5.Isshy

1053 Words
"Eniii body hoomee!!" teriak Gwen masuk kedalam rumahnya saat kembali dari kampus. "Helloo, ada orang dirumah?" teriak Gwen lagi. "Sandra Dewi pulang!" teriak gadis periang itu, masih tidak ada yang keluar. Ia berjalan masuk kearah dapur melihat sang mama berada disana sedang sibuk memasak di temani Inah. Asisten rumah tangga mereka. "Mama!" panggil Gwen membuat wanita cantik itu menoleh kearahnya. "Oh, Gwen, sudah pulang!" ucap sang mama lalu menyibukkan kembali dirinya dengan masakan di kompor. Gwen memasang wajah cemberut duduk di meja makan menyomot apel yang berada di hadapannya. "Mama ih, Gwen pulang di cuekin!" ucap Gwen memasang wajah cemberut kearah ibunya. "Lalu Mama harus apa Gwen, lari kearah kamu dengan menyambut pakai pelukan Mama!" ucap sang Mama tanpa melihat kearah putrinya. "Gwen bukan anak TK Ma, ditanyakin kek, haus atau laper!" gerutu Gwen kepada sang ibu. "Yang bilang kamu anak TK siapa? Bukan Mama lo ya!" Gwen memutar bola matanya malas, lalu meniup niup poni di dahinya. "Iya deh, lagian Gwen udah teriak teriak kenapa gak ada yang keluar sih, heran deh!" "Kamu sih, ngapain coba teriak teriak, mau latihan jadi kurir? Percuma Mama sekolahin kamu sampai pindah pindah sekolah. Kalau kamu malah pingin jadi kurir." ucap sang Mama membuat Gwen melotot kearah ibunya. "Ihh, Mama nyebelin banget sih!" Gwen bangkit dari duduknya membawa tas hendak masuk kedalam kamarnya. "Gwen!" panggil sang Mama membuat langkah Gwen terhenti. Ia memutar tubuhnya lalu menatap kearah sang mama. "Jangan ngurung diri di kamar, Mama udah siapin makan malam yang lezat. Kita makan malam bersama, Papa sebentar lagi pulang Gwen, ada yang mau di omongin, penting!" ucap wanita yang masih menggunakan celemek di tubuhnya menatap kearah putrinya. "Penting? Apa?" sang Mama hanya mengangkat kedua pundaknya acuh lalu memutar tubuhnya kembali mengerjakan pekerjaannya. Gwen menghela nafasnya lalu melanjutkan langkahnya menuju kamar, tempat terbaik yang Gwen sukai. Gwen makan dengan lahab masakan di hadapannya. Ia seperti orang kelaparan memasukkan semua makanan yang tersedia kedalam mulutnya. Papa Gwen hanya bisa geleng geleng kepala melihat tingkah sang putri. "Bagaimana kuliahnya Gwen? Kamu suka?" tanya Papa Gwen membuat Gwen menatap kearah sang Papa. "Lumayan!" jawab Gwen singkat lalu melanjutkan makanannya kembali. "Kalau kamu berenti dari Universitas ini, Papa gak akan kuliahin kamu lagi!" Gwen menatap terkejut papanya. Ada perasaan bahagia dan juga sedih merasuk kedalam hatinya. "Ihh, Papa kok gitu, terus Gwen mau jadi apa? Gwen janji deh kali ini serius kuliahnya!" jawab putri satu satunya dengan mengangkat tangan tinggi tinggi sambil mengunyah makanan di mulutnya. "Baik, tapi Papa mau, jodohin kamu sama anak temen Papa," "Uhuk uhuk uhuk!" Gwen terbatuk batuk mendengar ucapan sang Papa, Mama Gwen langsung menyodorkan segelas air kepada putrinya. "Nih, makannya jadi anak perempuan itu makan jangan berlebihan, yang rapi anggung. Mama heran, kenapa Mama bisa lahirin anak seperti kamu, Mama sendiri sudah tamat kuliah S2, selalu rapi, bersikap lembut. Gak kaya kamu grusah grusuh!" ucap sang ibu membuat Gwen mencebik kan bibirnya. "Ihh, Mama jahat banget sih!" "Kamu sih, gak ada mirip miripnya sama Mama, Mama heran. Jangan jangan anak kita ketuker di Rumah Sakit ini Pa!" ucap sang Mama, Gwen hanya bisa cemberut di hadapan orang tuanya. "Kamu dengar yang Papa bilang, besok malam kita makan malam bersama keluarga mereka!" "What!" Gwen hampir tersedak minumnya, belum cukup sang Papa membuatnya tersedak makanan. Kali ini ia hampir menyemburkan air minum di mulutnya karena sang Papa. "Papa gak salah ngomong, beneran ini Gwen bakalan di jodohin?" tanya Gwen dengan raut wajah bingung. "Beneran Nak, lagian keluarga pihak pria ini kaya raya. Jadi kamu gak usah capek capek kuliah ngabisin uang Papa, jadi menantu temen Papa saja. Duduk diam dirumah!" jawab sang ayah mengatakan hal yang sebenarnya. Gwen menatap horor kearah papanya. Ia benar benar tidak menyangka jika kedua orang tua nya serius akan menikahkan Gwen. "Papa serius?" tanya Gwen tak percaya. "Tentu saja, lagian anak temen Papa itu baik, pria sukses, tidak suka main perempuan!" ucap papa Gwen lagi. Gwen menghela nafasnya lelah. "Pa, kenapa tega banget sih. Lagian Gwen ini kan anak Papa dan Mama satu satunya, kenapa mau nikahin Gwen semuda ini!" ucap Gwen merengek menolak perjodohan itu. "Dengerin Mama deh, kamu cita citanya jadi apa?" Gwen terdiam berpikir cukup lama. Mama Gwen menghela nafasnya lelah. "Hadeh, kamu cita cita aja mikirnya lama, mendingan nikah aja deh, jelas. Mama di kasih cucu!" ucap mama Gwen membuat gadis itu melotot. "Tapi Gwen belum mau nikah Pa, Ma!" rengek Gwen menolak untuk di jodohkan. "Tidak langsung nikah Gwen, kalian kenalan dulu, kalau cocok kalian bisa tunangan dulu!" usul papa Gwen semangkin membuat kepala Gwen pusing. Gwen memegang kepalanya dengan bertopang kedua tangan, ia menarik nafas menatap kedua orang tuanya. "Dia kuliah, kerja, atau apa?" tanya Gwen kepada papa nya. "Dia sudah bekerja Gwen!" Gwen menghela nafasnya memejamkan mata. Jika ia terus terusan di todong kedua orang tuanya, ia tidak bisa mengelak, dua lawan satu tentu saja ia akan kalah. "Berapa usia pria itu?" tanya Gwen penasaran. "Hemmm, sekitar 35 tahun mungkin!" jawab sang papa membuat Gwenis melotot hampir mengeluarkan bola matanya. "What!!" Gwen tidak bisa berkata kata lagi, benarkah ia akan menikahi pria tua. "Usia yang cukup matang untuk menikah Nak, dia sangat cocok denganmu!" senyum di wajah sang ayah membuat Gwen semangkin ngeri. "Papa gak salah pilih? Yang bener dong Pa, masak Gwen nikah sama pria seumuran paman Gwen! Pa, Gwen masih 23 tahun," Gwen menghitung jarak usianya dengan pria yang papanya sebutkan. Gwen menjatuhkan kepalanya di meja makan menjedot jedotkan kepalanya pada meja tersebut. "Gak usah lebay deh! Kamu belum ketemu sama anaknya!" ucap sang mama, Gwen mengangkat kepalanya menatap mamanya sinis. "Terserah Papa dan Mama deh! Gwen ini bisa apa!" ia bangkit dari meja makan itu, berjalan menuju kamarnya. "Jangan lupa Gwen, besok malam kita akan makan malam keluarga bersama mereka. Jangan coba coba kabur!" teriak sang papa kepada Gwen. Ia semangkin berlari mendengar ucapan itu. Membanting pintu kamar lalu menjatuhkan tubuhnya pada ranjang di hadapannya. Ia membenamkan wajahnya, sambil memukul mukul kasur tempat tidur. Gwen membalik tubuhnya lalu menatap langit langit kamar. "Ya Tuhan, mengapa kau berikan aku jodoh secepat ini! Dan mengapa kau berikan aku jodoh dari perjodohan orang tua!" ucap Gwen dramatis. Ia memejamkan matanya, dengan meletakkan lengan pada wajahnya. Ia tidak bisa menolak, tapi bisa jadi mereka tidak cocok dan semua ini batal. Semoga saja pria itu, pria yang mereka jodohkan sudah memiliki kekasih doa Gwen dalam hati. ______________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD