Sejak Fely sudah siuman dan kembali ke tendanya, hp Barra terus saja dihujani oleh panggilan masuk baik dari kedua orang tuanya dan juga kedua mertuanya. Ya, kedua orang tua Fely diberi tahukan kondisi Fely saat ini oleh pihak sekolah. Dan itu semua tanpa sepengetahuan Barra. Jadi, oleh sebab itulah saat ini Barra sedang berbicara lewat telfon dengan Winda yang dimana ibu mertuanya itu sedang bersama Radit dan juga Lita.
"Barra, sekarang gimana kondisi Fely? Mommy sama daddy kesana aja ya?" tanya Winda yang masih saja khawatir akan putrinya itu.
"Fely udah siuman ko Mom, mommy sama daddy ga usah kesini. Kasian mana udah malem" jawab Barra.
"Ya udah papa kamu aja suruh kesana jemput Fely. Papa kan ga jauh banget dari tempat camping kalian" kini Lita yang bersuara.
"Ngga ma, ga usah. Fely ga papa. Lagian kalo Fely kenapa-napa Barra bakalan bawa ke rumah sakit"
"Kamu kenapa ga awasin dia sih Bar? Kan mama udah kasih tau kamu berkali-kali jagain Fely nya" ucap Lita memarahi Barra. Karna jika Barra bisa menjaga Fely disini, mungkin Fely tidak akan sampai hilang lagi.
"Fely ilang sama kelompoknya ma"
"Tapi kata guru kamu Fely yang ditemuin paling akhir" ucap Lita lagi.
"Iya, Barra nemuinnya jauh dilokasi camping, makanya Fely terakhir ditemuin"
"Itu kamu kurang jagain dia pokonya"
"Oke, maaf ma" jawab Barra pada akhirnya. Padahal ia tidak tahu letak salahnya disebalah mana. Padahal, Barra juga tidak tahu jika Fely akan seperti ini. Jika Fely satu kelompok dengannya Barra sudah pasti dapat memastikan tidak adanya kejadian ini yang akan menimpa Fely.
"Barra, kamu yakin kan Fely ga papa?" tanya Radit dengan nada yang cukup tenang. Radit sangat memahami situasi Barra saat ini. Berbeda dengan Winda dan juga Lita yang panik setengah mati saat mendengar kabar Fely yang hilang ditengah hutan, ditambah setelah ditemukan Fely jatuh pingsan.
"Iya dad, tadi Barra juga yang anterin Fely ke tendanya. Barra ga mungkin biarin Fely kenapa-napa. Barra masih punya tanggung jawab ko. Kalian tenang aja dirumah ya, percayain semuanya sama Barra".
"Oke Bar, Daddy percaya sama kamu ko. Daddy titip Fely ya, jangan dengerin mama sama mommy kamu. Jagain Fely sampe kalian besok lusa pulang ya. Jangan sampe Fely ilang lagi".
"Iya siap dad, Barra janji ga akan keulangin lagi ini semua".
"Tapi, besok ga ada acara-acara yang hiking itu kan Barra?" tanya Lita.
"Ngga, besok cuman api unggun aja. Paling paginya ada kegiatan tapi setau Barra ga ninggalin bumi perkemahan ko"
"Jangan kasih izin Fely ikut apapun. Mama ga mau menatu kesayangan mama sampe pingsan lagi" Lita memberi wejangan pada Barra.
"Iya ma, ya udah kalo gitu Barra tutup dulu ya. Barra mau liat Fely lagi. Ini Barra aga jauh dari tempat camping soalnya takut ada yang curiga" ucap Barra yang segera mematikan sambungan telfonnya.
Setelah Barra memasukan hp nya kedalam saku hoodie yang ia pakai, segeralah Barra kembali ke bumi perkemahan. Tentu saja ia ingin memastikan jika Fely benar-benar sudah baik-baik saja atau tidak.
***
Sementara didalam tenda, Clarin, Kai dan juga Febri tidak hentinya bertanya pada Fely tentang kondisinya sekarang. Karna, melihat Fely yang pingsan hari ini merupakan yang pertama kali bagi mereka. Untuk sakit saja Fely terbilang jarang sekali. Dan tepat malam ini gadis itu pingsan hanya karna kelelahan berjalan dihutan tadi.
"Fel, lo beneran ga papa?" tanya Clarin.
"Iya Fel, gue shock banget lo pingsan gila. Lo sakit aja jarang, ini sekalinya ilang di hutan langsung pingsan" ucap Nindi.
"Gila gue cape banget. Ga tau aja gue lari jauh banget dari sini" jawab Fely.
"Hebat juga si Barra nemuin lo" sahut Kai.
"Btw, si Barra khawatir banget loh sama lo tadi. Pas gue ketemu aja sama dia, dia nanyain lo langsung dan dia cabut gitu aja pas gue bilang kalo lo ga ada" lanjut Kai yang sejak tadi menyadari kekhawatiran Barra pada Fely. Apa lagi saat Fely pingsan tadi. Kamal saja yang memaksa Barra, Barra marahi begitu saja dan justru Barra bersikeras untuk menggendong Fely.
"Lo, ada hubungan sama dia?" tanya Kai lagi pada Fely.
"Gue belum bilang makasih ke si Barra. Gue cari dia dulu ya" ntah menghindari percakapan dengan Kai ntah apa. Tapi, Fely ingin menemui suaminya itu. Fely tahu Barra pasti sudah dicerca berbagai pertanyaan oleh kedua orang tua dan mertuanya.
Fely segera keluar dari tenda untuk menemui Barra. Karna, setelah mengantar Fely ke tenda gadis itu, Barra langsung pergi karna teman-teman Fely sangat khawatir akan kondisi Fely tadi. Jadi, Barra memberikan ruang untuk teman-teman Fely agar bisa berbicara dengan istrinya itu.
"Fely tapi lo belum kuat bener" teriak Nindi.
***
"Fely, lo mau kemana?" tanya Barra saat melihat Fely berdiri didepan tendanya.
"Gue mau ketemu sama lo" jawab Fely dengan cepat. Barra menyerngitkan kedua alisnya. Memang Barra juga ingin bertemu dengan Fely, tapi bukan dengan Fely yang keluar tenda malam-malam seperti ini. Segera Barra membawa Fely untuk duduk didepan api unggun kecil yang berada ditengah. Di sana juga ada kayu besar untuk keduanya bisa duduk.
"Barra, mau dibawa kemana temen gue? Dia belum kuat kayanya?" tanya Nindi yang ikut keluar tenda bersama Kai dan juga Clarin juga.
"Duduk aja depan api unggun. Tenang, nanti gue balikin kalo dia udah selesai ngomong" jawab Barra.
"Gue aman ko, gue mau ngomong bentaran aja" timpal Fely agar teman-temannya yang lain tidak khawatir akan kondisinya.
"Caelah, bilang makasih aja harus jauhan" komentar Kai.
"Ga papa lah biarin aja. Lagian, si Barra gitu-gitu juga baik. Mungkin bener si Fely mau bilang makasih aja, toh si Barra yang udah nemuin dia, mana digendong segala lagi" komentar Clarin. Ketiga gadis itupun segera kembali masuk kedalam tenda. Membiarkan Fely dan Barra untuk ngobrol sebentar.
***
"Kenapa lo ga diem aja di tenda sih?" tanya Barra setelah memberikan satu gelas teh manis hangat pada Fely. Karna cuaca sangat dingin disini.
"Gue ga tenang, gue tau lo pasti abis dicercar pertanyaan dari nyokap bokap kita kan?". Barra menoleh kearah istrinya itu lalu tersenyum.
"Iya, tapi ga papa. Lagian gue kan udah janji mau jagain lo, eh lo malah ilang terus pingsan lagi".
"Lo pasti dimarahin kan sama mommy?" tanya Fely.
"Lebih tepatnya sama mama".
"Tuh kan, mama aja sampe tau. Gue minta maaf ya, gara-gara gue lo jadi kena omel" ucap Fely sangat merasa bersalah. Padahal, ini sama sekali bukan kesalahan Barra. Justru, Barra datang untuk menolongnya. Seharusnya Barra tidak dimarahi, melainkan diucapkan trimakasih karna sudah bersusah payah mencari keberadaan Fely tadi.
"Ga papa, yang penting lo ga kenapa-napa sekarang. Lo udah ga lemes lagi kan?" tanya Barra. Fely menggelengkan kepalanya, lalu menyeruput teh hangat yang ada digenggamannya.
Tibalah Vino, Ansell, dan juga Kamal yang menghampiri keduanya. Tentu saja Kamal mengambil tempat tepat disebelah kiri Fely. Karna Barra berada disebelah kanan gadis itu. Tapi, kali ini Fely tidak mempunyai tenaga untuk melawan atau sampai menolak Kamal untuk duduk disampingnya.
"Si Barra ambil kesempatan mulu. Jangan-jangan lo ngincer dia juga ya?" tanya Kamal dengan tiba-tiba.
"Lo kaya setan main muncul aja" jawab Barra. Kamal memanyunkan bibirnya kali ini. Sedangkan Vino dan Ansell terkekeh. Sudah lama juga tidak membully Kamal rasanya.
"Fel, lo udah ga papa? Gila penyakit lama masih aja ada, gue kira masuk SMA udah baik-baik aja" ucap Vino yang memang mengetahui tentang Fely yang sempat masuk ke rumah sakit saat SMP dulu.
"Menurut lo aja gila. Gue jalan kelilingin hutan, mana serem sendirian lagi" jawab Fely.
"Lagian, kenapa sih lo tadi bisa nyasar gitu? Bukannya ada tanda panah ya? Masa lo sama temen-temen lo buta sama tanda panah" tanya Ansell yang sejak tadi penasaran kenapa kelompok Fely bisa tersasar. Padahal sudah ada petunjuk disetiap jalan.
"Ya ga tau, kayanya sih ada yang sengaja ngerjain gue. Gila aja itu orang sinting, kalo gue ketemu pelakunya gue kasih pelajaran juga itu anak" ucap Fely dengan kesalnya. Karna, tidak mungkin jika tanda panah itu dibuat oleh panitia. Buktinya hanya kelompok Fely saja yang hilang tadi. Sedangkan yang lainnya sudah ada disini.
"Lo yakin Fel?" tanya Kamal.
"Gue yakin banget, gue tadi sama yang lain gampang banget nemu pos 1 sampe 3, nah pas disana tanda panahnya kan ke kiri, ya kita yang bego tentang alam ikutin aja itu tanda panah. Eh, malah keliling disana kita, ga keluar-keluar yang ada makin kedalem hutan aja kita" jelas Fely. Barra menyerngitkan kedua alisnya. Ia mengingat pos 3 yang Fely maksudkan barusan.
"Loh, bukannya itu harusnya ke kanan kan?" tanya Barra. Fely menoleh kearah suaminya itu.
"Nah kan bener ada yang sengaja kerjain gue sama yang lain" Fely semakin yakin kali ini jika memang ada orang yang sengaja membuatnya tersasar.
"Tapi siapa? Siapa yang berani lakuin ini sama lo? Bilang sama gue, biar gue abisin orangnya" ucap Kamal dengan PD nya. Terlepas dari rasa sayangnya pada Fely, Kamal tidak terima adanya orang yang beprilaku curang disini. Apa lagi sampai membahayakan keselamatan beberapa orang disini.
"Kalo gue tau, udah gue kasih pelajaran duluan Mal" jawab Fely kesal.
Fely kini nampak berfikir, ia harus segera mencari tahu siapa yang sudah mengerjainya dengan teman-temannya yang lain. Fely benar-benar harus memberi pelajaran pada orang itu. Fely bersumpah, tidak akan membiarkan orang itu untuk hidup dengan tenang sebelum dia meminta maaf pada Fely dan yang lainnya. Karna ulah orang iseng itu membuat Fely dan teman sekelompoknya nyasar, bahkan membuat Fely pingsan pula. Ditambah Barra yang disalahkan oleh orang tua dan mertuanya atas kejadian ini, padahal Barra tidak berlaku salah disini.
"Terus lo mau cari tau nya gimana Fel?" tanya Vino.
"Gue belum kefikiran sih. Otak gue kayanya belum waras kalo disuruh mikir" jawab Fely.
"Kita bantuin cari tau siapa pelakunya" ucap Barra.
Tentu saja Barra tidak akan tinggal diam. Perbuatan orang yang tidak bertanggung jawab itu sudah membuat Fely terancam dalam segi keselamatan. Barra bersumpah tidak akan mudah memaafkan orang yang dengan beraninya mau membuat Fely kenapa-napa disini.
***
Keesokan harinya, setelah diadakannya sarapan pagi kegiatan selanjutnya dilakukan di area perkemahan saja. Karna kejadian semalam membuat para guru mempertimbangkan lagi kegiatan yang mengharuskan anak muridnya untuk keluar area perkemahan.
Fely sedang duduk didepan tendanya bersama ketiga temannya. Mereka masih asyik memakan sarapan mereka saat ini. Karna kegiatan tidak diwajibkan untuk ikut semua, hanya perwakilan kelompok saja. Jadi mereka sedang duduk dengan santainya saja disini.
Kring..
Suara tanda pesan masuk kedalam hp Fely. Dengan segera Fely membaca dan membalas pesan yang ia terima dari suaminya itu. Tapi, sebelum membalasnya, Fely melihat kearah sekitar untuk mencari keberadaan Barra sedang dimana. Setelah menemukan sosok suaminya itu, barulah Fely membalasnya.
Barra
Jangan ikut kegiatan apapun ya hari ini. Kalo lo kenapa-napa lagi nanti orang tua kita khawatir
Fely Cantik
Orang tua doang ya? Lo nya ngga?
Barra
Lo fikir aja. Kalo gue ga khawatir ga akan gue cariin lo semalem. Ga akan gue jagain lo yang lagi pingsan-_
Fely Cantik
Hahaha iya iya. Tau gue khawatir banget lo. Udah ga bisa hidup tanpa gue ya?
Barra
Terserah lo deh mau ngomong apa juga. Pokonya lo diem ga usah ikut kegiatan
Fely Cantik
Iya siap Pak Su:*
Nindi menyenggol lengan Fely, tepat saat dimana Nindi melihat Fely yang tersenyum sendiri sambil menatap layar hp. Nindi tahu jika Fely sedang chattingan dengan seseorang. Tapi, orang misterius tentunya yang sampai saat ini belum mereka ketahui siapa orangnya.
"Heh, chattingan sama siapa sih lo?" tanya Nindi dengan penasaran.
"Ada deh rahasia" jawab Fely sambil mematikan layar hp nya. Karna Barra yang tidak membalas pesannya lagi.
"Hilih, masih aja ga mau ngasih tau" cibir Kai pada Fely.
"Biarin hahaha"
***
Acara demi acara sudah dilakukan sejak pagi tadi. Tiba lah dimana puncaknya yaitu di malam hari, saat dinyalakannya api unggun. Dimana semua siswa berkumpul disini, mengelilingi api yang mempunyai simbol kebersamaan itu. Tidak ada yang tidak ikut serta disini. Semuanya duduk bersebelahan satu sama lain.
Fely menatap kesal pada Jihan yang sejak tadi berusaha duduk disamping Barra. Dan yang lebih membuat kesalnya adalah, dukungan dari teman-temannya Barra. Membuat suaminya itu tidak bisa berkutik apapun saat ini. Yang membuat Fely sedikit lega adalah dimana Barra yang memilih untuk chattingan dengannya, dari pada menanggapi semua pertanyaan yang Jihan lontarkan padanya.
Barra
Jangan marah, gue ga bisa apa-apa kalo udah gini
Fely Cantik
Nyebelin banget sih, apaan coba terus ngajak lo ngomong
Barra
Cemburu ya?
Fely Cantik
Ga ada yang harus dicemburuin ya. Gue lebih segalanya. Gue ga suka aja dia so asyik gitu
Barra
Biarin aja, yang pentingnya ada di gue yang ga nanggepin
Fely Cantik
Bagus, biarin aja terus jangan diladenin
Barra
Iya, gue masih mau tidur dikasur besok hahaha
Fely hanya bisa terkekeh kali ini membaca balasan pesan dari suaminya itu. Untung saja tidak ada yang kepo lagi tentang dengan siapa kali ini ia sedang chattingan. Saat puncak acara dimulai, Fely dan Barra dengan kompaknya memasukan hp mereka kedalam hoodie yang mereka pakai malam ini.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part