Hallo Mr. P

1105 Words
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Luca mulai membuka handphonenya yang sedari tadi berbunyi. Banyak sekali pesan yang masuk salah satunya pesan dari Sarah. "Kapan kamu akan berlibur nak? Jangan lupa bawakan ibu seorang menantu yang cantik dan baik!" Luca hanya membaca pesan tersebut, tanpa membalas pesan dari ibunya. Sudah sering Sarah menyuruhnya menikah karena ia khawatir anaknya cepat tua dan tidak bisa memberinya cucu. Bahkan Sarah sering menjodohkan Luca dengan anak teman-temannya, namun semuanya gagal karena Luca terlalu cuek dan menjaga jarak. Sarah hanya bisa berdoa agar Luca bisa membuka hatinya, dia takut anaknya mejadi gay karena trauma setelah dikhianati wanita yang dicintainya. Luca mulai membereskan beberapa pakaian ke dalam koper selama berlibur di Singapore. Selama di sana, ia ingin memanjakan tubuhnya dan berharap tidak ada yang mengganggu liburannya. * Vivian, Mika dan Mia tengah sibuk menyusun rencana untuk menyambut kedatangan tambang emas mereka. Vivian pun sudah mempersiapkan dirinya dan menjaga tubuhnya agar kuat saat digempur habis-habisan oleh Luca. Bahkan Vivian pun mencari tau permainan seperti apa yang biasa Luca mainkan saat bercinta dengan pelacurnya. Terlihat mudah, bahkan menurut Vivian permainan Luca terlalu monoton. "Berapa kekayaan yang Luca miliki?" tanya Vivian kepada Mika yang tengah membolak balikan kertas yang berisi informasi tentang kekayaan Luca "Dia tak akan bangkrut tujuh turunan, bahkan uang 1M tidak berarti sama sekali untuknya," jawab Mika enteng, dengan seutas senyum menggoda sambil menyenggol tangan Vivian. "Apa kamu sudah mempersiapkan Plan B Mia?" Vivian tak ingin kehilangan tambang emasnya, maka dari itu ia benar-benar mempersiapkan dengan matang. "Tenang sayang, semua sudah diatur. Dan kau tau, aku sudah menyiapkan lahan yang akan menjadi lokasi club baru kita," suara tawa ketiganya pun menggema diruang Vivian. Vivian memiliki 10 cabang club malam dibeberapa negara seperti New York, Paris, Kanada, Korea Selatan, China, Singapore dan yang terbaru ia akan membangun club malam di Indonesia tepatnya di Bali. Vivian memilih Indonesia karena ia ingin lebih dekat dengan orang tuanya. Yaps Vivian merupakan orang Indonesia, namun ia lebih memilih menetap di Singapura karena ingin melupakan kenangan pahitnya bersama Alex. Dilain tempat Perjalanan New York - Singapore yang menghabiskan waktu 18 jam lebih ini membuat Luca lelah. Ia pun ingin segera sampai di Singapore dan memanjakan tubuhnya. Sesampainya di Changi Airport, Luca pun disambut pelukan hangat dari Daniel yang sudah lama menunggu kedatangannya. Mereka pun segera meluncur ke Hotel, tempat menginap Luca. Disepanjang perjalanan Luca pun mengecek kembali pekerjaannya. Meski pun saat ini Luca sedang berlibur, namun ia tak bisa melepaskan tanggung jawabnya begitu saja. Luca ingin pekerjaan serta liburannya berjalan dengan lancar. "Apa pesanan ku sudah siap Dan?" seketika Daniel gelagapan karena ia belum menghubungi Mia untuk memastikan pesanan Bosnya. "Ehm itu,ehm." "Aku tidak mau tau, mereka harus menemaniku malam ini!" titah Luca tegas tak terbantahkan Daniel pun segera mengirim pesan kepada Mia untuk memastikan semua pesanan Bosnya aman terkendali. Tak lama Daniel pun menerima pesan singkat dari Mia. Sudah Siap! Vivian segera memanjakan tubuhnya dengan berendam di bathtub yang sudah dipenuhi busa beraroma lavender. Setelah puas berendam, Vivian segera mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan pengunjung mereka. Tak lama Vivian pun membuka handphone dan melihat pesan singkat dari Mia yang menunjukan lokasi hotel tempat menginap Luca. Jam 8 malam, Vivian sudah sampai di hotel tempat menginap Luca. Tak seperti psk lainnya yang akan mengenakan gaun seksi ketika menemui pelanggannya, Vivian lebih memilih mengenakan Hoodie dan celana pendek yang hampir tak terlihat. Bahkan orang akan mengira jika Vivian tidak memakai celana. Tak hanya itu, Vivian pun hanya mengenakan make up tipis dengan rambut panjang yang tergerai indah. Ia pun langsung masuk ke lift menuju kamar Luca dengan seutas senyum memperhatikan pandangan para pria yang melihatnya dibalik kacamata hitamnya. "Dasar otak m***m," batin Vivian Setelah sampai didepan kamar Luca, Vivian pun terkejut karena Daniel keluar dari kamar Luca dengan keadaan yang tidak baik. Kancing baju setengah terbuka, rambut acak-acakan, dan tak lupa resleting yang terbuka yang menampakan warna cd yang ia kenakan. Daniel pun terlihat terkejut melihat Vivian dan langsung merapihkan penampilannya. Ia pun langsung membuka pintu dan mengantar Vivian untuk bertemu dengan Luca. Vivian pun hanya mengekor Daniel dan memperhatikan cara jalan Daniel yang terlihat aneh. Apa Luca juga bermain dengan pria? batin Vivian sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Pesanan anda sudah siap tuan," saat melihat seseorang keluar dari kamar mandi. Vivian pun seketika terperangah melihat sosok pria berwajah tampan dan tubuh atletis dengan 6 roti sobek yang tersusun rapi. Vivian pun memperhatikan dengan seksama saat pria tersebut mengenakan pakaian didepannya. Bahkan ia tak ingin sedetik pun mengedipkan matanya agar tidak terlewatkan sesuatu yang berurat dibalik handuk kecil. Namun seketika pikiran m***m itu pun hilang saat suara seksi yang keluar dari mulut pria tersebut. "Perkenalkan namaku Luca, kamu pasti sudah tau siapa saya karena asisten saya pasti sudah menjelaskan semuanya termasuk kekayaan yang saya miliki" dengan nada yang terdengar angkuh "Dimana temanmu yang lain?" tanpa basa basi dan tak ingin mendengar perkenalan dari Vivian. "Saya datang sendiri dan sepertinya tak butuh banyak orang untuk memuaskan anda tuan," sarkas Vivian yang tak kalah angkuh dan seketika terlihat wajah Luca yang mengeras menahan emosinya. "Kamu keluarlah Daniel, sepertinya wanita ini ingin mati kelelahan malam ini" Daniel pun keluar dan menepuk pundak Vivian seperti ingin menguatkan dengan apa yang ia hadapi. Vivian pun hanya mengeluarkan smirk yang mematikan. Tanpa disuruh duduk, Vivian pun mendaratkan bokongnya di sofa yang ada dikamar tersebut. Luca pun mengikuti gerakan Vivian dan duduk di sofa yang sama. "Sebelum kita mulai, aku ingin melakukan perjanjian terlebih dahulu" Vivian memulai percakapan dengan tidak menggunakan kata saya yang terdengar sangat formal. "Perjanjian, kamu pikir sedang berbicara dengan siapa nona". smirk muncul dari bibir manis Luca "Ada 3 perjanjian yang harus kamu tepati Mr. Alvero, yang pertama aku tidak ingin kamu menggunakan pengaman karena itu tidak nyaman. Yang kedua jika aku berhasil membuatmu terkapar kamu harus membayar 3 kali lipat dari bayaran yang aku minta. Yang ketiga ini hanya one night stand dan tidak ada permintaan lagi setelah malam ini" "Yang keempat, jika kamu tidak memuaskan kamu tidak akan mendapat bayaran sepeserpun dan menjadi p*****r ku tanpa dibayar" jawab Luca meladeni perjanjian yang Vivian minta. "Oke baiklah" Luca memegang dagu Vivian seolah mengejek "Kamu terlalu angkuh untuk ukuran p*****r yang datang menggunakan pakaian yang sama sekali tidak menggoda nona" "Apa kamu yakin, sepertinya junior mu berkata lain" seketika tangan Vivian sudah memegang junior Luca yang mengeras dibalik celana yang ia gunakan. Shitt. Seketika Luca langsung melumat bibir ranum Vivian dengan rakus tanpa jeda. Vivian pun membalas ciuman Luca tak kalah panas dan menautkan lidah mereka membangkitkan gairah keduanya. Luca pun akhirnya melepaskan bibirnya dari bibir Vivian dan menyatukan dahi mereka dengan napas yang memburu. "You are ready"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD