Part 59

2064 Words
Hari demi hari sudah berlalu. Audisipun sudah berada di babak final. Dimana saat ini hanya ada 3 orang peserta yang terpilih untuk menjadi kandidat anggota baru di ekskul dance. Dua diantaranya merupakan anak kelas 11, sedangkan satu dari kelas 10. Penampilan terbaik terus mereka bertiga tampilkan demi mendapat gelar juara, dan lolos untuk masuk kedalam ekskul yang cukup hits itu. Waktu terus berjalan sampai dimana telah diputuskan siapa yang akan menjadi anggota dance, pengganti Febri tentunya. Setelah penilaian para juri dikumpulkan. Tersebut lah satu nama yaitu Hanin, dari kelas 11 IPA 1. Setelah ucapan selamat dan pengesahan masuknya Hanin kedalam ekskul dance, barulah disana seluruh anggota dance berkumpul diruangan guna melakukan latihan. "Gue ucapin selamat sekali lagi buat Hanin, enjoy disini. Dan, Kita bakalan latihan langsung karna waktu kompetisi yang udah deket" ucap Fely saat semuanya sudah berkumpul diruangan dance. Kali ini, Fely mengunci pintu ruangan dance. Karna koreo kali ini benar-benar harus dirahasiakan oleh siapapun. Belum lagi dengan anggota dance yang berjumlah 20 orang berada disini. Tidak terkecuali coach mereka juga kini berada diruangan yang sama. "Oke, guys gue mau infomasiin buat kalian, dalam waktu yang berdekatan kita bakalan tampil sebanyak 3 kali. Yang paling deket dari jarak kita sekarang adalah PORAK, next nanti kita juga bakalan ada demo ekskul saat tahun ajaran baru. Selang dari sana, kita bakal ikutin lomba dimana lomba ini hasil kerja keras kita dikompetisi kemarin" lanjut Fely yang mendapat tepuk tangan dari semua anggotanya, termasuk Indira yang berdiri di belakang Fely. Memang Indira sengaja meminta Fely untuk membicarakan semua informasi yang ada. Karna, Indira sudah mempercayakan pada Fely. Ia hanya akan menilai beberapa anak asuhnya ini yang akan ia bawa saat PORAK nanti dan juga demo ekskul. "Oke, next gue bakal kasih tau. Buat PORAK nanti, gue bakalan ambil 12 orang, yang udah termasuk didalamnya ada gue, Clarin, Kai dan juga Nindi atas permintaan Coach. Begitupun untuk demo nanti. So, sekarang gue, Nindi, Clarin sama Kai bakalan peragain koreo yang akan dibawain buat PORAK sama demo ekskul. Dimana kalian kuasain dance nya, disitulah kalian tau kalian ada diposisi yang mana" ucap Fely lagi. "Oh ya, pemilihan ini tentunya bakalan dinilai sama coach. Dan tentu aja yang terbaik di tahun ajaran baru nanti pasti akan gantiin posisi gue sebagai leader" lanjut Fely. Semuanya mengangguk faham, lalu Fely, Nindi, Kai dan juga Clarin mulai menari setelah alunan musik sudah Indira nyalakan. Beberapa saat kemudian, Fely dkk sudah selesai dengan dua koreo yang berbeda. Setelah itu juga semua anak dance mengikuti apa yang Fely dkk lakukan tadi. Dan terkumpullah beberapa nama yang sudah dipastikan akan menari saat PORAK maupun saat demo ekskul nanti. "Oke guys, kalian udah punya team masing-masing. So, saya mau liat sekarang buat penampilan PORAK nanti. Setelah itu saya mau liat yang untuk demo, next kalian semua yang akan mepersiapkan diri buat lomba" kini Indira yang bersuara. Lalu semua anggota dance mulai menari sesuai perintah dari Indira. *** Hari ini Fely full dipenuhi dengan dance. Maka, saat pulang kerumah, ia segera menaiki anak tangga untuk masuk kedalam kamarnya. Setelah menyalami tangan Barra dan mendapatkan ciuman dikeningnya, Fely segera bergegas ke kamar mandi. Tubuhnya sudah benar-benar gerah sekali kali ini. Selang beberapa menit, Fely sudah kembali dengan hotpants dan juga kaos oversize warna maroon miliknya. Fely juga menghampiri Barra yang sedang bermain game tentunya. Memang tidak mempunyai kegiatan apapun lagi sepertinya Barra ini selain keluyuran dan bermain game kesayangan si ganteng. "Bar, gue laper" adu Fely pada Barra yang masih asyik dengan hp nya. "Makan lah" jawab Barra. "Ish, jalan dong kedepan yu?" Ajak Fely. Jam segini biasanya banyak pendagang makanan disekitaran kompleks. Jadi, Fely rasa ia akan tertarik dengan beberapa jajanan yang mungkin akan ia temui saat keduanya berjalan. "Makan yang ada aja deh, nanggung ini" tolak Barra karna memang dirinya sebentar lagi akan menang. "Ga mau, gue mau jalan-jalan kedepan". "Gue nanggung ini sumpah. Tunggu nanti aja ya bentar lagi" jawab Barra lagi yang masih saja fokus dengan game nya. Fely mendengus sebal. Memang susah sekali jika Barra sudah bermain game. Game memang lebih penting dari Fely. Tau begitu, kenapa Barra tidak menikah saja dengan game nya, bukan malah menikah dengan Fely. "Ish, sumpah ya lo tega bener sama gue" ucap Fely lalu segera melengos keluar kamar. Rencananya ia akan jalan-jalan sendiri saja. Karna, menunggu Barra selesai bermain game kesayangannya itu rasanya hanya akan membuat Fely kelaparan saja. "Heh mau kemana?" Tanya Barra sedikit berteriak karna Fely sudah menjauh darinya. "Mau jalan-jalan sendiri, siapa tau nemu yang bening yang lebih pentingin perut gue dari pada game nya" jawab Fely teriak juga karna ia sudah berada diambang pintu. *** "Loh Fel, mau kemana?" Tanya Lita yang baru saja keluar dari dapur. Karna memang tangga yang menuju kamarnya itu cukup dekat dengan dapur. "Mau jalan-jalan kedepan ma, cari jajanan laper hehe" jawab Fely. "Sendirian?" Tanya Lita lagi. Fely menganggukkan kepalanya. "Barra nya mana? Bukannya dia udah pulang dan ga keluar ya?" Tanya Lita lagi. "Lagi pacaran sama game nya. Nungguna Barra mah bikin magh Fely kambuh ma" jawab Fely sedikit kesal. Karna, Barra tidak mengejarnya saat Fely meninggalkan Barra dikamar. Padahal, Fely sangat berharap jika Barra akan menghentikan game nya itu demi mengejar Fely yang ingin mencari makanan itu. "Emang bener-bener ya si Barra. Biar mama aja yang bilangin ke dia buat selesain game nya terus temenin kamu kedepan" ucap Lita. "Eh, ga usah ma. Biarin aja" cegah Fely saat Lita akan menaiki anak tangga. "Ga bisa dibiarin ini Fely. Barra itu udah nikah. Masa, dia biarin istrinya pergi sendiri karna dia yang pentingin game" ucap Lita lagi. "Ga usah ma, biarin aja" cegah Fely lagi. Lita hanya bisa menghela nafasnya. Ia juga tidak mungkin akan memaksa Fely untuk mengizinkannya memarahi Barra. "Ya udah, mama temenin aja gimana?" Tanya Lita. "Eh, ngga, ngga. Biar Barra aja" tiba-tiba Barra turun dari kamarnya dan segera menghampiri Fely dan juga Lita yang masih berada didekat tangga. Kedua wanita itu kini menoleh ke arah Barra yang sedang berjalan kearah mereka. "Yu Fel" Barra meraih tangan Fely kali ini. "Kamu ini Barra bener-bener ya. Istri kamu mau jalan-jalan malah asyik mainin game" omel Lita saat anaknya itu sudah berada didekatnya. "Tadi itu nanggung ma" jawab Barra. "Ga ada kata nanggung buat temenin istri kamu". Fely hanya bisa terkekeh saat melihat Barra yang terus diomeli oleh Lita. Memang, sebegitu sayangnya Lita pada Fely. Sehingga, sekecil apapun kesalahan Barra, tetap itu kesalahan besar menurut Lita. "Ma, udah jangan dimarahin kasian. Lagian, Barra juga udah mau nemenin Fely ini" ucap Fely yang tentu saja sedang mencari muka pada Lita. Agar Lita bisa semakin sayang padanya. "Awas ya kamu Barra, sampe pentingin diri sendiri lagi mama bakal marahin kamu ya" ucap Lita. Barra hanya bisa menghela nafasnya saja. Ditambah ia harus menutup telinganya untuk tidak mendengar omelan dari Lita lagi padanya. *** Saat asyik jalan-jalan sore di sekitar kompleks rumah mereka, Fely melihat penjual baso tusuk yang sedang diam di depan rumah yang cukup megah. Dengan semangatnya Fely menarik Barra untuk menghampiri penjual baso tusuk itu. "Barra gue mau itu" ucap Fely yang langsung menarik Barra. Barra hanya bisa menurut saja pada Fely. Sesampainya Fely dan juga Barra di penjual baso tusuk, mereka melihat adanya dua orang perempuan yang keluar dari gerbang yang cukup besar tepat dibelakang penjual baso tusuk itu. Salah satu perempuan itu menatap sinis Fely yang sedang berdiri didekat Barra, pria yang gadis itu taksir. Siapa lagi jika bukan Febri. Rupanya, Febri akan menginap dirumah saudaranya ini. Febri dan juga Erina, sepupunya memang sengaja memberhentikan penjual baso tusuk. Karna keduanya yang ingin ngemil makanan yang pedas. Mendengar suara penjual baso tusuk membuat mereka berfikir untuk menghentikannya. Fely tidak menghiraukan keberadaan Febri yang kini sudah ada didekatnya. Walau, dalam hatinya ia cukup menyayangkan persahabatannya dengan Febri harus terpecah begitu saja hanya karna seorang pria yang sudah berjodoh dengan Fely. "Bang buat dua porsi" ucap Fely dan juga Febri berbarengan. Penjual baso itu sontak menatap Fely dan Febri secara bergantian. "Oke siap" jawab penjual baso itu, sebut saja Bang Joko. Fely dan Febri benar-benar bersikap seolah mereka tidak mengenal satu sama lain. Karna, jika bukan Febri yang memulai duluan untuk jauh, mungkin saja keduanya masih bersahabat sampai saat ini. "Barra, itu penjual ice cream ya? Gue mau boleh ga?" Tanya Fely saat matanya menangkap gerobak ice cream yang lewat didepan mereka. Sontak Barra melihat kearah penjual ice cream itu. "Lo mau?" Tanya Barra. Fely menganggukan kepalanya. "Ya udah, tunggu disini biar gue beliin" ucap Barra. Fely menganggukan kepalanya dengan senyuman yang lebar. Hati Febri benar-benar panas kali ini saat melihat Barra yang menuruti permintaan Fely begitu saja didepannya. Rasanya, ia ingin dengan cepat masuk kembali kedalam rumah sepupunya itu, agar tidak melihat Fely yang tengah jalan bersama Barra, lelaki yang masih ia cintai. Beberapa saat kemudian, Barra sudah kembali dengan dua ice cream di tangannya. Kebetulan, pesanan baso tusuk Fely belum selesai. Jadi, Barra lah yang menghampiri gadis itu, bukan sebaliknya. "Ini mbak masing-masing dua porsi" ucap Bang Joko pada Fely dan juga Febri. "Berapa Bang?" Tanya Fely dan juga Febri secara berbarengan lagi. "Kalian ini temenan ya? Kompak bener dari tadi" tanya bang Joko. "Ngga, kita ga kenal" jawab Febri dengan cepat. Bang Joko hanya bisa menganggukan kepalanya. "Masing-masing 20 ribu" ucap Bang Joko pada Fely dan juga Febri. Lagi dan lagi hati Febri kembali panas kala Barra memaksa Fely untuk tidak mengeluarkan uang seperserpun karna Barra yang ingin membayarnya. Setelah Febri membayar makanannya, ia segera melengos masuk kembali ke dalam rumah, tanpa berpamitan pada Fely. Berbeda dengan Febri, Fely sangat puas melihat Febri yang tersiksa karna Barra yang selalu menuruti permintaannya. Bahkan, Barra yang sangat bertanggung jawab atas semua p********n makanan yang Fely inginkan didepan Febri. Fely sangat yakin, jika Febri sedang kepanasan sekali kali ini. "Kemana lagi?" Tanya Barra. "Gue mau ice cream nya dulu. Terus lanjut jalan ke taman. Siapa tau ada jajanan yang lain" jawab Fely. Barra hanya bisa menganggukan kepalanya lalu menuruti pemintaan Fely itu. *** Barra dan Fely kini duduk di salah satu kursi taman kompleks yang kosong. Itupun karna Fely yang memintanya dengan alasan Fely yang merasa pegal jika terus berjalan. Maklum, Fely tidak suka berolahraga seperti Barra. Jadi, jalan kaki seperti ini sama sekali tidak membuat Barra merasa lelah sama sekali. "Ish, sebel banget gue liat si Febri" gerutu Fely pada Barra saat ia mengingat wajah Febri. "Sut, udah jangan gitu ah biarin aja". "Apaan coba maksudnya dia ga kenal gue. Bener-bener itu anak minta gue hajar" Fely semakin kesal kali ini. "Udah, biarin gue bilang. Lagian, ga rugi juga kan kalo dia ga anggap kenal sama lo?" Tanya Barra. Fely menoleh ke arah suaminya itu. "Bener juga kata lo. Tapi, tetep aja gue kesel Barra". Barra menghela nafasnya lalu menarik Fely kedalam pelukannya. Tidak peduli dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang didepan mereka. Toh, kebayanyak yang datang kesini adalah orang yang tinggal di kompleks yang berdekatan dengan Barra. Jadi, mereka sudah dapat dipastikan tahu tentang hubungan Barra dan juga Fely. "Stt, udah ya biarin jangan di ladenin. Nanti juga dia cape sendiri. Belum lagi, pasti ada masa dia butuh sama lo, begitupun sebaliknya" ucap Barra sambil mengelus rambut Fely, agar istrinya itu sedikit tenang. Karna, biasanya pelukan Barra bisa sedikit menjinakan Fely yang sedang kesal ataupun marah. "Tapi gue kesel". "Iya, ga papa manusiawi. Tapi, jangan diladenin. Yang ada dia bakalan seneng kalo sampe lo kepancing emosi gitu aja karna kelakuannya". Barra masih berusaha menenangkan Fely. "Iya, iya bapak Barra Alman Said" Barra tersenyum simpul dengan tangannya yang masih asyik mengelus rambut Fely. Sedangkan Fely kini sudah sedikit tenang karna Barra yang berhasil membuat Fely nyaman berada didekapan pria itu. "Udah tenang?" Tanya Barra. Fely menganggukkan kepalanya. Lalu, sedetik kemudian, Barra melepaskan pelukannya pada Fely. "Gue mau cari jajanan lagi boleh ga?" Tanya Fely karna di taman banyak sekali penjual makanan yang sangat menggiurkan sekali itu. Barra tersenyum lalu menganggukan kepalanya. "Boleh, tapi jangan yang pedes ya. Kan tadi baso nya udah pedes" jawab Barra. Dengan semangat Fely menganggukan kepalanya. Setelah itu barulah ia berjalan menuju beberapa penjual makanan yang menurut Fely cukup menggugah selera. Tentu saja, Barra akan mengikuti langkah Fely, Karna kali ini Barra ingin semua makanan Fely Barra yang membayarnya secara langsung. Tidak seperti biasanya, Fely yang selalu membayar sendiri karna semua uang Barra yang diberikan pada Fely semuanya jika mereka jalan-jalan seperti saat ini. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD