Ciuman panas itu membuat deru napas keduanya memburu, Luca pun melepas bibir ranum Vivian dan mencoba menghirup banyak udara sebelum melumat kembali bibir Vivian secara liar dan penuh nafsu. Vivian pun tak kalah liar, ia mulai duduk di paha kokoh Luca dengan mengalungkan tangannya ke leher Luca.
Luca sangat menikmati ciuman panas serta sentuhan liar yang diberikan Vivian yang membuatnya semakin b*******h. Tanpa Luca sadari, celana yang dikenakan sudah hilang entah kemana hanya meninggalkan segitiga bermuda yang terlihat penuh serta sesak dan minta dikeluarkan.
"Ah!"
Lenguhan Luca terdengar saat Vivian mulai mencecap leher Luca dan meninggalkan beberapa kissmark. Tangan Vivian pun dengan lincah mengeluarkan kejantanan Luca dari sangkarnya dan mengurut perlahan hingga terdengar kembali desahan yang lolos dari mulut Luca.
"Oh s**t aku benar-benar sudah tidak tahan," Luca pun membuka hoodie yang dikenakan Vivian hingga terlihat gundukan squishy yang terlihat menantang dan ingin dimanjakan.
Vivian memang terbiasa tidak mengenakan bra, ia akan mengenakan bra jika ke acara penting saja.
Tangan Luca pun meremas squishy Vivian hingga terdengar erangan manja dari mulut Vivian yang sukses membuat Luca birahi. Melihat lawannya sudah dipuncak, Vivian langsung membuka segitiga bermuda milik Luca dan terlihat kejantanannya yang sudah menegang, berurat dengan ukuran yang besar dan panjang.
Seketika Vivian menelan salivanya, ia bersiap melumat kejantanan Luca diiringi urutan lembut tangan Vivian di batang Luca yang disambut dengan desahan.
"Eugh ya terus sayang, terus kamu membuatku ingin memuntahkannya sekarang juga," rancu Luca.
Vivian pun mempercepat gerakannya dan blush, cairan kental milik Luca memenuhi rongga mulut Vivian yang seketika ditelan habis olehnya.
Luca terlihat kelelahan setelah memuntahkan cairan, Vivian kembali melumat bibir Luca yang terlihat bengkak karena ulahnya. Luca mengangkat tubuh Vivian menuju ranjang yang berukuran king size, Vivian masih melumat bibir Luca dan mengalungkan tangannya dileher Luca dengan kaki yang mengikat pinggang Luca.
"Kamu benar-benar membuatku ingin menjadikanmu partner ku nona!" sambil menurunkan Vivian ke atas kasur.
Luca memulai permainan dengan mengecap leher Vivian dan meninggalkan tanda kepemilikan dileher Vivian. Menciumi squishy dan melumat p****g Vivian dengan lahap satu per satu. Lidah Luca pun terus menari menjelajahi setiap inci tubuh Vivian dan berakhir di inti tubuh Vivian yang sudah terlihat basah.
"Inti mu merkah dan siap dimasuki nona."
Kemudian Luca melumat inti Vivian dan memasukan dua jarinya hingga Vivian mengeluarkan desahan.
"Eugh."
Mendengar desahan Vivian, Luca mempercepat gerakan jarinya dan terus memainkan lidahnya di v****a.
"Oh kamu sangat lamban tuan Alvero," Vivian menjauhkan wajah Luca dari intinya dan membalikan posisi mereka dengan Vivian yang berada diatas tubuh Luca.
Vivian langsung melumat bibir Luca yang bengkak karena ulahnya dengan rakus. Inti Vivian pun memancing kejantanan Luca dengan gesek manja yang membuat empunya mendesah.
Dalam satu hentakan saja kejantanan Luca sudah memasuki inti Vivian, terasa penuh dan sesak. Vivian pun langsung menggerakkan pinggulnya naik turun , maju mundur hingga menggoyangkan pinggulnya.
"Kamu membuatku tak ingin berhenti nona."
Seketika Luca membalikan posisinya dan kini berada diatas tubuh Vivian. Luca tak ingin Vivian mendominasi permainan malam ini. Luca pun memompa juniornya dengan cepat hingga bunyi penyatuan serta desahan mereka menggema di sekeliling kamar hotel.
"oh eugh Faster baby."
Luca terus memompa dengan cepat, karena juniornya pun sudah mengeras dan ingin segera mengeluarkan spermanya.
"Oh ku akan keluar sayang," Vivian mencapai puncaknya dan mengeluarkan cairan. Di ikuti Luca yang telah menembakan cairannya di dalam rahim Vivian.
Senyum puas terpancar dibibir sexi Luca, ia mengusap wajah Vivian dengan lembut serta menyapu bibir yang terlihat merah dan bengkak karena ulahnya. Luca mencium dahi, pipi, hidung dan mengecup singkat bibir Vivian.
"Aku menginginkanmu nona," bisik Luca ditelinga Vivian yang seketika membuat empunya merona.
Luca dan Vivian pun kembali melakukan kegiatan bercocok tanam dengan penuh hasrat hingga pukul tiga pagi. Keduanya seperti tak ingin berhenti dari peperangan yang memabukkan itu. Hingga akhirnya, Luca terkapar dan kelelahan. Luca tak bisa melanjutkan karena juniornya yang terlihat lecet dan berdarah.
"You Lose dear," senyum kemenangan terpancar dibibir manis Vivian. "Tepati janjimu Mr. P."
Vivian turun dari ranjang, intinya terasa begitu sakit serta perih dan terlihat merah karena perbuatan kejantanan Luca yang bermain dengan kasar. Vivian pun mulai jalan tertatih memungut pakaiannya yang berserakan. Mengenakan kembali pakaiannya serta merapihkan penampilannya dan meninggalkan Luca yang telah telah tidur pulas karena kelelahan.
*
Cahaya matahari tembus dari sela tirai kamar hotel yang membuat empunya membuka mata secara perlahan. Luca membalikan badan dan mencari sosok wanita yang menemaninya semalaman. Matanya mulai mengamati seisi kamar dan tak menemukan sosok yang ia cari.
Luca menyibakkan selimut yang menutupi tubuh polosnya dan turun dari ranjang yang berukuran king size. Kakinya mulai melangkah menuju kamar mandi, saat Luca mengeluarkan air seninya ia merasa perih di bagian kuncup kejantanannya yang memerah. Tak hanya itu, batang kejantanannya juga terlihat lecet akibat peperangan semalam.
"Kamu membuat kejantanan ku terluka nona,"
Luca mengamati tubuhnya atletisnya yang penuh kissmark dileher, d**a bahkan disekitar juniornya.
"Dia benar-benar gila," batin Luca
Luca segera membersihkan tubuhnya dengan tergesa-gesah, kemudian keluar dari kamar mandi menuju walkin closet. Luca memilih pakaian santai menggunakan celana jeans dan kaos hitam yang ketat hingga menampakan otot perutnya.
Setelah siap, Luka mengambil ponselnya dinakas dan menghubungi seseorang.
"Kamu dimana?"
Aku sedang makan siang di resto xxx
"Kirim alamatnya, aku segera ke sana"
"..."
"Baiklah aku segera ke sana"
Panggilan telepon diakhiri, Luca segera mengambil dompet dan menuju alamat resto menggunakan taksi.
*
Daniel menikmati makan siangnya dengan lahap, ia merasa liburannya kali ini benar-benar memuaskan tanpa gangguan pekerjaan, sebelum akhirnya ponselnya berbunyi yang menampilkan nama atasannya sekaligus sahabatnya tersebut.
"Kekacauan dimulai," batin Daniel
30 menit kemudian Luca sampai di resto tempat Daniel makan siang. Luca mulai mengamati dan mencari sosok pria yang merupakan sahabatnya itu.
"Sedang mencari siapa tuan," seketika Luca menoleh dan melihat Daniel yang keluar dari arah toilet.
Chikkk.
"Kamu sudah makan siang bos? Bagaimana semalam apa melelahkan? Berapa lama kalian bermain tiga ronde, empat, lima? Daniel melentikkan jarinya seperti sedang menghitung."
"Kamu terlalu cerewet! aku ingin makan cepat pesankan makananku!" perintah Luca
"Siap bos, silahkan duduk."
Luca menikmati makan siangnya tanpa gangguan, Luca paling tidak suka kalau ada yang berbicara saat dia makan. Setelah menghabiskan makanannya, Luca memulai pembicaraan tanpa mau menjawab pertanyaan Daniel yang bertubi-tubi.
Daniel pun merasa kesal dan menjawab pertanyaan Luca dengan malas.
"Untuk apa kamu mencari wanita itu? biasanya psk mu hanya sekali pakai kemudian membuang mereka."
Drettt.
Ponsel Daniel berbunyi dan menampilkan nama Mia dilayar ponselnya
"Ada apa Mia?"
Bos mu belum membayar servis kami, kutunggu 10 menit dari sekarang
"Tunggu Mia, apa kita bisa bertemu?"
Baiklah datanglah ke club xxx sekarang juga, karena waktuku tak banyak.
Sambungan telepon itu pun dimatikan oleh Mia, tanpa mendengar ucapan Daniel selanjutnya.
Daniel dan Luca meninggalkan resto xxx menuju club Mia.
Ditempat lain
Mia dan Mika masih sibuk menghubungi Vivian yang sedari pagi tidak bisa dihubungi. Biasanya Vivian akan mengubungi Mia atau Mika setelah selesai melakukan one night stand. Vivian akan menyuruh Mia atau Mika untuk memeras teman kencan Vivian.
Baik Mia atau Mika tak berani datang ke apartemen Vivian tanpa ijin dari sang empunya. Vivian paling tidak suka privasinya diganggu oleh siapa pun termasuk sahabatnya sendiri.
"Apa Vivian sakit?" Mika menduga-duga
"Kenapa memangnya?"
"Tadi pagi dr. Maria meneleponku, katanya Vivian menyuruhnya datang ke apartemennya."
"Apa terjadi sesuatu dengan Vivian?"
"Entahlah, si b******k itu harus membayar semuanya." smirk muncul dibibir Mika tanda bersiap memeras Luca.
*
Sesampainya di club xxx, Luca dan Daniel keluar dari mobil mereka dan disambut oleh tiga bodyguard yang berbadan besar serta otot yang kekar menghiasi tubuh mereka.
"Pak Daniel? mari kami antar nona bos besar sudah menunggu kalian."
Tanpa bicara Daniel dan Luca mengikuti langkah salah satu bodyguard tersebut. Dua bodyguard lainnya mengikuti langkah Daniel dan Luca dengan tatapan curiga.
Mereka menuju lift dari pintu belakang yang langsung menuju kantor club xxx.
Daniel terlihat memperhatikan setiap ruang yang ada di sana, desain ruangan yang terlihat soft dipadukan lukisan unik yang memenuhi ruangan tersebut. Bener-benar berbeda dengan ruangan yang dipakai Daniel saat pertama bertemu dengan Mia.
Tuk,tuk,tuk
"Masuklah."
Salah satu bodyguard tersebut membuka pintu dan mempersilahkan Daniel dan Luca untuk masuk.
"Tamu anda sudah datang nona bos."
Mia memutar kursinya wajahnya langsung mematung ketika melihat wajah Luca. Dengan susah payah Mia menelan salivanya.
"Oh God, dari mana datangnya pria seksi ini," batin Mia
Mia pun segera sadar saat suara Daniel menginterupsi lamunannya.
"Baiklah, kamu bisa nunggu diluar," perintah Mia pada salah satu bodyguardnya.
Mia langsung berdiri dan menyalami Luca tanpa memandang Daniel yang sedari tadi sudah menyodorkan tangannya.
"Mia," memperkenalkan diri pada Luca dengan suara yang menggoda
"Luca."
Daniel yang sedari tadi memperhatikan gerakan Mia yang centil itu pun langsung menarik tangan Luca yang masih digenggam erat oleh Mia.
"Mengganggu saja" batin Mia
Mia mempersilahkan Daniel dan Luca untuk duduk di sofa, tak lama Mika datang dan berteriak kegirangan.
"Oh tuhan, mengapa ada pangeran tampan datang ketempat berdosa ini" suara Mika menggema mengagetkan ketiganya.
Mia mengedipkan mata ke Mika, dan menggerakkan bibirnya agar Mika menjaga sikapnya di depan tamu meraka.
Mika yang tidak memperhatikan gerakan bibir Mia pun langsung duduk di samping Luca dan memperkenalkan dirinya.
"Namaku Mika, siapa namamu tuan tampan?" goda Mika
"Namanya Luca," Daniel menarik tangan Luca yang akan bersalaman dengan Mika. "Sudah cukup perkenalannya" terlihat guratan kesal dari wajah Daniel yang merasa dirinya diacuhkan oleh dua wanita dihadapannya ini.
Mia yang tersadar langsung membuka percakapan dengan menanyakan bayaran yang dijanjikan Daniel. Luca yang tadinya diam langsung teringat tujuannya datang menemui Daniel di resto.
"Aku akan membayar tiga kali lipat bahkan lebih, namun sebelumnya bolehkan aku bertemu dengan nona yang menemaniku tadi malam?" tanya Luca antusias
"Maaf tuan Luca, anda harus membayar terlebih dahulu sesuai perjanjian," jawab Mia formal
Luca pun meminta nomor rekening pada Mia, dan mentransfer uang empat kali lipat. Mika yang mendapat pesan dari bank pun langsung terbelalak setelah melihat banyaknya nol yang ditransfer oleh Luca. Saking kagetnya, Mika langsung memberikan ponselnya pada Mia. Seketika wajah Mia langsung berubah menampilkan senyum yang menggoda.
"Baiklah, ada yang bisa kami bantu tuan?"
"Aku hanya ingin bertemu dengan nona yang menemaniku tadi malam."
"Maaf tuan, perjanjian disini anda hanya bisa berkencan satu kali saja dan tidak bisa menemui nona itu lagi."
"Apa bukannya aku sudah membayar uang pada kalian" Luca yang tak terima langsung mengalihkan pandangannya ke pada Daniel seperti tidak mengerti dengan perjanjian Daniel dengan Mia.
"Anda hanya mentransfer untuk jasa satu kali kencan tuan."
Daniel yang takut ditatap oleh atasannya pun langsung ikut berbicara. "Bukannya uang itu untuk bayaran selama seminggu."
"Kamu bercanda Daniel, bayaran itu hanya untuk sekali kencan saja."
"Wah kalian sekongkol menipu kami," sarkas Daniel
"Kami tidak menipumu Daniel, kamu yang tidak menanyakan dengan jelas perjanjian itu. Kamu hanya bilang bos mu butuh pemanas ranjangnya saja" sarkas Mia seolah menantang
"Calm down baby, kalian berdebat hanya buang-buang waktu saja," Mika mulai menengahi perdebatan Mia dan Daniel yang sepertinya tak akan selesai dalam waktu singkat.
Mia dan Daniel masih bersitegang dengan beradu tatapan yang mematikan
"Oke berapa banyak uang yang harus aku bayar jika ingin bertemu dengan nona tersebut"
"Gotcha," batin Mia. Akhirnya Luca masuk perangkap yang sudah Mia dan Mika atur. Sebenarnya mereka sering melakukan sandiwara ini dengan mudah.Namun karena Daniel yang tidak bisa diajak kerja sama jadinya harus melewati perdebatan yang sengit dulu.
"Kami harus menanyakan kepada nona itu terlebih dahulu, apakah dia mau bertemu atau menemani anda sekali lagi tua,n" seketika smirk muncul dibibir Mia. "Kami akan menghubungimu lagi tuan setelah mendapat jawaban dari nona itu"
Akhirnya Luca dan Daniel pun berdiri untuk pergi dari ruangan tersebut.
"Vivian," seketika Daniel dan Luca pun menoleh ke arah Mia.
"Nama nona itu Vivian tuan, anda bisa memanggil namanya saja."
"Aku menunggu kabar baik darimu," Luca dan Daniel pergi dari ruangan Mia.
Tak lama, Mia dan Mika pun bersorak kegirangan seperti mendapat lotre. Mereka pun berpelukan dan mereka kembali dipusingkan karena Vivian masih susah dihubungi.
*
Vivian terbangun dari tidurnya setelah merasa lapar, tangannya meraba-raba nakas untuk melihat jam di ponselnya. Vivian menekan tombol on pada ponselnya namun ponselnya tidak juga hidup, akhirnya ia bangun dan mulai mengisi daya ponselnya.
Tubuh Vivian sudah mulai terasa enteng setelah meminum obat dari dr. Maria. Yaps setelah pulang dari hotel Luca, Vivian langsung menghubungi Dr. Maria untuk datang ke apartemennya.
Dr. Maria merupakan dokter umum yang disewa club xxx untuk mengecek dan mengobati karyawan club agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti hamil atau penyakit yang mematikan seperti HIV.
Setelah Dr. Maria datang, Vivian langsung to the poin. Tak lama Dr. Maria langsung memeriksa Vivian dan betapa kagetnya Dr. Maria melihat inti Vivian yang terlihat merah dan sedikit bengkak. Dr. Maria memberikan resep obat untuk diminum Vivian dan menyuruh Vivian jangan melakukan hal itu lagi selama beberapa hari sampai bengkak dan rasa nyeri itu hilang.
Tak lama Vivian meminum obat dari dr. Maria dan langsung tertidur karena kelelahan.
Vivian mencoba menyalakan ponselnya kembali, dan betapa terkejutnya Vivian setelah melihat banyak pesan serta panggilan tak terjawab dari Mia dan Mika.
Drett.
Muncul nama Mia di layar ponsel Vivian
"Ada apa," tanya Vivian tanpa dosa
"Kemana saja kamu Vi, kamu tidak menghubungi kami, apa kamu sakit? apa Luca bertindak kasar kepadamu?" pertanyaan Mia yang bertubi-tubi membuat Vivian enggan menjawab
"Hey apa kamu mati," teriak Mia yang sedari tadi menunggu jawaban Vivian
"Aku baik-baik saja kawan, aku kelelahan setelah kegiatan bercocok tanam tadi malam."
"Kamu benar-benar hebat Vivian, tuan Alvero masuk perangkap kita."
"Benarkah, berapa banyak yang dia transfer?"
"Empat kali lipat dan kamu tau dia akan memberikan berapa pun yang kamu minta jika kamu mau menemaninya lagi."
"Aku sedang tidak ingin bercinta Mia, kamu saja yang melayaninya," tukang Vivian. Bukannya tak mau menerima tawaran yang menggiurkan, namun Vivian tak mau aset berharganya terluka lagi karena melayani kekasaran junior Luca.
"What dia hanya ingin denganmu Vi, hubungi aku jika kamu siap."
"Baiklah aku butuh dua hari untuk menyembuhkan gairahku," Vivian langsung mematikan ponselnya.
Seketika Vivian teringat peperangan dengan Luca yang begitu menggairahkan, wajah yang tampan, tubuh berotot serta junior yang kuat, besar dan panjang membuat gairahnya meningkat seketika. Baru memikirkan saja tubuhnya sudah turn on apa lagi kalau bertemu langsung sudah dipastikan Vivian akan langsung menerkam.
"Sepertinya aku merindukanmu Mr.P."