Isshy dengan nada keras, menolak. Surti menghela nafasnya melihat kearah supir yang menunggu keduanya, mencoba bertanya dengan tatapannya, karena ia bingung harus mengajak Isshy dengan cara apa lagi. Supir itu mengangkat kedua pundaknya tidak tahu harus mengatakan apa membuat Surti menghela nafasnya lalu menunduk hendak membujuk Isshy lagi. Tapi Surti tidak menemukan Isshy didekatnya membuat Surti melotot terkejut. "Mang, Isshy gak ada!" teriak Surti membuat mang Diman, supir pribadi Isshy turun mendekati Surti. "Lah, tadi dimana Sur, kamu ini kok gak di liat betul betul sih!" gerutu mang Diman hang turut mondar mandir di dekat Surti. "Aduh ini gimana Mang, mana Pak Tomi minta Isshy di bawa ke kantornya!" desah Surti menunjukkan raut takut di hadapan Diman. "Ya udah gak usah nangis, ayo kita cari dulu Non Isshynya!" Diman hendak berjalan mencari tapi Surti menarik bajunya membuatnya berhenti. "Mang, itu." tunjuk Surti pada anak kecil yang masih lengkap dengan seragam sekolahnya berjalan menyebrang jalan meninggalkan Surti dan Diman yang menatap Isshy takut, karena gadis itu sedang menyebrang jalan. Diman langsung berlari mengejar sementara Surti mengelus dadaanya lemas melihat Isshy yang berlari di jalan raya. "Non, jangan lari Non, banyak mobil!" teriak Surti tidak menyurutkan Isshy yang pergi meninggalkan dua orang tua yang selalu berada dekat dengannya. *** Gwen berada di sebuah cafe yang tidak jauh dari kampusnya ia sedang menunggu satu sahabatnya yang berjanji akan bertemu dengannya. Karena hampir setiap semester ia harus pindah kampus menyebabkan ia harus beradaptasi dengan teman baru dan orang baru. Gwen yang sedang menikmati jusnya terkejut dengan tepukan di pundaknya. "Lama ya, sorry gue tadi gak nemu tukang Ojol?" Gwen mengerutkan dahinya menatap sahabatnya dari kecil uang ikut duduk di hadapannya. "Nyari tukang Ojol, nyari itu yang pengusaha sukses!" jawab Gwen asal membuat sahabatnya Naila terkekeh mendengar ucapan Gwen. "Ya kali pengusaha sukses gue repotin buat nganterin gue kemari!" gerutu Naila. Gwen hanya mengangkat kedua pundaknya acuh lalu melihat kearah luar, seorang gadis kecil berusaha menyebrang jalan. Gwen menatapnya dengan dadaa berdebar melihat mobil berlalu lalang hendak menabrak gadis kecil itu. Gwen memandang kearah sekitarnya, tidak menemukan siapapun berada bersama anak kecil itu. "Gila tuh, dimana sih emaknya, anak keliaran di biarin gitu!" gerutu Gwen sambil bangkit meninggalkan Naila yang menatapnya heran. "Gwen, loe mau kemana? Ya elah Gwen, gue baru sampek udah main ditinggalin aja!" Naila ikut keluar mengejar Gwen yang terlihat menyebrang jalan. "Hey, manis, mau menyebrang?" Isshy menatap gadis itu dengan dahi berkerut dalam lalu hendak berjalan menjauhi Gwen. Gwen yang di acuhkan langsung melotot menatap Isshy tak percaya. Ia berniat meninggalkan Isshy yang mengacuhkannya tapi rasa kemanusiaannya menjerit ingin menolong. "Hey, kamu mau kemana?" Isshy menghentikan langkahnya lalu melirik Gwen yang terus mengikutinya. "Tante mau gak jadi Mommynya aku?" tanya Isshy membuat Gwen melotot menatap gadis mungil di hadapannya ini. Naila datang mendekati Gwen yang masih terdiam menatap anak kecil di hadapannya. "Maukan Mommy?" Naila mengerjabkan matanya menatap Gwen dan Isshy bergantian, membuat Gwen menoyor kepala Naila dengan cepat. "Ini gak seperti yang ada didalam pikiran loe ya?" Naila mengusap kepalanya yang Gwen toyor. "Ini anak loe Gwen?" Naila mengutarakan isi kepalanya membuat Gwen kembali menoyornya. "Gue tahu apa yang ada dipikiran loe, yang cetek itu, ya bukan lah!" jawab Gwen ketus lalu melirik Isshy yang masih menatap kedua gadis di hadapannya. "Hai manis, maaf ya Tante gak bisa jadi Mommynya kamu? Sekarang Mommynya kamu dimana? Ayo Tante anterin!" Isshy menggelengkan kepalanya kuat lalu menatap Gwen dengan mata bulatnya yang lucu. "Kalau Tante gak bisa jadi Mommy aku, ya udah, gak usah ikutin aku!" jawab Isshy membuat Gwen melotot sementara Naila terkekeh mendengarnya. "Hilih sok sokan loe ngebantu anak orang, Sekolah aja setiap semester pindah mulu. Mau banting setir jadi mahmud? Atau jiwa keibuan loe lagi berontak ini?" tanya Naila dengan wajah songong membuat Gwen menatapnya tajam. "Loe bisa diem gak sih, anak orang nih. Entar gue nyesel kalau dia kenapa kenapa! Mana emaknya gak keliatan lagi!" gerutu Gwen, tidak tahu jika Isshy sudah berjalan meninggalkan kedua gadis itu. "Lah, anak itu pergi gara gara loe!" "Kok gue sih Gwen," Naila mencebikkan bibirnya tidak terima. "Loe ngomong aja sih, pergi deh jadinya tuh anak, kemana lagi dia?" Gwen melengok kekanan dan kiri mencari kemana larinya Isshy. "Ya udahlah, ayo kita kembali ke Cafe!" Gwen menghela nafasnya lalu menatap kepergian Isshy yang tidak tahu kearah mana. Mereka berdua berjalan kembali ke cafe, Surti dan Diman bertanya pada Gwen dan Naila yang hendak masuk kedalam cafe kembali. "Maaf Mbak, nampak anak kecil lewat sini gak?" Gwen mengerutkan dahinya menatap dua orang yang terlihat lebih tua darinya. "Anak kecil, kepang dua maksud Mbak?" tanya Gwen membuat Surti mengangguk antusias. "Iya Mbak, dimana ya anaknya?" jawab Surti menatap Gwen dan Naila dengan raut penuh harap. "Oh, jadi Mbak ini emaknya anak kecil itu? Gimana sih Mbak, jagain anak, anak kecil di biarin nyebrang jalan sendirian!" Gwen malah marah marah membuat Surti dan Diman saling bertukar pandang satu sama lain. "Iya maaf Mbak, Non Isshy sedang marah jadi kabur!" jawab Surti sambil menunduk. "Tapi dia ngilang gitu aja, sekarang gue gak tahu dimana anak itu." jawab Gwen membuat Surti terkejut mendengarnya. "Jadi, Mbaknya gak tahu dimana Non Isshy?" Surti menatap gadis di hadapannya dengan raut memohon. "Enggak, tapi menurut aku mungkin dia jalan kearah sana!" tunjuk Gwen kearah jalan yang masih terbilang aman dari lalu lalang kendaraan. "Ya udah, makasih Mbak," ucap Surti yang berjalan menjauhi Gwen dan Naila. "Eh, Mbak, tunggu. Aku ikut, Nai, loe balik ke Cafe ambilin barang barang kita terus nyusul ya!" Naila mengangguk lalu berlari masuk ke cafe itu. Sedangkan Gwen berjalan bersama Surti dan Diman mencari Isshy. Kalila keluar dari toko perhiasan bersama Ardan saat sudah selesai mengambil pesanan cincin pertunangan mereka berdua. Kalila tersenyum kearah Ardan ketika pria itu membukakan pintu mobil untuknya. Ardan memutari mobil itu lalu menjalankannya mobilnya menjauhi toko perhiasan itu. Ardan menatap Kalila yang juga tersenyum kearahnya. Pria itu tidak memperhatikan jalan ketika Isshy berjalan ke arahnya membuat Surti, Diman serta Gwen yang juga sudah tiba disana berlari mengejar Isshy. "Non Isshyyy," teriak Surti dan Diman bersamaan. "Berhentiiii... !!" Gwen berlari sekuat tenaganya menjerit kuat kearah mobil Kalila dan Ardan yang tentu saja tidak mendengar teriakan orang orang itu. Ardan terkejut saat menoleh kedepan dan langsung menginjak remnya membuat Kalila tersentak kaget. "Astagfirullah Mas, ada apa?" tanya Kalila terkejut melihat kedepan tidak melihat apapun. Ardan menatap Kalila dengan raut panik. "Tadi Mas lihat ada anak kecil di depan sayang!" Kalila menutup mulutnya lalu bergerak cepat keluar begitu juga Ardan. Gwen dan Surti berlari mendekati Isshy yang berjongkok takut didepan mobil Ardan. Gwen meraih anak kecil itu lalu memeluknya begitu juga Surti, ia memeluk Isshy dengan wajah pucat karena melihat Isshy hampir tertabrak mobil. "Gimana sih Mbak naik mobilnya, gak liat apa, ada anak kecil jalan di depan!" Gwen menatap Kalila tajam, sedangkan Kalila masih terdiam melihat kearah gadis kecil dihadapannya, tengah berada di pelukan wanita yang Kalila lihat mungkin adalah pengasuhnya. "Maaf Mbak, kami tidak sengaja. Ayo kita kerumah sakit dulu, siapa tahu ada yang terluka." tawar Ardan melihat kearah anak kecil yang tampak takut menatapnya. "Tidak perlu Tuan, Isshy tidak kenapa kenapa kok. Kami permisi!" Surti membawa Isshy pergi setelah melirik Diman di sampingnya. Mereka berjalan menjauhi orang orang itu setelah berterimakasih pada Gwen. Kalila masih terdiam melamun membuat Ardan menatapnya dengan dahi berkerut lalu menggenggam tangan Kalila membuat wanita itu terkejut menatap Ardan. "Kamu baik baik saja!" Kalila tersenyum lalu mengangguk. Ia berjalan meninggalkan Ardan, lalu masuk kedalam mobil. Ardan mengikuti Kalila lalu menjalankan kembali mobilnya. Kalila mengusap dadaanya yang berdenyut nyeri. "Isshy...!!" ucapnya lirih, mengapa ia jadi teringat dengan seseorang yang pernah menyebutkan nama itu padanya. Nama yang lucu menurut pria yang pernah menorehkan warna dalam hidupnya. _________________________________ Cerita ini banyak mengandung bawang, mau pilih bawang merah atau bawang putih ? Komennn
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD