Masa Depan vs Masa Lalu

1510 Words
Setelah pergulatan panjang bersama Vivian, bayangan wajah Vivian terus berputar dipikiran Luca. Braakk shitt! Luca membanting pintu mobil dengan kasar, ia terlihat sangat kesal dan ingin mengenyahkan pikirannya dari Vivian. Daniel yang tau jika sahabatnya tengah kesal karena seorang gadis bernama Vivian berniat mengajak Luca kesebuah club malam untuk meredakan kekesalannya. Sebelum datang ke club tersebut, Daniel sudah memesan ruangan VVIP dengan 5 psk yang siap memuaskan Luca. Wajah Luca yang terlihat tidak bersemangat membuat Daniel kebingungan.Daniel merasa ada yang salah dengan sahabatnya tersebut, hanya karena seorang wanita Luca bisa sekacau ini. "Ada yang tak beres dengan wanita itu," batin Daniel Sepanjang perjalanan Luca hanya diam, dipikirannya hanya dipenuhi bayangan wajah Vivian. Luca mulai mengingat pergulatan panjang mereka, tanpa disadari wajah Luca bersemu mengingat desahan yang keluar dari mulut Vivian. "Apa kamu baik-baik saja, wajahmu merah?" tanya Daniel yang terlihat panik melihat wajah Luca yang merah. Daniel mengulurkan tangannya untuk memeriksa dahi Luca, kalau saja sahabatnya itu tiba-tiba sakit. "Singkirkan tanganmu aku baik-baik saja," sarkas Luca Daniel yang kesal dengan Luca langsung mempercepat laju mobilnya. Sesampainya di club xxx, Daniel dan Luca dipandu seorang waiters menuju ruangan yang telah dipesan Daniel. Sepanjang lorong mata mereka di manjakan dengan pemandangan tubuh para psk yang hanya menutup inti mereka. Tak hanya itu, para pak itu tampak gencar menggoda Daniel dan Luca untuk membawa mereka. Bahkan beberapa psk mengekori langkah Daniel dan Luca. Namun langkah mereka terhenti saat melihat sudah ada psk lain yang akan memuaskan Daniel dan Luca. "Masuk dan duduklah," titah Daniel mempersilahkan Luca masuk sembari menutup kembali pintu ruangan yang mereka pesan. Daniel mengedipkan mata kepada salah satu psk sebagai kode agar mereka melayani sahabatnya itu. Empat psk mulai menggoda Luca dengan memberikan sentuhan serta kecupan diarea sensitifnya. Sebagai pria normal yang menerima perlakuan menggoda itu pun langsung membuat juniornya menegang. Luca sangat menikmati sentuhan dari para psk terutama diarea juniornya. Namun seketika Luca marah karena seorang psk mencuri kecupan di bibir Luca. "Dasar p*****r jalang beraninya kau mencium bibirku," Luca langsung mengelap bibirnya dengan kasar. Psk yang mencium Luca terlihat takut mendengar bentakan dan kilatan mata Luca yang tajam seperti ingin membunuhnya. Daniel yang tengah menikmati ciuman dengan salah satu psk pun langsung berdiri dan menahan tubuh Luca yang terlihat ingin menghajar pak itu. "Sudahlah kawan, kamu terlalu berlebihan" "Apa maksudmu? Kamu tau kalau aku tidak suka dicium oleh jalang seperti mereka," sarkas Luca Daniel yang tak ingin memperkeruh keadaan itu pun langsung menyuruh para psk itu keluar dari ruangan mereka. Daniel terus berusaha meredam emosi Luca dan mengajaknya duduk kembali. Setelah dirasa tenang, Daniel mulai mencairkan suasana dengan mengatakan jika Vivian mau bertemu dengan Luca besok malam. Ekspresi wajah marah dan kesal itu pun seketika sirna terkikis seutas senyuman dari bibir Luca. Daniel yang memperhatikan perubahan wajah sahabatnya itu merasa ngeri. "Apa Luca gila? apa saat bercinta kepalanya terbentur tembok?" batin Daniel flashback on Sebelum masuk ke club xxx, Daniel mendapat pesan dari Mia jika Vivian mau bertemu dengan Luca dengan satu syarat, mereka harus bertemu di club Mia dan bayaran di muka. flashback off Melihat perubahan wajah Luca yang terlihat senang, Daniel mulai berdiri dan mencoba memanggil psk tadi yang diusir olehnya. "Jangan panggil mereka aku sedang mengumpulkan staminaku." "Wahhh apa saat pertempuran kemarin kamu kalah?" tanya Daniel. Ekspresi wajah Luca terlihat berubah seketika. "Aku yakin kamu kalah, mangkanya kamu nyari Vivian untuk tanding ulangkan!" "Hahahaha," suara tawa Daniel menggema di seisi ruangan. Seketika wajah Luca memerah menahan malu, karena ucapan Daniel memang tepat sasaran "Aku yakin junior mu terluka," Daniel tertawa kembali melihat ekspresi wajah Luca yang terlihat menjawab semua pertanyaannya "Dari mana dia tau, apa dia paranormal?" batin Luca. "hahahaha," Daniel kembali tertawa puas menertawakan kebodohan sahabatnya itu, padahal Daniel hanya menebak saja. Luca yang tertangkap basah langsung menenggak vodka dari botolnya. Mana mungkin Luca mengaku kekalahannya kepada Daniel, apa lagi mengakui jika juniornya terluka. * Cinta datang di tempat Yang salah Dua anak adam yang terluka oleh cinta Menggoreskan luka yang mendalam Membuat mereka takut menerima cinta yang lain Meski disakiti dan dikhianati Alex, Vivian masih memendam rasa untuknya. Saat merindukan Alex, Vivian tak segan membuka i********: milik Alex. Seperti saat ini, Vivian tengah melihat foto-foto alex di i********: miliknya. Alex tak pernah meng-upload foto istrinya atau anaknya, malah yang ada foto Vivian dan kebersamaan mereka saat masih pacaran. Hal itu yang membuat Vivian masih stalking IG Alex, Vivian masih berharap Alex tidak melupakan kenangan mereka. Hanya melihat foto Alex saja sudah mengobati rindunya. Rindu yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari hati Vivian. Sekeras apa pun Vivian melupakan Alex, namun hatinya tetap menyimpan kenangan tentang Alex dan enggan untuk melupakannya. Ting. Apa kabarmu Vivian Vivian lebih memilih tidak menghiraukan pesan tersebut karena berasal dari nomor yang tidak dikenal. Vivian beranjak dari ranjang kesayangannya menuju kamar mandi untuk merendam tubuhnya dan merilekskan pikirannya. * "Aku merindukanmu Vivian, kita akan segera bertemu," smirk muncul dibibir Alex. Akhirnya Alex menemukan keberadaan Vivian, selama dua tahun ini Alex terus mencari keberadaan Vivian. Vivan pergi setelah mengetahui jika Alex menghamili wanita lain yang bernama Sandra. Tanpa sempat memberikan penjelasan, Vivian memblokir semua akses Alex untuk menghubungi Vivian. Bahkan sejak saat itu, Alex sama sekali tidak pernah bertemu dengan Vivian. Flashback on Vivian merupakan wanita pertama yang mampu meluluhkan hati Alex. Sebelumnya Alex tidak pernah memiliki kekasih, bahkan Alex tak pernah mau berteman dengan wanita. Namun, saat pertama bertemu Vivian, Alex merasa ada yang berbeda didalam hatinya. Ia benar-benar mengagumi sosok wanita yang memiliki bola mata yang indah itu. Hingga akhirnya Alex memberanikan diri untuk mendekati Vivian. Awalnya Alex terlihat seperti penguntit karena selalu mengikuti Vivian kemanapun dia pergi baik di kampus, ketampat tongkrongan Vivian bahkan Alex mengikuti Vivian hingga kerumahnya. Setiap pagi Vivian selalu dikejutkan dengan setangkai bunga dan secarik kertas yang sengaja disimpan didepan pintu rumahnya. Selama 20 hari Vivian selalu rutin mengambil bunga dan secarik kertas dengan antusias. Alex selalu memperhatikan dari kejauhan memastikan Vivian yang mengambil bunga serta keras tersebut. Iyaps secarik kertas tersebut bertuliskan kata-kata yang indah serta ungkapan perasaan kagum Alex terhadap Vivian. Alex tak berani mengungkapkan perasaanya, karena ia khawatir Vivian akan menolaknya. Namun dihari ke 21, saat Alex akan menyimpan bunga, Alex dikejutkan dengan kehadiran wanita pujaannya tepat dihadapannya. Alex terlihat terkejut dan gugup karena tertangkap basah oleh Vivian, berbeda dengan reaksi Vivian terlihat tersenyum melihat Alex dan mengulurkan tangannya. "Hai namaku Vivian," suara yang lembur, senyuman yang indah serta mata yang mampu menghipnotis Alex dalam sekejap, hingga membuat Alex salting. "Ehm," Vivian memecah lamunan Alex, dengan malu-malu Alex pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Vivian dan memperkenalkan dirinya "Namaku Alex, senang bertemu denganmu" mereka berdua tersenyum dan enggan melepas tangan mereka satu sama lain. Setelah perkenalan itu, Alex dan Vivian semakin dekat hingga akhirnya mereka pun resmi berpacaran. Tak terasa hubungan keduanya sudah mencapai 4 tahun, meski hubungan mereka Long Distance Relationship karena Vivian pindah ke Indonesia untuk membantu mengelola bisnis keluarganya sedangkan Alex tetap di New york menjalankan bisnis ayah. Meski begitu, komunikasi antara Alex dan Vivian terjalin baik, bahkan mereka sering video call untuk sekedar melepas rindu. Tanpa sepengetahuan Vivian, Alex datang ke Indonesia untuk merayakan anniversary mereka yang ke empat. Alex sengaja tidak memberi tahu kedatangannya kepada Vivian, ia ingin memberikan kejutan untuk kekasihnya tersebut. Namun sayangnya, saat Alex menunggu Vivian di dalam mobil, Alex melihat Vivian tengah asik berbicara dengan seorang pria dan membuatnya cemburu. "Vivian," teriak Alex saat keluar dari mobil, terlihat jelas wajah Alex terlihat marah. "Alex, sayang kapan kamu pulang?" Vivian langsung memeluk Alex dengan erat tanpa melihat ekspresi wajah Alex yang mengeras, tanpa membalas pelukan Vivian. "Kamu selingkuh," tuduh Alex "Apa aku tidak pernah selingkuh sayang," Vivian melepas pelukannya dan menatap wajah Alex yang terlihat menatap kesal seseorang yang tak lain Dodi. "Kamu cemburu sayang?" Vivian menggoda Alex. "Dia sepupuku namanya Dodi," Vivian tersenyum melihat tingkah kekasihnya yang pencemburu itu. Alex terlihat malu karena salah paham kepada kekasihnya itu, Vivian memperkenalkan Alex kepada Dodi. Sebelum akhirnya Vivian mengajak Alex untuk pulang ke apartemennya. Selama perjalanan ke apartemen Vivian, Alex terus menggenggam tangan Vivian dan mendengarkan celotehan kekasihnya itu. Seperti biasa, Vivian selalu cerita kepada Alex tentang apa yang Vivian alami di kantornya. Setelah sampai di apartemen Vivian, Alex tercengang karena disetiap sudut terdapat foto dirinya dan Vivian. Ada rasa bangga dan terharu terhadap Vivian, Alex yakin Vivian hanya mencintainya. Sampai akhirnya Alex memberanikan diri untuk mengajak Vivian melakukan hubungan intim. Awalnya Vivian menolak, tapi Alex berdalih jika ia hanya ingin pembuktian cinta dari Vivian. Walaupun alasan sebenarnya Alex hanya ingin memiliki Vivian sepenuhnya dan tidak ingin kehilangan Vivian. "Apa harus melakukan itu untuk membuktikan cintaku?" tanya Vivian "Sayang aku hanya ingin memilikimu seutuhnya, aku tidak ingin kehilangan kamu aku sayang kamu Vivian." "Kamu harus berjanji tidak akan meninggalkan aku Alex." "Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan kamu, setelah kembali ke New York aku akan meminta kedua orang tuaku untuk melamar mu". Alex mencoba meyakinkan Vivian. Alex meraih tengkuk Vivian dan melumat Bibir ranum kekasihnya tersebut. Ciuman yang awalnya lembut berubah kasar terkesan menuntut. Lidah keduanya saling bergulat, saling bertukar saliva terus memangut seolah melepas rindu yang sudah tak terbendung lagi. "Aku menginginkanmu Vivian."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD