Part 66

3613 Words
Sore harinya, tepat setelah pemasangan tenda semua siswa dibebaskan untuk melakukan apapun. Seperti Fely dkk yang kali ini memilih untuk membeli mie instan cup di warung yang berada dekat dengan bumi perkemahan. Disana juga ada Barra dkk yang sedang merokok bersama Pak Rahmat. Karna ini diluar sekolah, jadi Pak Rahmat tidak menegur mereka. "Gila, asepnya tebel banget" sindir Fely pada Barra yang ntah sudah habis berapa batang rokok yang pria itu hisap. Fely mengibas-ngibaskan mie nya yang dimana memang mengeluarkan asap kecil saja. Barra yang mendengar itupun sontak membuang rokonya. Karna ia tahu jika Fely kurang menyukai dirinya yang perokok. Maka, jarang sekali Barra merokok didepan Fely. Hanya sesekali saja dan itupun jika Barra sangat menginginkannya. Kata Fely, itu tidak baik untuk kesehatan Barra. Tapi, merokok itu hal yang paling nikmat yang Barra bisa rasakan selama ini. "Dikit juga elah, lagian tumben lo beli yang kuah" jawab Nindi yang tidak mengerti jika ucapan Fely itu hanya untuk menyindir saja. "Lagi mau yang anget" jawab Fely sekenannya. "Fel, sini gabung masa jauhan kaya musuh aja" ucap Vino. Fely menoleh kearah temannya itu. "Ngga" jawabnya singkat. Lalu Fely segera menikmati mie instannya itu yang mulai dingin. "Sini lah Fely cantik, duduk deket abang Kamal. Kan dari tadi di bus lo sama si Barra mulu" ucap Kamal dengan akhir kalimatnya ia mengucapkan dengan delikan tajam pada Barra yang duduk didekatnya. "Yeu, masih aja dibahas" jawab Barra. Fely tidak mengindahkan ucapan Kamal. Ia memilih untuk menikmati mie instannya dengan tiga temannya yang lain. Karna, Fely sedang malas untuk menanggapi Kamal yang terus saja berusaha mengajaknya berbicara. Sampai dimana, datanglah Jihan bersama Febri menghampiri Barra dkk. Dengan cepat Fely memasang mata dan juga telinganya untuk melihat dan mendengar maksud dan tujuan dua gadis itu datang menghampiri ketujuh lelaki ditambah Pak Rahmat itu. "Barra, aku sama Febri boleh duduk disini kan?" Tanya Jihan. Nah kan, Jihan pasti akan berbicara pada Barra. Belum lagi, Jihan yang masih menggunakan 'aku-kamu' pada Barra. Jijik sekali rasanya Fely mendengarnya. Padahal, pada semua orang Jihan selalu berkata 'lo-gue' kenapa pada Barra harus dibedakan. "Huh, cabe lagi murah ya? Ini mie gue pake cabe dikit pedes banget rasanya" ucap Fely bermaksud untuk menyindir Jihan. Hanya Barra dan Febri yang mengerti ucapan dari Fely. Febri tersenyum miring kala melihat Fely yang terlihat tidak suka akan kedatangannya dengan Jihan kesini. Menghampiri Barra dkk, dan bahkan secara terang-terangan mereka berdua ingin ikut bergabung duduk bersama ketujuh gadis itu. "Emang tadi lo pake cabe?" Tanya Kai pada Fely. Fely tidak menjawabnya. Barra melihat kearah Fely sebentar. Ia tidak berani untuk menjawab pertanyaan dari Jihan padanya. Belum lagi, posisi Jihan yang benar-benar berada dibelakangnya. "Bar, cewek cantik tuh masa dianggurin" ucap Pak Rahmat yang membuat Jihan tersipu malu. "Duduk aja sini Han, lo mau deket si Barra kan? Biar gue yang pindah" ucap Haykal dengan senang hati segera bangkit berdiri dari duduknya yang memang bersebelahan dengan Barra. Tidak hanya Haykal, Vino yang sedari tadi duduk disebelah Haykal juga memberikan tempatnya untuk Febri. Kedua gadis yang sejak tadi berdiri itu pun kini duduk di kursi yang kosong dengan senang hati. Febri menatap Fely dengan tatapan yang cukup membuat Fely kesal. Belum lagi senyum miring yang Febri berikan padanya. Jika bukan karna ada Pak Rahmat diantara mereka, Fely rasanya ingin mencolok mata Febri saat ini juga. "Barra, ga ngeroko? Biasanya kalo diluar sekolah Barra ngeroko" tanya Jihan. Memang, sejak dulu Jihan selalu ikut nongkrong jika di Wartam. Maka dari itu lah desas desus Barra dan Jihan dimulai. Karna, memang Jihan yang selalu duduk dekat dengan Barra yang hanya menganggapnya sebagai teman saja. Tapi, namanya perempuan, Jihan sama seperti perempuan pada umumnya. Mahluk baperan jika sudah sering dekat dengan satu pria itu. Belum lagi, Jihan yang menyukai Barra saat mereka tidak sengaja bertemu di koridor sekolah saat MOPD dulu. "Ngga, udah" jawab Barra singkat. Perasaan Barra tidak karuan saat ini. Dimana ia terus waspada akan tatapan Fely padanya. Sudah dipastikan setelah ini Fely akan marah besar padanya. Tapi, jika Barra pergi dari sini, harus beralaskan apa? Sedangkan diantara mereka ada Pak Rahmat yang sedang memberi tahu jalur-jalur untuk hiking nanti. Memang, bukan hanya Pak Rahmat saja yang menjadi guru pembimbing. Tapi, Pak Rahmat lah ketua dari acara ini. Dalam hatinya Barra terus berdoa, semoga Fely akan mengerti situasinya saat ini. "Bagus deh, ga baik loh Bar kalo kebanyakan ngeroko. Barra tuh harus sayang sama kesehatan Barra" ucap Jihan. Barra hanya tersenyum tidak menanggapi ucapan Jihan barusan. Ucapan yang sudah sering Barra dengar dari Fely tepat dimana Fely mengetahui dirinya perokok aktif. Maka dari itu, saat Fely menyindirnya tadi, Barra segera membuang rokoknya. Karna Barra tahu, jika itu sebuah peringtan dari Fely untuknya. Melihat Jihan yang terus berusaha mengajak Barra berbicara membuat Fely jengah sendiri. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada suaminya itu. Mumpung adanya sinyal disini, walau hanya sedikit dan terkirimnya pesan itu agak lama. Fely Cantik Gatel banget sih lo jadi cowok. Pergi kek gimana kek. Dia terus cari perhatian lo itu. Mana so so'an perhatian sama lo. Najis cabe murah emang si Jihan Barra sedikit meringis kala membaca pesan dari Fely. Dimana gadis itu sudah mengeluarkan kata-kata pedasnya. Memang kata-kata pedas itu ditujukan kepada Jihan, tapi tetap saja Barra tidak tega membacanya. Barra Ketikannya Fely Fely Cantik Bodo amat, lo cabut sekarang atau gue laporin mama kelakuan lo. Lo udah janji ga akan deket-deket sama dia kalo disini. Tai lah, disamperin diem aja Barra Gue ga ada suruh dia duduk disini. Lo liat sendiri siapa yang kasih izin dia duduk Fely Cantik Ga peduli. Cari alesan kek buat pergi dari sana. Atau emang sengaja lo mau bikin gue kesel? Barra Pak Rahmat lagi jelasin buat hiking nanti Fely Cantik Bodo. Lo emang ga bisa dipegang omongannya. Lo lebih rela buat bikin istri lo kesel, daripada lo cabut dari sana Barra Fel, ini buat hiking loh Fely Cantik Halah, udah ga ada bahasan juga. Emang alesan lo aja biar bisa deket sama dia Barra Ngga, astaga. Fely Cantik Kalo lo ga cabut sekarang, gue ga mau ngomong sama lo sampe kapanpun Barra menghela nafasnya. Ia memilih untuk bangkit dari duduknya dan mencari alasan untuk pergi dari sini. Barra tahu ancaman dari Fely itu bukan hanya sekedar ancaman belaka. Jika Fely sudah berkata, pasti perkataan gadis itu akan dilaksakan. Meminimalisir resiko hal buruk yang akan terjadi untuk hubungannya dengan Fely, lebih baik Barra pergi saja dari sini. "Guys, gue ke toilet dulu ya" ucap Barra berbohong. "Halah, kencing dipohon aja" ucap Kamal dengan santainya. Padahal, sudah dijelaskan beberapa aturan disini. Dimana salah satunya dilarang kencing sembarangan. "Ga boleh gila. Lo ga inget apa aturannya" ucap Nizam. "Oh iya ya gue lupa". Barra hanya bisa menatap sinis temannya itu. Fely Cantik Nah gitu dong dari tadi. Cepetan pergi ya suamiku sayang Barra tersenyum kecil saat membaca pesan yang kembali Fely kirim padanya. Dengan segera Barra pergi dari sana setelah Barra berpamitan pada Pak Rahmat juga tentunya. Fely akhirnya bisa tersenyum sinis pada Febri yang kini tengah menatap kearahnya. Bersaing dengan Fely? Sepertinya itu sebuah kesalahan besar yang Febri lakukn saat ini. Sampai kapanpun, Febri tidak akan pernah bisa menang dari Fely. *** Malam harinya, setelah pembagian kelompok untuk hiking Pak Rahmat selaku ketua pembina disini memberikan beberapa arahan yang harus dilakukan oleh semua siswanya. Dimana Pak Rahmat memberi tahu jalur mana saja yang harus dilewati dan apa saja yang akan mereka temukan selama dijalan nanti. "Oke anak-anak. Buat rutenya sudah saya jelaskan tadi. Jadi, harus diingat jika kalian nanti akan terus menemukan tanda panah yang akan menentukan kemana kalian harus melangkah. Dan pastikan disekitar kalian ada bendera berwarna putih baik menempel, di tanah atau pun dimana saja. Bagi kelompok yang berhasil menemukan bendera dengan jumlah terbanyak, maka ada hadiah untuk mereka, mengerti kalian?" Jelas dan tanya Pak Rahmat. "Mengerti" kor semua siswa. "Oke, kalo gitu silahkan kalian mulai melakukan kegiatan jejak malam atau hiking ini. Jangan lupa berdoa dengan kepercayaan masing-masing terlebih dahulu sebelum kalian jalan". Semua siswa mengangguk faham. Mereka juga kini sudah mulai berjalan untuk melakukan hiking sesuai dengan arahan yang mereka dapatkan tadi. Tiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Beruntung Fely dkk berada dikelompok yang sama tapi tidak ada Febri disini. Melainkan mereka bersama Cita teman satu kelas juga dengan keempat gadis itu. *** Febri berada di kelompok Jihan dengan teman yang berbeda kelas lainnya. Ditengah teman sekelompoknya yang sedang mencari bendera, Febri yang mengetahui jika kelompok Fely belum tiba di pos tiga, dengan sengaja Febri memutar arah panah menuju jalan yang salah. Tujuannya hanya satu, dimana Fely akan tersesat didalam hutan. Karna, Febri tahu, jika Fely tidak akan bisa tenang dalam keadaan yang gelap. Beruntung, niat jahat Febri ini tidak diketahui oleh siapapun. Termasuk Jihan sekalipun yang dimana mereka berdua selalu berjalan beriringan sejak dimulainya hiking ini. "Udah ga ada deh kayanya ini bendera" ucap Hanin, salah satu anggota kelompok disini. "Iya, yu lanjut lagi aja" ajak Febri dengan segera, sebelum teman sekelompoknya itu akan menyadari akan perubahan tanda panah disana. Karna, mereka berlima sudah melihat kearah mana mereka melangkah sekarang sejak tadi. *** Setelah menemukan pos ke tiga, Fely dkk melihat tanda panah kearah kiri dimana mereka berdiri sekarang. Dengan nafas yang cukup terengah-engah mereka berlima memutuskan untuk diam sebentar sebelum mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka untuk mencari pos-pos yang lainnya ditambah dengan bendera putih yang diperintahkan oleh Pak Rahmat tadi. "Nah ini panahnya. Berarti kita ke kiri ya sekarang?" Tanya Clarin. Semuanya menganggukan kepala mereka. "Istirahat bentaran ga sih? Cape gue" ucap Fely. "Iya lima menit aja. Ini tuh malem Fel. Masa mau lama-lama disini kan ga lucu" ucap Kai. Fely menganggukkan kepalanya. Dirinya sudah lelah sekali sebenarnya. Tapi, bagaimana lagi tugas tetaplah tugas. Setelah lima menit, Fely dkk memutuskan untuk kembali berjalan sesuai tanda panah yang mereka lihat di pos tiga. Dengan berjalan beriringan, dalam artian tidak ada yang berjalan lebih dulu maupun lebih akhir. Tujuannya, agar mereka tidak terpencar satu sama lain selama hiking ini. Setelah 10 menit berjalan, mereka tidak kunjung menemukan tanda panah yang lain. Dimana, mereka tadi dapat dengan mudahnya mencari tanda panah 1-3. Tapi, kenapa saat ini tidak ada tanda panah satupun yang mereka temui. Bahkan, tidak ada bendera putih yang mereka temukan disini. "Ini bener ga sih jalannya? Kok kita kaya muter-muter ga jelas? Mana gue cape banget" tanya dan keluh Fely. "Iya, kita ga nemu tanda panah dari tadi" sahut Nindi. "Tapi kita udah bener ko tadi, kita kan ikutin tanda panah di pos tiga" ucap Cita berusaha untuk menenangkan teman-temannya yang lain. Padahal, dirinya juga sama takutnya. "Tapi kita kayanya nyasar deh" ucap Kai yang membuat mereka panik. "Aduh gimana dong? Ini di hutan loh. Mana ga ada siapa-siapa dideket kita?" Ucap Clarin yang sudah panik saat ini. "Tenang-tenang. Kita cari jalan bareng-bareng oke. Ga boleh mencar sedikitpun" ucap Kai. Semunya menganggukan kepala mereka. Karna, jika mereka panikpun tidak akan membuat mereka bisa keluar dari hutan ini. Langkah demi langkah sudah kelima gadis itu lakukan. Tapi, tak kunjung mereka menemukan jalan keluarnya. Yang ada, mereka terus kembali ke tempat dimana mereka merasa tersesat tadi. Haripun sudah semakin malam. "Guys, ini kita terus balik kesini" ucap Nindi. "Iya, gue cape sumpah ga nemu-nemu jalannya" sahut Fely. Rasanya ia ingin pingsan saat ini juga. "Gimana dong, gue ga mau tidur disini. Gimana kalo ada binatang buas yang nerkam kita?" Tanya Clarin yang sudah mulai melantur. "Syut, nyebut lo Clar kalo ngomong ga di saring" ucap Kai. "Tapi gue takut" jawab Clarin. "Kita lewatin bareng-bareng pokonya" ucap Cita. Tapi, ditengah ketakutan mereka berlima, terdengar suara benda jatuh dibelakang mereka yang membuat mereka lari terbirit-b***t dan bahkan mereka yang berniat untuk tidak berpencar, akhirnya mereka berpencar juga. Tapi, tidak dengan Kai dan Nindi yang lari dengan arah yang sama. "Aaaaaaaaaa" teriak semuanya lalu segera berlari karna ketakutan. *** Sementara di bumi perkemahan, Pak Rahmat sedang mengabsen semua siswanya apakah sudah datang semua atau tidak. Karna sejak 15 menit tadi, semua siswa sudah berkumpul, dan bahkan sudah mengumpulkan bendera putih yang mereka temukan selama perjalanan tadi. "Anak-anak, udah pada kumpul semua?" Tanya Pak Rahmat. "Pak, Fely, Clarin, Kai, Nindi sama Cita kayanya belum ada. Karna, disini kelompok mereka aja yang belum ngumpulin bendera" ucap Vero dimana ia yang bertanggung jawab atas pengumpulan dan penghitungan jumlah bendera yang ditemukan oleh teman-temannya. Barra yang mendengar nama Fely disebut sontak melihat kearah sekitar. Dan benar saja, tidak ada Fely disini. Perasaan khawatir jelas menghantuinya sekarang. Terlepas dari janjinya kepada Lita dan juga Winda, Barra sangat takut terjadi sesuatu akan istrinya itu. Apa yang akan terjadi setelah ini jika Fely sampai kenapa-napa. "Iya pak, ga ada mereka disini" ucap Kamal yang kini mencemaskan Fely. "Oh iya ya. Gini, kita tunggu 15 menit lagi, kalo mereka belum dateng juga, kita cari mereka" ucap Pak Rahmat. Menit demi menit berlalu, sampai di 15 menit yang sudah Pak Rahmat tentukan. Fely dkk belum juga kembali. Barra semakin tidak karuan perasaannya. Ia ingin segera menemukan istrinya itu. Perasaannya tidak tenang sejak dikatakan jika Fely belum juga sampai. "Pak, udah 15 menit mereka belum dateng. Kita cari aja takut ada apa-apa" ucap Barra pada akhrinya. Tidak mungkin Barra akan diam saja saat Fely tidak tahu keberadaannya dimana sekarang. "Oke, Barra, Vino, Ansell, Kamal, Haykal, Luthfi sama Nizam kalian ikut saya untuk mencari mereka" ucap Pak Rahmat yang tentu saja segera disetujui oleh ketujuh lelaki itu. *** "Fely, Clarin, Kai, Nindi, Cita kalian dimana?" Teriak Nizam yang kini berjalan bersama dengan teman-temannya yang lain. "Kita ga akan nemu cepet ga sih kalo ga mencar?" Tanya Barra. "Bener jug kamu Bar, kita mencar aja" ucap Pak Rahmat menyetujui ucapan Barra. "Iya, gini aja pak, saya, sama Nizam pergi kesana, Vino sama Ansell kesana, Lo Haykal sama Lutfhi kalian berdua kesana, dan lo Kamal sama bapak aja kesana" ucap Barra memberi petunjuk pada semuanya menggunakan tangannya. "Oke Bar" jawab Ansell. Sedangkan semuanya menganggukan kepala. Tapi, belum sempat mereka berpencar. Datanglah Kai dan juga Nindi yang tengah berlari mencari jalan keluar ditengah hutan yang gelap ini. Kedua gadis itu terengah-engah saat ini. "Nindi, Kai kalian kenapa? Kalian ko berdua?" Tanya Pak Rahmat. "Hosh, hosh, hosh, pak kita nyasar pak" ucap Kai dengan susah payah. "Iya pak, hosh.. hosh.. untung ketemu kalian disini kita mau... Hosh... Hosh mau balik ke bumi perkemahan" sahut Nindi dengan susah payah juga. "Iya, tapi Fely mana?" Tanya Barra yang tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya lagi saat ini. "Fely? Fely mana Kai?" Tanya Nindi yang kini panik karna baru menyadari jika mereka hanya berdua saja. "Kita ga tau Bar, kita fikir Fely disini" jawab Kai. "Kenapa bisa pisah sih?" Tanya Barra lagi. Mendengar Fely yang masih berada didalam hutan, Barra segera mencari istrinya itu. Tentang dengan siapa ia seharusnya berjalan sekarang, seketika Barra lupakan. Menemukan Fely adalah tujuannya saat ini. Ia benar-benar semakin khawatir sekali sekarang ini. Dapat Barra bayangkan jika Fely sekarang tengah merasa ketakutan sekali didalam hutan. Barra tidak ingin membiarkan semua itu terjadi begitu lamanya. "Barra, mau kemana lo?" Tanya Vino yang tidak didengar oleh Barra. "Haykal, Nizam, kalian balik ke bumi perkemahan ya sama Kai sama Nindi. Biar saya, Vino, Ansell, Luthfi, sama Kamal aja yang cari Fely, Clarin sama Cita aja" ucap Pak Rahmat. Nizam dan Haykal menganggukan kepala mereka. Dengan serera mereka membawa Kai dan juga Nindi ke area camping. *** Pada akhirnya Luthfi kini berjalan bersama Ansell dan juga Vino. Sedangkan Pak Rahmat bersama Kamal. Karna, jejak Barra sudah tidak bisa mereka temui lagi. Sepertinya Barra sudah berjalan lebih dalam kehutan. Ditengah berjalannya ketiga lelaki itu, mereka mendengar suara isak tagis seorang perempuan. Walaupun takut, mereka mendekati arah tangisan itu yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. "Eh, Vin, Fhi lo berdua denger suara cewek nangis ga?" Tanya Ansell. "Iya danger, gue jadi merinding ya?" Jawab dan tanya Vino. "Eh jangan-jangan itu si Clarin, atau si Cita atau si Fely juga" ucap Luthfi. "Iya bisa jadi salah satu diantara mereka" sahut Ansell. "Ya udah, kita kesana aja ga sih. Arahnya sih disana" ucap Luthfi yang menunjuk kearah kiri mereka berdiri sekarang. Vino dan Ansell menganggukan kepala mereka. Kurang lebih tujuh langkah, mereka kini menemukan Clarin yang tengah menangis sambil memeluk lulutnya. Dengan segera mereka menemui Clarin. "Clar, ini lo?" Tanya Lutfhi. Carlin mendongkakan kepalanya. Ia segera berhambur memeluk Luthfi saat ia melihat lelaki itu sedang berjongkok didepannya. Sejak tadi, memang Clarin terus menangis karna tidak kunjung menemukan jalan keluar dari hutan ini. Luthfi membalas pelukan Clarin guna menenangkan gadis itu. "Stt, tenang ya jangan nangis" ucap Luthfi. "Gue takut". "Iya, iya. Udah ada kita disini. Kita balik ke bumi perkemahan ya?" Tanya Luthfi. Clarin menganggukan kepalanya. Lalu segera mereka kembali kearea camping. Ditengah perjalan, mereka kembali bertemu dengan Pak Rahmat dan juga Kamal dimana mereka juga sudah menemukan Cita. Tapi, Barra dan Fely belum ada diantara mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mengantar Clarin dan juga Cita terlebih dahulu sebelum mereka membantu Barra mencari Fely. Karna mereka yakin jika Barra sedang mencari gadis itu saat ini. *** Ditempat lain, Fely terus berjalan mencari jalan keluar dari hutan ini. Tapi, tidak kunjung ia temui. Ia terus menangis karna ia benar-benar takut. Ditambah ia kini berjalan seorang diri. Karna insiden tadi yang membuat Fely terpisah dari teman-temannya. "Clarin, Nindi, Kai, Cita kalian dimana?" Teriak Fely. "Barra, gue takut" ucap nya pelan. Fely terus berjalan sekarang. Tapi, ia terus saja berjalan sampai Fely menemukan aliran sungai. Tapi, kakinya sudah sangat letih untuk dipakai berjalan. Fely memutuskan untuk berdiam sejenak dibelakang batu besar yang ada disana. Terus menyebut nama Barra yang ia yakini jika suaminya itu sedang mencarinya. "Barra gue takut" ucapanya. "Barra lo nyari gue kan Bar? Gue takut Barra gue mau pulang, gue mau ketemu sama lo" ucap Fely lagi. Air matanya terus mengalir saat ini. Nama Barra juga terus Fely sebut saat ini. Fely benar-benar takut sekarang. *** "Fel, Fely, lo dimana?" Teriak Barra berharap Fely berada didekatnya. Barra sudah berjalan kedalam hutan. Bahkan lebih dalam dari bumi perkemahan mereka. Tapi, tak kunjung juga ia menemukan Fely saat ini. Perasaannya semakin khawatir saja. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Fely saat ini. Persetan jika hubungannya dengan Fely Kan terbongkar malam ini. Yang jelas, Fely harus segera ia temukan sekarang. Barra tidak akan kembali ke bumi perkemahan sebelum Barra menemukan Fely. "Fel, Fely lo danger gue ga?" Teriak Barra lagi yang terus berjalan mencari istrinya itu. Tepat didekat batu besar, disebelah sungai yang tengah mengalir, Barra mendengar suara isak tangis yang Barra kenali. Isak tangis dari Fely sudah terdengar oleh nya. Dengan segera Barra mendekati suara yang ia dengar. Benar saja, Fely tengah menangis disana dengan terus memanggil namanya. "Fely" pekiknya. Fely menoleh kearah suara yang sudah ia rindukan sejak tadi. Suara yang Fely harapkan sejak tadi. Dengan segera, Fely berhambur memeluk Barra, begitupun sebaliknya. Isak tangis Fely terus saja terdengar saat ini. Walau hatinya sudah tenang karna Barra berhasil menemukannya, tapi, tetap saja Fely masih merasa takut saat ini. Belum lagi, rasa lelah yang ia rasakan saat ini. "Barra gue takut Bar" ucapnya. Barra terus mengelus punggung Fely. Menenangkan istrinya itu. Rasa lega datang pada hatinya saat ini. Dimana Barra akhirnya berhasil menemukan Fely. Puji syukur terus ia panjatkan pada sang pencipta karna pada akhirnya Barra diberi kesempatan untuk bisa menemukan istrinya itu. "Stt, tenang udah ada gue disini. Lo ga papa kan?" Tanya Barra. "Gue ga papa. Gue takut aja. Gue fikir gue ga akan ketemu sama lo lagi" jawab Fely. "Gue ga akan balik kalo gue belum nemuin lo" jawab Barra. Ia terus mencium puncak kepala Fely. Walau hatinya sudah lega, tapi rasa khawatirnya masih ada tersisa. "Kita balik ke tempat camping ya? Ini lo nyasar jauh banget dari tempat camp?" Tanya Barra yang kini sudah melepaskan pelukannya. Fely menganggukan kepalanya. Barra berjongkok tepat didepan Fely. Ia sangat mengerti jika Fely sudah lelah sekali. Mengingat jarak yang Fely lalui sangatlah jauh dari tempat perkemahan. Maka dari itu, menggendong Fely adalah salah satu solusi terbaik. "Sini naik, gue yakin lo cape banget" ucap Barra. Dengan segera Fely naik keatas punggung suaminya itu. Karna memang kakinya sudah sangat pegal sekali sekarang. *** Barra menurunkan Fely tepat diaera perkemahan. Beruntung, tidak ada yang mencurigai aksi keduanya ini. Karna, mereka berfikir jika Fely kelelahan saat ini, jadi Barra menggendong gadis itu. Clarin, Nindi, Kai dan juga Cita segera berjalan menghampiri Fely dan berhambur memeluk gadis itu. Karna Fely lah yang paling lama ditemukan diantara mereka. "Fely" ucap keempat gadis itu sambil berjalan lalu memeluk Fely. "Lo ga papa kan? Maafin gue udah ninggali lo" tanya Kai. "Gue ga papa, gue cape aja" jawab Fely. Seketika pandangannya gelap. Kakinya juga sudah dirasa tidak bisa ia pijakan. Fely, langsung jatuh pingsan, tepat dipangkuan Clarin dan juga Kai yang memang mereka berdua berdiri didekat Fely. Melihat Fely yang jatuh pingsan, membuat Barra segera mendekati istrinya itu. Tidak peduli dengan tatapan beberapa orang, bahkan dengan Kamal yang terus menahannya untuk menolong Fely. Karna satu yang akan Barra lakukan. Memastikan Fely akan baik-baik saja setelah ini. "Fel, Fely bangun" ucap Clarin menepuk-nepuk pipi Fely. "Minggir, biar gue bawa ke tenda PMR" ucap Barra. Barra segera menggendong Fely, lalu membawa gadis itu ke tenda PMR yang memang ada disana. Membaringkan istrinya itu, dan meminta pertolongan dari anggota PMR yang lebih mengerti disini. "Fel, bangun dong jangan bikin gue khawatir" ucap Barra. "Kalo ga bangun juga, gue mau bawa kerumah sakit" ucap Barra pada salah satu anggota PMR. "Oke, lo yang tenang. Dan tolong pastiin temen-temennya Fely jangan ada yang kesini dulu. Fely butuh ruang soalnya" jawabnya dan memerintah anggotanya yang lain. Barra memang sengaja berdiam diri ditenda menemani Fely. Karna, tidak mungkin ia meninggalkan istrinya itu begitu saja. Sebelum Fely siuman, Barra tidak akan pernah keluar dari sini. Kondisi Fely adalah hal terpenting baginya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD