bc

Young Marriage

book_age18+
56
FOLLOW
2.6K
READ
love-triangle
HE
fated
confident
bxg
lighthearted
brilliant
city
highschool
friends with benefits
office lady
like
intro-logo
Blurb

Sebuah pernikahan dini, apalagi saat masih berusia 17th mungkin tidak pernah terbayangkan oleh siapapun. Dimana harus mengorbankan masa depan demi sebuah perjodohan konyol kedua orang tua mereka ketika remaja.

Fely dan Barra kedua murid yang terpaksa harus menikah karna permintaan konyol kedua orangtua mereka. Keduanya satu sekolah tapi tidak saling kenal dekat, bertegur sapa saja tidak pernah. Harus menikah paksa tanpa dihadiri para sahabat bahkan keluarga besar pernikahan berlangsung.

Dan harus bersikap seolah olah tidak mengenal satu sama lain setelah menikah, itu hal yang sangat tidak mudah dilakukan.

***

Nb : mengandung kata non baku

chap-preview
Free preview
Part 1
Suasana makan malam sangat khidmat dikeluarga Raditya. Damai serta kehangatan sangat terasa disini. "Fely" ucap Winda, sang bunda kepada putri semata wayangnya, sebut saja Felysia Inez Gianina. Remaja yang baru saja menginjak usia 17tahun. Berparas cantik dengan rambut panjang pirang serta poni kuda. Yang kerap disapa Fely. "Kenapa Mom?" tanya Fely. "Pulang sekolah kamu jangan main ya, langsung pulang Mommy ga mau tau. Ada hal penting yang harus dibicarakan!!" Fely mengerutkan kedua alisnya, bingung. "Kenapa sih Mom? Fely udah ada janji sama Nindi buat ke toko buku!" tolak Fely. "Pokonya kamu harus nurut sama Mommy, atau uang jajan kamu Mommy potong!!" ancam sang bunda yang berhasil membuatnya bungkam. *** Mentari telah muncul dari persembunyiannya. Ayam pun sudah mulai berkokok pertanda pagi telah tiba. Fely membuka matanya, kala sinar matahari pagi masuk kedalam retina matanya. Ia segera beranjak untuk mandi dan bergegas menuju sekolah. *** "Morning mom, dad" sapa Fely pada orang tuanya yang sudah berada di meja makan. "Morning darl" jawab sang bunda. "Fely sayang, jangan lupa sama ucapan Mommy semalem" "Ada apa sih mom? ga bisa diceritain sekarang apa??" "Sekarang kamu sekolah dulu sayang nanti kesiangan" ucap Radit. "Batalin janji kamu sama Nindi, kan bisa kalian berangkat besok" "Iya iya mom" "Fely udah selesai, Fely berangkat dulu ya mom, dad bye!! Love you guys" ucap Fely mencium pipi kedua orang tuanya bergantian, sebelum ia pergi. Winda dan Radit saling bertatap, lalu tersenyum. "Mommy yakin atas keputusan Mommy?" tanya Radit. "Ini yang terbaik Dad" *** Sesampainya disekolah, Fely memarkirkan mobilnya ditempat biasa. Ia segera menuju kelasnya. "Fely" teriak seseorang dari arah belakangnya. Sontak Fely menghentikan langkahnya, dan berbaik badan. Mendapati seorang sahabatnya yang tengah berjalan menuju kearahnya. "Barengan yu" ucap sahabatnya, sebut saja Kaila Sherly Syfabella yang kerap dipanggil Kai atau Kaila. "Tumben lo ga kesiangan" ucap Fely setelah mereka melanjutkan perjalanan. Kai mendelik. Sedangkan Fely terkekeh melihatnya. "Sekali ini jadi anak baik lah, bosen juga gue harus debat sama Pak Yono" jawab Kai yang mendapat kekehan dari Fely. Tidak butuh waktu lama keduanya sampai dikelas. Fely dan Kai duduk di kursi yang dimana Fely duduk didepan Kai, karna Fely yang satu bangku dengan Clarinta Ramania, yang biasa dipanggil Clarin. "Tumben lo beruda barengan" ucap salah satu sahabat mereka yang berambut panjang. Tinggi dengan tubuh yang sedikit berisi, sebut saja Anindira Maheswari, yang biasa disapa Nindi. Yang dimana, Nindi duduk sebangku dengan Kai. "Ketemu dikoridor" jawab Fely sekenannya. "Eh Nin, ke toko bukunya besok aja ya, gue disuruh balik cepet sama nyopkap" ucap Fely pada Nindi yang duduk di belakangnya. "Yah, gapapa deh Fel besok aja" "Lo berdua mau jalan ga ngajak-ngajak kita" ucap Kai yang duduk disebelah Fely. "Tau lo berdua, udah lupa ya sama kita" ucap Febri "Lebay lo pada, kita cuma ke toko buku doang juga" jawab Fely. Percakapan terus berlangsung sampai Bu Maya guru mata pelajaran sejarah datang pertanda pembelajaran akan segera dimulai. *** Jam istirahat telah tiba. Semua siswa siswi berhamburan keluar kelas. Ada yang pergi ke perpustakaan guna membaca buku, ada yang pergi ke lapangan indoor guna berolahraga, biasanya para lelaki. Tapi tetap saja kantin merupakan tujuan utama dari mayoritas siswa Palm High School. Tidak terkecuali Fely dkk. Mereka segera menyerbu kantin setelah 4jam pelajaran berkutat dengan buku dkk. Menempati meja di paling pojok, karna kantin sudah penuh. "Lo pada mau pesen apa?" tanya Clarin. "Gue mau batagor aja" jawab Kai. "Samain aja!!" ucap Nindi. "Semuanya?" tanya Clarin memastikan. Semuanya mengangguk. "Minumnya terserah gue aja ya" ucap Clarin sebelum beranjak dari sana. Beberapa saat kemudian, Clarin datang dengan nampan berisi pesanan mereka. "Woy, makan apa lo Nyet" ucap seorang lelaki yang tiba-tiba saja duduk disebelah Fely. Fely menoleh sebentar. Ia tidak merasa tersinggung sama sekali. Karna sudah terbiasa akan ulah sahabatnya itu, sebut saja Vino. "Lo kaya setan tau ga, muncul tiba tiba!!" ucap Kai. "Kantin nya penuh, eh gue liat disini masih kosong, yaudah kesini aja gue!!" "Best friend lo kemana? Biasanya lo nempel mulu sama dia kaya pasangan Gay" ucap Fely setelah menelan batagornya. "Kampret lo ngomong ga pake bismillah!!" ucap Vino menjitak kepala Fely. Semua tertawa mendengat penuturan dari Fely. Membuat Vino semakin dongkol saja. "Diem lo pada". *** Jam sudah menunjukan pukul 2 siang, pertanda sudah selesailah KBM pada hari ini. Fely dkk segera menuju parkiran sekolah, karna sedari tadi sang bunda memberi pesan agar pulang langsung ke rumah. "Yakin nih Fel kita ga nongkrong dulu?" tanya Febri. "Nyokap gue udah bawel nih, males gue kalo udah kaya gini" ucap Fely yang sudah berada di samping mobilnya. "Ga asik lo Fel!!" ucap Nindi. "Sorry" "Yaudah lah yu balik, kerjain juga itu PR, jangan idup ga bener terus lu pada" ucap Kai so benar, padahal dirinya juga jarang mengerjakan PR di rumah. Perlu kalian ketahui, Fely dkk memang termasuk murid yang sagat baik. Baiknya disini, tidak pernah bolos saat jam pelajaran. Tapi untuk urusan tugas, mereka adalah sohib yang paling kompak sejagat raya. Jika salah satu tidak mengerjakan PR, selain memeberikan contekan, mereka tidak akan mengumpulkan tugasnya. Sudah bukan rahasia public lagi jika nilai mereka selalu sama jika sedang ulangan, pengerjaan tugas, pengerjaan PR. Kecuali ulangan lisan, saat itulah kecerdasan mereka di uji. "Kaya lo suka ngerjain di rumah aja" ucap Clarin. "Wish gue mau tobat sekarang. Udah mau naik ke kelas 12 masa gini mulu dah ga ada rubah nya". "Berubah jadi wonder women iya!! ahahaha" celetuk Nindi. Kaila menatap tajam Nindi. "Becanda beb". "Udah ya ah, gue ga mau dapet ceramah akbar dari nyokap!! Bye see you guys" ucap Fely sebelum ia masuk mobil. "Yaudah tihati loo" ucap Febri sebelum Fely meninggalkan parkiran. "Yaudah deh gue juga balik" ucap Febri mendekati mobilnya. "Eh Feb tunggu gue ikut" ucap Clarin. *** Setibanya di rumah, Fely langsung menghampiri kedua orang tuanya yang sudah berada di sofa. "Ada apa sih Mom nyuruh aku pulang cepet?" tanya Fely yang kini sudah duduk disamping wanita paruh baya itu. "Mommy mau ngomong serius sama kamu". "Mommy punya sahabat, dan kami sahabatan dari SMP, ini memang terdengar konyol, tapi kami pernah berjanji jika kami akan menjodohkan anak kami jika berbeda kelamin" lanjutnya. "Maksud Mommy apa?" "Udah mendingan kamu ganti baju, terus bantuin Mommy buat persiapan makan malem sama tamu special Mommy" "Tamu special?? siapa?" "Calon suami kamu!!" Fely menyergit, bingung. Calon suami? Siapa yang mau nikah? Dirinya masih sekolah. "Calon suami kamu, kamu siapa Mom?" tanya Fely. "Calon suami kamu Fel!!!" "Mommy ini ngomong apaan sih? Calon suami apa? Fely bisa cari pacar sendiri!!" "Mommy ga akan restuin itu, karna Mommy udah pilihin calon buat kamu!!" "Ngga Fely ga mau!!" tolak Fely keras. "Ini udah perjanjian Mommy sama sahabat Mommy dari SMP, kita dulu janji kalo misalnya anak kita cewe cowo akan dijodohkan saat 17th" jelas Winda "Ini itu bukan zaman siti nurbaya Mom!! Lagian Fely masih sekolah!! Fely ga mau!!" Fely terus saja menolak. Jelas saja. Siapapun tidak akan mau jika dijodohkan dengan orang yang tidak kita cintai, jangankan cinta, kenal saja tidak. Fely yang bersikeras menolak sampai kini percakapannya dengan sang bunda menjadi berdiri. Sedangkan Winda terus membujuk putri semata wayangnya itu menuruti perintahnya. "Fely ini yang terbaik!!" "Yang terbaik buat Mommy bukan buat Fely kan? Lagi juga Fely ga kenal sama dia!!" "Dia satu sekolah sama kamu. Pokonya kali ini kamu harus nurut!!" "Mommy ko maksa sih?" "Karna ini yang terbaik buat kamu!! Kamu ga sayang sama. Mommy?" tanya Winda memelas. Ntah harus dengan cara apalagi agar Fely menurutinya. Sedangkan Fely tidak tega melihat sang bunda memela, akhirnya mau tidak mau ia menuruti permintaan konyol Winda. "Ok, Fely harus tau dulu siapa nanti yang akan jadi calon suami Fely, kalo kita sama sama ga mau, Mommy ga boleh paksa kita!!" "Ok!! Kalo gitu kamu istirahat aja, biar Mommy yang siapin semuanya". Fely mengangguk. "Fely ke kamar dulu" *** Waktu sudah menunjukan pukul 19.00 WIB. Fely sudah siap menyambut kedatangan keluarga calon suaminya. Calon suami. Mengingat itu membuat Fely agak kesal. Mimpi apa dia semalam akan di jodohkan dengan lelaki yang sama sekali tidak ia kenal. Kalaupun dia tau akan sosok lelaki itu, pasti mereka tidak pernah saling sapa. Fely mencubit tangannya. Semoga saja ini mimpi. "Aww" ringisnya. Berarti ini kenyataan bukan mimpi. Tok tok tok Suara pintu diketuk. Fely menoleh kearah pintu. Ia menata kembali rambutnya. Melihat riasannya sudah perfect atau tidak. Fely berjalan mendekati pintu kamarnya. Tanpa ba bi bu ia membuka pintu yang dimana sudah ada sang bunda yang berdiri didepan kamarnya. "Kamu cantik banget sayang" ucap Winda yang takjub melihat putrinya saat ini. Fely yang malam ini mengenakan dres berwana abu abu, rambut yang ia gerai serta make up yang tidak berlebihan. Terlihat fresh sekali wajahnya. Membuat Winda sendiri pangling. "Iya dong siapa dulu, Felysia Inez Gianina" ucap Fely penuh percaya diri. Winda memutar kedua bola matanya. Kumat lagi over PD nya. "Yaudah ayo, keluarga calon suami kamu udah dateng" ucap Winda. Fely sebenarnya tidak yakin akan pilihannya. Tapi, berbakti pada orang tua kan wajib. Tapi, apa harus mengorbankan masa mudanya dengan cara menikah walaupun masih tetap sekolah. "Mom Fely deg degan!" "Santai aja Fel, anaknya temen Mommy ganteng kok!!" Lalu keduanya turun kebawah. *** Fely dan Winda menghampiri Radit dan keluarga calon besannya yang tengah duduk di sofa. Winda tersenyum kala melihat remaja seumuran dengan Fely yang duduk disamping sahabatnya, Lita. Fely sudah yakin, jika remaja itu yang akan menjadi suaminya. Pria yang kini duduk diantara kedua orang paruh baya, yang Fely yakini, bahwa mereka calon mertuanya. Pria itu menatap Fely. Fely yang menyadari langsung menundukan kepalanya. "Ayo Fel, salam sama tante Lita sama om Heru" ucap Winda. Fely mengangguk sebelum ia menyalami kedua calon mertuanya. "Sini duduk" ucap Winda. "Iya Mom" Fely menurut, lalu duduk diantara Mommy dan Daddy nya. "Ini Fely, anak aku" ucap Winda yang mengenalkan Fely kepada calon besannya, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. "Cantik! Ga salah aku pilih menantu" ucap Lita yang membuat Fely bersemu malu. "Anak kamu juga ganteng, Barra kan namanya?" Jawab dan tanya Winda. Barra yang mendengar pujian dari calon mertuanya tersenyum. Sebenarnya ia telah menolak, tapi sama halnya dengan Fely, Barra tidak suka melihat jika ibunya memelas. *Flashback on* Barra tengah bermain PS di dalam kamarnya. Sepulang dari sekolah, ia memang tidak ada kegiatan apapun. Akhirnya ia berdiam diri di rumah dengan bermain PS, menghilangkan rasa bosannya. Tok tok tok Suara pintu kamarnya diketuk. Barra masih saja fokus dengan PS nya. Enggan untuk membuka pintu. Tok tok tok Sekali lagi pintu diketuk. "Elahh, siapa sih" gerutunya. "Masuk, ga dikunci kok!!" Ucap Barra. Tidak lama masuklah wanita paruh baya menghampirinya. Barra menoleh sebentar sebelum ia kembali fokus pada PS nya. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepalanya setelah ia duduk disamping putranya. Sebut saja Lita, Mama Barra. "Barra mama mau ngomong serius" Barra mengangguk. Matanya masih saja fokus pada layar. "Barra malam ini kamu akan mama kenalin sama cewe pilihan mama" lagi-lagi Barra mengangguk. "Mama akan jodohin kamu sama anak sahabat mama!!" Ucap Lita to the point. Barra yang tadi selalu fokus pada PS kini mengalihkan pandangannya pada sang bunda. Barra memicingkan matanya. "Mama kalo becanda jangan kaya gini deh" "Mama ga becanda Barra! Kamu udah 17th jadi mama akan tepatin janji mama sama sahabat mama" "Tepatin janji??" "Mama punya sahabat, dan kita dulu janji akan menikahkan anak kita jika anak kita udah 17th" "Barra ga mau ma, Barra masih sekolah, nanti mau dikasih apa dia sama Barra?" Tanya Barra. "Barra, usaha Papa yang tempat latihan basket itu akan papa serahin sama kamu setelah kalian menikah!! Penghasilan dari sewa tempat latihan nantinya akan menjadi milik kamu, ditambah beberapa caffe punya papa itu akan diurus balik nama atas nama kamu sayang" ucap Lita panjang lebar. "Ma, Barra ga yakin. Lagian mama ada ada aja sih, masa masih sekolah udah disuruh nikah!!" Tolak Barra. "Barra, ini perjanjian mama dulu sama sahabat mama. Lagian anaknya cantik ko, satu sekolah juga sama kamu. Pokonya kamu ga akan nyesel sama pilihan mama ini" Barra tidak menanggapi lagi. Ia kembali fokus sama PS nya yang sempat tertunda. "Barra ga sayang sama mama?" Tanya Lita dengan muka yang dimelaskan semelas mungkin. Menarik simpati sang putra. "Mama ngomong apa sih? Barra sayang ko sama mama" "Yaudah nurut sama mama". Barra menoleh. Melihat wajah melas sang bunda membuatnya iba. Dengan berat hati ia mengangguk. "Yaudah Barra mau" Lita tersenyum bahagia. Akhirnya impiannya berbesanan dengan sahabatnya terwujud. "Yaudah nanti malem kita akan ke rumahnya, kamu yang ganteng biar dia mau sama kamu" Barra mendelik. "Barra udah ganteng ma" "Iya iya anak mama ganteng" *Flashback off* "Yaudah sebelum ngobrolin masalah perjodohan, mendingan kita makan malem dulu" ucap Winda yang mendapat anggukan dari semuanya. *** Selesai makan malam kedua keluarga kembali keruang tamu, guna membicarakan perihal perjodohan Barra dan Fely. "Jadi, rencana pernikahannya kapan berlangsung?" Tanya Lita. "Sebentar ma, tanya Barra sama Fely dulu. Mereka udah saling kenal atau belum?" Tanya Heru. Fely dan Barra saling tatap. Fely sudah tau siapa Barra. Di Palm High School siapa sih yang ga tau sama salah satu most wanted sekolah? Jelas Fely tau, tapi mereka tidak pernah saling sapa. Sedangkan Barra hanya tau Fely satu sekolah dengannya. Karna mungkin pernah berpaspasan di kantin, atau tempat yang lain di sekolah. Keduanya menggeleng dengan kompak. "Yaudah kenalan dulu" Lita menyenggol tangan putranya agar mengulurkan tangan kepada Fely. Fely menerima uluran tangan Barra dengan ogah ogahan. Padahal gue tau siapa dia, ngapain harus kenalan, fikirnya. "Barra" "Fely" Keduanya lalu melepaskan jabatan tangan mereka. "Jadi baiknya kapan pernikahan ini dilaksanakan?" Tanya Winda. "Secepatnya lebih baik, iya kan Pa?" Tanya Lita pada suaminya. "Kalo saya gimana baiknya aja" jawab Heru sekenannya. "Gimana kalo minggu depan?" Usul Winda. "Apa itu ga kelamaan Win? Ini acaranya ga akan gede gedean kan, mengingat mereka masih sekolah" ucap Lita. "Tiga hari kayanya cukup ya buat persiapan" lanjutnya. Barra dan Fely membelalakan mata. Belum apa apa udah mau nikah dalam hitungan hari. Mimpi apa mereka semalam, baru saja menyetujui akan dijodohkan, tiga hari kedepan sudah sah menjadi sepasang suami istri. "Gimana Dad?" Tanya Winda pada Radit. "Kalo emang baiknya kaya gitu" jawab Radit sekenannya. "Maaf, apa bisa Fely ngobrol dulu sama Barra?" Tanya Fely. Semua menoleh pada Fely lalu tersenyum, kecuali Barra. Ekspresinya masih terlihat kaget atas keputusan kedua orang tua serta kedua calon mertuanya. "Boleh banget sayang, biar kalian makin akrab" ucap Lita dengan semangat. Fely mengkode Barra dengan menggerakan matanya. Barra yang sudah faham akhirnya bangkit berdiri diikuti Fely. "Kita ke belakang dulu" pamit Fely. *** Fely dan Barra kini sudah berada di taman belakang rumah Fely. Keduanya duduk di kursi taman. Kecanggungan menyelimuti keduanya. "Ekhem" Fely berdehem kala ia merasakan tenggorokannya agak kering. Barra menoleh pada Fely. "Mau ngomongin apa?" Tanya Barra. "Lo serius terima perjodohan ini?" Tanya Fely to the point. Barra terdiam. Ingin sekali rasanya ia mengungkapkan bahwa ia belum sepenuhnya siap. Tapi, mengecewakan sang bunda sangat dihindarinya. "Kalo lo sendiri?" Tanya Barra. "Gue ga bisa nolak permintaan Mommy. Apalagi Mommy mohon banget biar kita nikah" "Ya sama, gue juga ga mau bikin mama kecewa" Keduanya terdiam sejenak. Mencoba menenangkan fikirian masing masing. "Setelah nikah nanti, gue mau tinggal disini" ucap Fely. Barra menoleh. "Enak aja, nyokap gue kasian sendirian di rumah. Bokap gue kan kerjanya di Bekasi. Pulang ke rumah cuman seminggu dua kali, itupun kalo misalnya sempet". Perdebatan terus terjadi sampai akhirnya mereka membuat kesepakatan bersama. Sebelum keduanya kembali ke dalam rumah. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment❤  See you in the next part guys

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

After That Night

read
13.4K
bc

The CEO's Little Wife

read
653.7K
bc

Revenge

read
28.1K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
15.1K
bc

BELENGGU

read
68.0K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.9K
bc

Pak Bos Gila Jadi Jodohku

read
90.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook