Malam harinya, Barra mengajak Fely untuk jalan-jalan malam menggunakan motor. Tentu saja Fely mengiyakannya karna memang Fely sedang butuh udara segar. Kegiatannya yang cukup padat disekolah membuatnya sedikit jenuh dengan kegiatannya. Jadi, saat ini ia sudah berada diatas motor dengan Barra yang sedang memboncengnya.
"Mau makan nasi goreng dipinggir jalan ga? Gue tau loh tempat yang enak" ucap Barra.
"Boleh" jawab Fely.
Barra segera menancap gas motornya. Fely dengan refleks memeluk Barra, karna Barra yang mengendarai motornya dengan cukup kencang.
"Barra, gue masih mau idup" ucap Fely.
"Gue juga masih pengen lo idup. Ya kali gue belum dapet anak dari lo hahaha" ucap Barra sedikit bercanda. Fely dengan kuat mencubit perut Barra, sehingga membuat Barra sedikit meringis kesakitan.
"Aw, sakit gila lepasin" ucap Barra.
"Pelanin dulu motornya" ucap Fely.
Karna Fely yang masih nggan untuk melepaskan cubitannya, Barra akhirnya memelankan laju motornya. Ia masih sayang pada tubuhnya. Tidak ingin ada luka sedikitpun yang nanti akan mencoreng kulit mulusnya. Perlahan, Fely melepas cubitannya pada perut Barra. Tapi, ia masih melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya itu.
"Tapi, tempatnya yakin aman kan? Maksud gue, ga akan ada temen lo yang tiba-tiba dateng?" tanya Fely.
"Aman tenang aja" jawab Barra.
Beberapa saat kemudian, Barra menghentikan motornya tepat disamping penjual nasi goreng langganannya. Sebenarnya Barra sudah akrab dengan penjual nasi goreng ini. Tapi, membawa Fely kesini bukanlah hal yang buruk. Toh, selama ini Barra tidak pernah membawa wanita manapun. Jadi, tidak akan ada hal yang membuat Fely panas tentunya.
Barra dengan sengaja membuka helm Fely. Fely hanya diam saja saat Barra melakukannya. Walau hatinya kini cukup berdebar. Karna ini kali pertamanya Barra melakukan ini pada Fely. Setelah Barra melepas helmnya dan juga Fely, ia segera meraih jemari Fely untuk dibawanya memesan nasi goreng.
"Bang, mau nasi goreng special dua ya, jangan pedes biasa" ucap Barra lalu mengajak Fely duduk dikursi panjang yang sedang kosong.
"Widih, tumben bawa cewek Bar" ucap Mas Yono, penjual nasi goreng langganan Barra.
"Iya Bang, sekali-kali" jawab Barra. Fely hanya bisa tersenyum.
"Sekalinya bawa langsung yang bening ya Bar, hahaha" ucap Mas Yono yang mendapat kekehan dari Barra. Sedangkan Fely senang sekali kali ini karna ia dipuji oleh Mas Yono.
"Lo emang ga pernah bawa cewek kesini?" tanya Fely sedikit berbisik pada Barra. Dengan cepat Barra menggelengkan kepalanya.
"Ngga, paling mama doang" jawabnya. Fely hanya bisa menganggukan kepalanya. Ia percaya karna saat Fely diajak ke barbershop saja, Fely adalah wanita pertama yang Barra bawa. Jadi, untuk kali ini kemungkinan saja benar jika hanya Fely yang Barra ajak kesini.
"Kenapa? Lo ga percaya ya?".
"Kata Pak Tio, lo pernah bawa cewek ke rumah. Ya kali lo ga pernah bawa mantan-mantan lo ke tempat-tempat yang sering lo kunjungin" jawab Fely yang berkata seadanya.
"Mantan gue mah ga banyak. Ya, giliran mau nyari lagi, malah dinikahin sama lo. Bayangin aja nih, gue tuh mau keluarin skil PDKT gue ke cewek-cewek. Eh, sekarang ga bisa karna gue ga perlu PDKT lagi, kan udah dapet, sampe kedalemnya lagi" ucap Barra. Fely mendengus.
"Awas ya lo, sampe lo PDKT sama cewek lain" ucapnya yang mendapat kekehan dari Barra.
"Takut banget ya?" Tanya pria itu. Fely tidak sempat menjawabnya. Karna Mas Yono sudah datang membawakan pesanan mereka berdua.
"Makasih mas" ucap Fely dengan lembut.
"Sama-sama...".
"Fely, panggil aja Fely" ucap Fely yang mengerti jika Mas Yono ingin memanggilnya. Mas Yono tersenyum.
"Ya udah, saya buatin pesenan lagi buat yang lain ya" ucap Mas Yono yang memang saat ini sedang ada yang memesan nasi gorengnya lagi.
Fely dan Barra menganggukkan kepala mereka. Lalu keduanya memilih untuk menyantap nasi goreng special yang sudah Barra pesankan itu.
***
Selesai makan nasi goreng, tentu saja Fely mengajak Barra untuk pergi membeli ice cream. Kebetulan juga, stock ice cream dirumah mereka sudah habis. Ya, Fely dan Barra sama sama penyuka ice cream. Dan mereka juga sama-sama menyukai ice cream stroberi. Jadi, jangan heran jika isi kulkas mereka dipenuhi dengan ice cream stroberi.
"Sekalian beli buat dirumah ya? Udah abis soalnya" tanya Fely pada Barra saat keduanya sudah berada di mini market. Barra menganggukan kepalanya.
"Iya, berarti langsung pulang dong?" Tanya Barra. Fely menganggukan kepalanya. Lalu ia segera mengambil beberapa ice cream bervarian rasa. Tapi, tetap saja ice cream stroberi lah yang paling banyak Fely bawa disini.
"Ga mau cari jajanan yang lain dulu? Maksud gue biar nanti aja beli ice cream nya kalo lo mau beli cemilan?" Tanya Barra saat Fely terus menyimpan beberapa ice cream ke dalam keranjang merah yang sedang Barra jingjing itu.
"Ga deh, kayanya masih ada. Ini aja" jawab Fely. Barra hanya menganggukan kepalanya. Lalu ia dan Fely segera berjalan menuju kasir. Membayar semua ice cream yang Fely pilih. Lalu segera bergegas pergi keluar minimarket dan pulang kerumah mereka. Karna Fely dan juga Barra sudah memutuskan untuk menikmati ice cream dirumah saja.
***
Keesokan harinya, rutinitas seperti biasa Fely dan anak dance yang lainnya memulai latihan. Mengingat mereka yang akan tampil di beberapa acara dalam waktu yang berdekatan, membuat mereka kini semakin gencar latihan. Tapi, latihan kali ini benar-benar sangat tertutup sekali. Ruangan dance kembali dikunci seperti sedia kala. Katanya, agar menjadi surprise untuk penonton saat mereka tampil nanti.
"Guys, sorry banget ya gue bakal gencarin latihan. Gue ga mau penampilan kita ngecewain penonton. Apa lagi buat tampilan kita lomba nanti. Gue harap, dengan banyaknya kita latihan kita bakalan makin kompak" ucap Fely sebelum semuanya memulai latihan.
Pertama-tama, Fely meminta anggotanya untuk memulai latihan koreo untuk PORAK nanti, setelah itu untuk demo ekskul, lalu diakhiri dengan koreo untuk perlombaan nanti.
"Kita mulai buat tampil di pembukaan PORAK ya. So, guys, siap-siap buat nanti atur formasi" ucap Fely lagi.
Lalu, Fely, Nindi, Clarin dan juga Kai mulai mengatur formasi. Karna, mereka berempat akan menari dari awal musik mengalun sampai akhir. Sedangkan delapan orang yang lainnya akan tampil di menit-menit terakhir irama musik.
Gerakan demi gerakan sudah mereka lakukan. Sampai dimana semua anggota yang terlibat di koreo ini ikut menari. Suara tepuk tangan dari delapan anggota dance yang lain, dimana mereka akan ikut menari saat demo ekskul nanti bergemuruh. Mereka menatap takjub pada teman dance mereka. Memang sangat layak sekali dance Palm High School untuk menjadi juara.
"Oke, next kita latihan buat demo ekskul nanti. But anyway, kita better istirahat dulu ya 30 menit aja buat beli minum atau ke toilet" ucap Fely yang mendapat anggukan dari semuanya.
Fely dkk juga memilih untuk pergi kekantin saja. Mengingat mereka akan menari 3 koreo sekaligus hari ini. Belum lagi, latihan yang akan kembali diulang saat pulang sekolah nanti.
***
"Dan apa bila, tak bersamamu ku pastikan kujalani Dunia, tak seindah kemarin" Luthfi bernyanyi lagu berjudul Komang, yang dinyanyikan oleh Raim Laode. Tidak lupa dengan ketukan tangannya dan juga teman-temannya yang lain tepat saat mereka berada dikantin.
"Sederhana tertawamu sudah cukup, lengkapi sempurnanya hidup bersamamu" kini Kamal bernyanyi dengan suara paspasannya.
"Sebab kau terlalu indah dari sekedar kata. Dunia berhenti sejenak menikmati indahmu..." Kini bagian Barra yang bernyanyi dengan suara yang cukup lumayan. Dengan kerasnya juga Barra bernyanyi sampai saat Fely dkk datang kekantin bisa mendengar suara Barra.
"Pantes aja nih meja sering rusak. Ketauan biang keroknya siapa" komentar Nindi saat melihat Barra dkk yang masih saja memukuli meja mereka untuk mengikuti alunan lagu yang para lelaki itu nyanyikan.
"Tapi, suara si Barra lumayan juga" sahut Clarin.
"Ya udah yu ah, pesen minum. Waktu kita juga ga banyak nih" Fely mengajak teman-temannya untuk segera membeli minum. Karna Fely yang sudah sangst haus.
Setelah keempat gadis itu mendapatkan pesanan mereka, mereka memilih untuk duduk di meja yang kosong. Mulailah para lelaki yang sejak tadi bernyanyi itu mengganggu Fely dkk yang duduk didekat mereka.
"Hay ladies" sapa Ansell dengan genitnya. Tidak ada yang menyahuti sapaan Ansell. Membuat Ansell kesal sendiri, sementara teman-temannya yang lain hanya bisa mentertawakan Ansell.
"Hahaha, lagian cewek bar-bar kaya mereka di sapa" komentar Nizam pada Ansell. Ansell hanya bisa memanyunkan bibirnya saja.
"Fely, kita boleh liat ga latihannya?" Tanya Kamal pada Fely. Fely menoleh sebentar untuk menjawab pertanyaan dari lelaki yang masih saja mengejarnya sampai sekarang.
"Ngga, kali ini rahasia. Liatnya nanti aja pas PORAK, biar jadi kejutan buat penonton" jawab Fely lalu kembali membenarkan posisinya. Karna ia tadi sempat membalikan badannya untuk mengarah ke arah lelaki yang ada dibelakangnya.
"Yeu, pelit amat lo. Gue mau ketemu si Fanya" jawab Ansell yang rupanya masih dekat dengan adik kelasnya itu.
"Lah anying masih aja deket. Gue kira udah ngga. Karna lo kapok abis anterin dia malah keabisan bensin" ucap Barra yang mengungkit kejadian beberapa minggu yang lalu, dimana Ansell memintanya untuk menyusul Ansell yang kehabisan bahan bakar untuk mobilnya setelah jalan bersama Fanya.
"Anjir sumpah lo Barr?" Tanya Vino tidak percaya. Pasalnya, Ansell tipikal lelaki yang gengsi untuk terlihat tidak punya uang didepan wanita. Mendengar Ansell sampai kehabisan bensin, ditambah setelah mengantarkan perempuan tentu saja sangat merusak citra Ansell.
"Iya anying. Kasian banget dia waktu itu, diem dipinggir jalan nungguin gue susulin dia" jawab Barra.
Ansell Kini kesal pada Barra, karna temanny itu malah membuka aibnya. Padahal, Ansell sudah lega karna saat itu Barra tidak pernah mengungkit kejadian yang cukup memalukan itu. Tapi, saat ini teman-temannya yang lain jadi mengetahui hal tersebut karna Barra yang membocorkannya.
"Anjir lah Barr, udah kenapa jangan di ungkit terus" protes Ansell pada Barra.
"Muka aja ganteng, penampilan oke. Ngapelin cewek keabisan bensin" ledek Haykal yang kebetulan duduk sangat dekat dengan Ansell.
"Diem lo Kal, ga gue anterin balik tau rasa" jawab Ansell.
"Yeu, masih ada si Barra hahahhaha" jawab Haykal yang memang hari ini ia sengaja tidak membawa mobil ataupun motor kesekolah karna dirinya yang malas menyetir.
"Lah jadi gue?" Tanya Barra.
"Bantuin temen mah ga papa" jawab Haykal dengan santainya.
Ketujuh lelaki itu kini kembali bernyanyi. Membisingkan kantin sekolah yang kini mulai ramai karna banyaknya siswa yang datang. Tapi, kedatangan mereka sama sekali tidak menggoyahkan ketujuh lelaki ini untuk terus bernyanyi sesuai keinginan mereka.
***
Fely menghampiri Barra yang sedang menunggunya di halte sekolah. Ntah kemana Mobil pria itu saat ini. Dan beruntung, Barra juga kini mengenakan hoodie yang dimana dengan sengaja Barra pakai untuk menutupi kepalanya saat mobil teman-teman Fely lewat.
Fely keluar dari mobilnya lalu menghampiri Barra yang masih asyik menundukan kepalanya untuk melihat layar hp yang ada ditangan pria itu. Fely juga kini memilih untuk duduk didekat Barra. Membuat suaminya itu kini menoleh kearahnya.
"Mobil lo kemana sih?" Tanya Fely langsung.
"Di rumah, gue kesini dianterin Pak Tio" jawab Barra yang langsung memasukan hp nya kedalam saku hoodie yang ia pakai.
"Terus, tujuan lo ke sini itu apa?" Tanya Fely lagi.
"Ya jemput lo lah bego" Barra sedikit mendorong kepala Fely dengan satu telunjuknya. Membuat Fely kini memanyunkan bibir gadis itu.
"Sini, mana kuncinya" Barra mengadahkan tangannya, meminta Fely untuk menyerahkan kunci mobil istrinya itu. Dengan kenurutannya terhadap Barra, Fely menyerahkan kunci mobilnya pada Barra.
Barra meraih jemari Fely. Mengajak istrinya itu untuk masuk kedalam mobil. Lalu keduanya segera meninggalkan area sekolah yang sudah sangat sepi itu.
***
"Tumben amat sih lo jemput gue. Mana ga modal lagi ga bawa mobil" ucap Fely diakhiri dengan cibiran. Barra mendelik tajam.
"Heh, bersyukur suami lo itu pengertian. Dia tau lo cape latihan, makanya dia inisatif buat nyetirin mobil" jawab Barra.
Fely menoleh pada Barra dengan tatapan menggodanya. Sebegitu pedulinya kah Barra padanya? Sampai, Fely saja dibiarkan untuk beristirahat dengan nyaman saja disebelahnya.
"Ciee, peduli amat sih suami gue" goda Fely sambil mencolek dagu Barra. Dengan segera Barra menepis tangan Fely.
"Diem tangannya" ucap Barra.
Bukannya menurut, Fely justru semakin menggoda Barra. Sampai Barra jengah sendiri dengan kelakuan dari istrinya itu. Tapi, Fely justru terus tertawa melihat Barra yang seperti tidak nyaman itu.
"Felysia Inez Gianina diem" ucap Barra dalam satu tarikan nafas.
Baru kali ini, Fely tidak takut saat Barra menyebutkan nama lengkapnya. Justru, Fely semakin gencar menggoda Barra. Walau Barra dengan terus-terusan menepis tangan Fely yang masih saja asyik mencolek dagunya.
Fely pada akhrinya capek sendiri. Ia memilih untuk menyenderkan punggungnya pada senderan jok mobil. Tanpa sadar rasa kantuk menghampirinya. Perlahan, Fely memejamkan matanya.
Barra memperhatikan Fely yang kini sudah mulai terlelap. Ia tidak berani untuk mengganggu Fely. Karna, mungkin istrinya itu benar-benar kecapean. Sampai, Fely tertidur dengan pulas saat perjalan pulang kerumah mereka.
Barra tersenyum lalu mengelus rambut Fely dengan lembut. Hatinya selalu tenang kala melihat Fely yang sedang tidur dengan wajahnya yang sangat tenang itu. Karna, raut wajah yang tidak bisa Barra lihat saat Fely sudah terjaga. Istrinya itu selalu menampakan wajah yang cukup arogan. Sehingga membuat gadis itu terlihat judes, tapi padahal kenyataannya tidak sama sekali.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part