Ciuman panas yang memabukkan itu membuat Vivian dan Alex kehabisan nafas. Alex berhenti sejenak melepaskan pagutannya di bibir Vivian mecoba menarik nafas sebelum kembali melakukannya.
"Aku menginginkanmu Vivian" Alex berbisik ditelinga Vivian, seketika wajah Vivian merona dan merasa malu-malu kucing.
Alex kembali melumat bibir Vivian, sembari mengangkat tubuh Vivian ala bridal style tanpa melepas pagutannya. Vivian mengalungkan tangannya dileher Alex, perlahan Alex menurunkan tubuh Vivian diatas ranjang tanpa melepas ciumannya.
Tangan Alex mencoba membuka kancing kemeja Vivian hingga terlihat squishy kembar Vivian yang menggoda meski tertutup bra. Perlahan tapi pasti seketika bra Vivian sudah hilang entah kemana, yang menampilkan squishy Vivian terlihat padat dengan p****g yang menantang ingin dimainkan.
"Aahhhh." Desahan lolos dari bibir Vivian saat Alex meremas squishynya dengan sedikit sentuhan di putingnya.
Bibir Alex sudah mendarat di ceruk leher Vivian dengan meninggalkan banyak kissmark. Lidah Alex terus bermain disekujur tubuh Vivian seolah tak ingin kehilangan setiap inci tubuh kekasihnya itu. Bibir Alex melumat p******a Vivian, tangan kanannya terus bermain diarea perut hingga ke inti Vivian yang masih terbungkus.
"Eungh," Vivian terus mendesah, menikmati sentuhan tangan serta sentuhan bibir Alex di tubuhnya.
Alex mulai membuka rok yang dikenakan Vivian hingga terlihat pakaian dalam berwarna pink yang terlihat seksi dikenakan Vivian. Perlahan dalaman itu pun lolos dari kaki Vivian dan menampilkan inti Vivian yang terlihat tembem,polos tanpa ada rumput yang berserakan.
Vivian memberanikan diri membuka baju dan celana Alex dan hanya meninggalkan segitiga bermuda yang terlihat sesak. Mata Vivian terlihat membelalak ketika melihat kejantanan Alex dibalik segitiga bermuda yang masih menempel.
Alex memegang tangan Vivian mengarahkan kejantanannya mengusap lembut, menuntun tangan Vivian untuk membuka segitiga bermuda Alex. Seketika menampilkan kejantanan Alex yang berurat, menegang sempurna dan siap memasuki inti Vivian.
Dengan susah payah Vivian menelan salivanya, mencoba mengurut lembut kejantanan Alex dan memasukan kedalam mulutnya.
"Oh," Alex mendesah menikmati sentuhan bibir Vivian meski tak semua juniornya bisa masuk ke mulut Vivian.
"Oh baby, aku ingin segera memasuki mu," racau Alex
Alex menarik tengkuk Vivian dan melumat bibir Vivian dengan penuh gairah, tangan menyentuh v****a Vivian dan memasukan jarinya, mempermainkan v****a hingga Vivian memekik nikmat.
Tak kuat mendengar desahan Vivian, Alex melepas ciumannya. Tangan Alex mengurut kejantanannya mempersiapkan juniornya memasuki inti Vivian.
"Tahan ya, ini akan terasa sakit sayang"
Perlahan kejantanan Alex menerobos masuk ke inti Vivian, "Ah sakit Alex," lirih Vivian
"Sabar sayang sedikit lagi ini baru kepalanya."
"Aahhhhh sakit, aku tak bis hmp," Alex membungkam Vivian dengan melumat bibirnya.
"Eugh sudah masuk sayang," satu kali hentakan Alex berhasil menerobos selaput dara Vivian. Alex merasa puas kejantanannya telah memasuki inti Vivian. Perlahan Alex mulai memompa kejantanannya sampai Vivian mendesah nikmat.
Alex terus memompa juniornya dan mempercepat gerakannya setelah merasa inti Vivian semakin menjepit kejantanannya.
"Aku ingin pipis Alex, aku sudah tidak tahan."
"Keluarkan sayang, kejantananku juga sudah ingin mengeluarkan benih cinta di rahimmu."
"Ah," Vivian telah mencapai puncaknya di ikuti lenguhan Alex yang menembakan cairannya di dalam rahim Vivian.
Alex menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh Vivian, deru nafas Alex terdengar jelas. Ia tersenyum melihat peluh di wajah Vivian dan mengecup kening Vivian, beralih ke pipi dan berakhir di bibir bengkak Vivian.
"Aku mencintaimu sayang."
Flashback off
Seharian Vivian merawat tubuhnya, intinya pun sudah siap dibuat bengkak lagi oleh kejantanan Luca. Vivian memilih baju yang akan ia kenakan nanti malam. Vivian sangat antusias bertemu dengan Luca, karena Luca berani mengeluarkan uang banyak hanya untuk bertemu dengannya.
Dia pria pertama yang membuat Vivian susah melupakan pergulatan mereka, bahkan biasanya Vivian akan menolak jika ada yang ingin bercinta lagi dengannya. Namun berbeda dengan Luca, ia langsung menerima tawaran tersebut meski awalnya ia menolak karena inti Vivian masih bengkak.
Vivian tak mungkin cerita ke Mia kalau intinya bengkak gara-gara Luca, harga dirinya pasti turun drastis dan terhempas entah kemana.
Ditempat lain
Luca tengah mempersiapkan tubuhnya ditempat gym bersama Daniel. Daniel tak berniat berolah raga, ia hanya sibuk menggoda wanita yang ada di sana. Ide jail pun muncul di otak Luca dan menghampiri Daniel.
"Sayang kenapa kamu ada disini," Luca merangkul pinggang Daniel berucap manja yang sukses membuat wanita yang tengah di goda Daniel merasa jijik.
"Apa kau gila," ucap Daniel yang terlihat kesal dengan kelakuan sahabatnya itu. Saat Daniel ingin mengejar wanita tersebut, tangannya malah ditarik Luca.
"Ayo kita pergi," ajak Luca. "Aku sudah tidak sabar melihat wajahnya," batin Luca
Luca memilih pakaian yang santai dengan kaos putih yang menampilkan otot perutnya dan celana jeans pendek dipadukan spokat yang mahal namun terlihat sederhana.
"Ck," Daniel berdecak kesal melihat kelakuan Luca yang terlihat lebay hanya untuk bertemu dengan seorang psk. Bahkan Luca telah mencoba banyak baju dan aksesoris untuk menunjang penampilannya. Namun berakhir dengan pakaian santai, yang benar-benar jauh dari keseharian Luca.
Luca ingin terlihat santai, karena terakhirnya kali bertemu Vivian, ia hanya mengenakan hoodie dan hotpants jeans jauh dari kesan glamor.
"Aku sudah siap, ayo kita berangkat."
*
Vivian tengah merapihkan tatanan rambutnya, ia hanya mengenakan dress pendek berwarna putih dengan rambut yang di cempol keatas memperlihatkan tengkuk lehernya yang indah.
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, namun Vivian belum juga datang. Luca terlihat gusar memainkan kuku jarinya. Daniel yang melihat sahabatnya yang tak rileks itu pun langsung mencairkan suasana dengan menggoda sahabatnya itu.
"Sayang kenapa kamu gugup,minumlah ini biar kamu tenang," Daniel menyodorkan segelas vodka dan bersandar dibahu Luca seperti pasangan.
Tanpa mereka sadari Vivian sudah ada dibelakang Luca dan Daniel. Vivian tersenyum miris melihat kemesraan Luca dan Daniel yang seperti pasangan gay.
"Iiiwwhhhh mataku ternodai" suara keras Vivian seketika membuat Luca dan Daniel menoleh kearahnya.
Vivian terlihat menutup matanya dengan jari yang terbuka. Luca langsung mendorong tubuh Daniel hingga Daniel terjatuh dari kursi.
"Ini tidak seperti yang kamu lihat Vi," Luca mencoba menjelaskan kepada Vivian
Daniel yang kesal karena didorong oleh Luca hingga terjatuh malah memperkeruh keadaan.
"Kamu jahat, mengapa mendorongku hingga jatuh kelantai sayang," suara genit Daniel seketika membuat Mia dan Mika yang dari tadi sudah dibelakang Vivian pun terlihat ingin muntah. "Owek."
Daniel benar-benar merasa kikuk, niatnya yang ingin mempermalukan sahabatnya, malah Daniel mempermalukan dirinya sendiri dihadapan Mia dan Mika, yang seolah menjadi pasangan gay Luca.
"ini tidak seperti yang kalian pikirkan," Daniel mencoba menjelaskan kepada Mia dan Mika.
"Hahaha," Vivian tertawa riang melihat kelakukan Luca dan Daniel. Tanpa Vivian sadari ada hati yang terlihat bahagia melihat tawanya.
Luca menikmati wajah bahagia Vivian yang menertawainya, tak terasa Luca pun ikut tersenyum melihat Vivian.
"Sudah-sudah ayo kita keruangan kalian," Mia mengajak Vivian, Mika, Daniel dan Luca untuk memasuki ruangan VVIP mereka dilantai atas.
Luca terlihat bahagia karena bajunya memiliki warna yang sama dengan dress yang dikenakan Vivian. Selama perjalanan menuju ruangan mereka, Luca terus memperhatikan Vivian. Bahkan ia bersusah payah menelan salivanya ketika melihat tengkuk Vivian yang terlihat menggoda dan ingin diberikan tanda.
Vivian yang merasa diperhatikan oleh Luca pun langsung pamit kepada Mia dan Mika untuk pergi ke ke toilet.
Vivian memperhatikan penampilannya, melihat tengkuknya dengan seksama. Ia takut ada yang salah dengan penampilannya karena terus diperhatikan Luca. Vivian menambahkan lipstik di bibirnya agar lebih menggoda sebelum masuk keruangan Luca.
"Kemana yang lain," Vivian terkejut karena ruangan tersebut hanya ada Luca.
"Masuklah aku tidak akan menerkam mu disini," titah Luca
Vivian yang merasa kikuk pun langsung berubah ketus dan menutup pintu ruangan mereka. Ada kecanggungan diantara Luca dan Vivian tak sama seperti waktu pertama kali bertemu.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Luca memecah kesunyian
"Oh apa kamu lapar?" Vivian malah balik bertanya
"Bisa keluar dari sini menemaniku makan?" Luca mencoba mengajak Vivian keluar untuk mendekatkan diri.
"Baiklah," Vivian menerima tawaran Luca
Keduanya keluar dari club xxx menuju sebuah restoran yang berada tak jauh dari club xxx. Saat Luca akan membuka mobilnya, Vivian menggenggam tangan Luca mengajak berjalan menuju restoran xxx.
"Restorannya dekat, tak perlu menggunakan mobil." Vivian menggenggam tangan Luca sambil tersenyum.
Saat Vivian tersadar tangannya menggenggam tangan Luca, Vivian pun segera melepaskan tangannya dari tangan Luca. Luca malah menarik tangan Vivian agar terus berada digenggaman tangannya. Vivian merasa canggung, tiba-tiba pipinya memerah seperti tomat, untung cahaya lampu jalanan di sana tidak terlalu terang, hingga Vivian bisa menyembunyikan wajahnya yang merona.
"Kamu suka makanan apa?" tanya Luca
"Makan apa saja aku suka," jawab Vivian sembari tersenyum. Senyuman di wajah Vivian sukses membuat jantung Luca berpacu dengan cepat.
"Apa ini, apa aku jatuh cinta kepada wanita ini," batin Luca yang meyakinkan hatinya.
Keduanya pun terus berbincang sambil berpegangan tangan menuju restoran.