Hari ini merupakan hari pemberangkatan camping. Sebuah drama harus Fely lalui saat Winda menelfonnya untuk tidak mengikuti kegiatan ini. Karna Barra yang lupa untuk meminta izin pada ibu mertuanya itu. Beruntungnya, Barra dengan sigap menelfon Winda dan berhasil merayu ibu mertuanya itu untuk mengizinkan Fely ikut. Dengan catatan Barra harus siap siaga menjaga Fely 24 jam selama kegiatan berlangsung. Tidak boleh ada lecet sedikitpun.
Sedikit bercerita, Fely pernah sampai masuk rumah sakit karna terlalu kelelahan dalam olahraga. Walau ia terbiasa dengan dance, tapi rasa capenya itu berbeda. Saat itu Fely kena hukuman karna masuk telat, dan mengakibatkan Fely harus lari mengelilingi lapangan yang sangat luas sebanyak 15 kali saat SMP. Belum selesai dengan hukumannya, Fely sudah pingsan ditempat. Belum lagi dirinya yang sampai harus dirawat inap beberapa hari di rumah sakit.
Jadi, Winda sangat mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu akan kecapean dalam kegiatan ini. Karna Winda tidak akan bisa tenang jika sampai Fely masuk rumah sakit lagi. Fely adalah anak semata wayangnya, tentu saja Winda sangat takut jika terjadi sesuatu akan putrinya itu.
Selesai drama bersama Winda, kini muncul drama baru saat didalam bus. Dimana Kamal melakukan protes terhadap Barra yang baru ia ketahui duduk bersama Fely. Protes Kamal ini sampai terdengar oleh guru pembimbing mereka yang dimana beliau satu bus dengan mereka.
Kamal terus bersikeras untuk menukar tempat duduk Barra dengannya. Karna saat pendaftaran kemarin, Kamal menitipkan pada Haykal. Dimana Kamal hanya meminta Haykal untuk satu bus dengan Barra saja. Dan Kamal tidak mengetahui dan bahkan tidak diberi tahu oleh Haykal maupun Barra, jika mereka satu bus dengan Fely. Dan Fely yang tidak duduk bersama teman wanitanya.
"Ogah ah, gue ga mau tukeran tempat duduk sama lo" ucap Barra.
Jelas Barra akan menolaknya. Selain karna permintaan dari Fely, Winda dan juga Lita, Barra tidak rela jika Fely duduk dengan Kamal. Belum lagi Fely juga menolak untuk duduk berdekatan dengan Kamal. Karna sudah bukan rahasia publik lagi jika Fely tidak suka pada pria yang selalu mengejarnya itu.
"Udah lah, terima nasib aja. Yang penting lo satu bus sama Fely" ucap Haykal berusaha menenangkan Kamal.
"Lo kenapa ga bilang kalo satu bus sama Fely?" tanya Kamal pada Haykal.
"Ya, gimana lagi orang nama si Barra udah ada disana" jawab Kamal.
"Kamal, kalo kamu ga bisa tenang dan duduk dikursi kamu, mendingan kamu ga usah ikut aja. Nanti biar nilai kamu taruhannya" ucap Pak Rahmat, selaku guru olahraga mereka dan sekaligus pembina di dalam bus 2 ini.
Dengan kekesalannya, Kamal akhirnya berjalan menuju kurisnya yang berada dibarisan paling belakang. Walau hatinya masih saja gondok karna Barra. Tapi, ia tidak mungkin merelakan nilainya begitu saja hanya karna Fely yang duduk dengan Barra. Lagi pula, benar kata Haykal dirinya sudah untung satu bus dengan Fely. Jadi, semisal Kamal ingin menemui Fely, Kamal tinggal berjalan saja kedepan.
Fely sendiri sejak tadi sudah duduk didekat Barra, lebih tepatnya Fely meminta Barra untuk menukar posisinya dimana Barra yang sejak tadi duduk didekat jendela. Untung saja, Barra mau menuruti permintaannya.
***
Ditengah pernjalanan, Barra sudah merasakan kantuk yang luar biasa. Ia segera menyenderkan kepalanya pada bahu Feky. Bahkan, Barra juga sudah melingkarkan tangannya pada pinggang gadis itu. Untung saja, orang yang duduk disebelah Barra adalah Pak Rahmat. Jadi, tidak mungkin Pak Rahmat akan menggosipkan dirinya dan juga Fely saat ini.
"Fel, mau ga?" Tawar Clarin yang kini sudah berdiri dibelakang Fely, dengan tangan gadis itu yang menyodorkan makanan ringan pada Fely. Tentu saja Clarin dapat melihat Barra yang sedang tidur sambil memeluk Fely. Dan yang lebih herannya, Fely bersikap biasa saja pada Barra.
"Ngga ah, gue ada bawa" tolak Fely.
"Itu si Barra enak banget meluk lo" ucap Clarin mengomentari posisi tidur Barra.
"Ga tau nih, gue mau bangunin kasian" jawab Fely tidak seperti biasanya. Karna, memang semuanya juga tahu, jika Fely selalu bersikap galak pada pria yang berani menyentuhnya. Bahkan, walau status pria itu sebagai kekasih Fely sekalipun.
Beruntung, Clarin tidak sekepo Febri dulu. Jadi, Clarin hanya mengganggukan kepalanya saja, lalu kembali duduk dikursinya yang bersebelahan dengan Febri. Sedangkan Fely memutuskan untuk tidur juga, sama seperti Barra. Namun, bedanya Fely menyandarkan kepalanya pada kepala Barra.
"Yeu, si Barra sama si Fely mah malah tidur" ucap Pak Rahmat saat melihat kedua muridnya yang sudah tertidur dengan pulas.
"Keenakan lagi si Barra meluk si Fely" lanjut Pak Rahmat lagi yang terdengar jelas oleh Kamal.
Saat mendengar itu, Kamal segera berdiri dan berjalan menuju meja Barra dan juga Fely. Benar saja apa yang dibicarakan oleh Pak Rahmat, jika Barra tengah tertidur pulas dengan Barra yang memeluk Fely. Semakin panas lah hatinya saat ini. Belum selesai cemburunya pada Barra yang bisa duduk didekat Fely. Sekarang Kamal harus melihat Barra yang begitu nyamannya tidur sambil memeluk Fely.
"Barra, lepasin kenapa? Lo mah udah duduk deketan, eh seenak jidat meluk si Fely" ucap Kamal yang cukup mengganggu Fely yang tengah terlelap juga. Karna, Fely kan tidak akan pernah bisa tidur dalam keadaan yang ramai. Berbeda dengan Barra, jika rasa kantuk sudah datang, maka keadaan apapun tidak akan mengganggu tidurnya. Ditambah dengan dirinya yang memeluk Fely. Semakin nyaman lah posisinya saat ini.
Fely memerjapkan matanya untuk melihat siapa orang yang dengan beraninya mengganggu tidur Fely yang baru sekejap itu. Fely menatap kesal pada Kamal yang masih asyik beridiri didekat Barra. Bahkan, pria itu sudah berkaca pinggang. Benar-benar menunjukan jika Kamal tidak suka dengan Barra yang tidur dengan memeluk Fely.
"Heh, jangan berisik kenapa? Orang lagi tidur juga" ucap Fely sedikit sewot.
"Ya, lepasin dulu itu tangan si Barra" jawab Kamal.
"Ya dia lagi tidur, gue ga enak banguninnya" jawab Fely dengan ekspresi yang dibuat sebiasa mungkin. Tidak boleh Fely terlihat tegang disini. Karna, teman-temannya yang lain juga kini sudah menghadapnya. Apa lagi Vino dkk yang kini juga berjalan duduk untuk melihat kebenaran Barra yang memeluk Fely.
"Biar gue aja yang bangunin" ucap Kamal lalu segera menggoyangkan tubuh Barra. Tapi, bukannya bangun, Barra justru semakin mengeratkan pelukannya pada Fely. Bahkan, wajahnya kini ia sembunyikan diceruk leher Fely. Membuat Kamal semakin kesal saja.
"Ah elah, balik ke bangku lo aja sana. Gue juga mau tidur" ucap Fely mengusir Kamal.
"Suruh dia lepasin dulu pelukannya" ucap Kamal memerintah. Jelas Fely akan menolaknya. Siapa Kamal menyuruh suami Fely untuk melepaskan pelukannya pada Fely. Setelah menikah, kan memang ini sudah menjadi kebiasaan Barra. Tidak pernah sekalipun Fely melihat Barra tidak memeluknya saat Fely bangun dari tidurnya itu.
"Udah lah Mal, terima nasib aja. Lo tau si Barra kalo udah tidur kaya gimana" ucap Vino yang berdiri dibelakang Kamal.
"Iya, sadar diri juga kamu. Si Barra lebih ganteng, wajar aja Fely ga papa kalo Barra peluk dia" Sahut Pak Rahmat yang justru membuat Kamal semakin gondok.
Karna rangkulan Vino padanya, Kamal akhirnya kembali duduk ke kursinya yang berada dibelakang. Situasi juga sudah kembali normal. Dimana semua orang yang melihat Barra dan Fely tadi sudah kembali ke kursi masing-masing.
***
Setelah menempuh perjalanan sekitar 1 jam setengah, Barra akhirnya bangun juga. Perutnya dirasa lapar sekali sekarang. Karna itulah Barra sekarang membuka matanya. Jika diingat, memang Barra dan Fely belum memakan apapun selain sarapan mereka tadi pagi.
Barra mendongkakan wajahnya untuk melihat wajah Fely, yang dimana gadis itu pada akhirnya tidak bisa tidur selama perjalanan. Karna suasana bangku dibelakang sangatlah ricuh. Kericuhan tidak akan mungkin bisa membuat Fely bisa tidur dengan nyenyak.
"Gue laper" ucap Barra dengan suara khas bangun tidurnya.
Fely menoleh kearah Barra yang masih nggan untuk menarik kepalanya yang masih menyender pada bahu Fely. Bahkan, tangan pria itu juga masih asyik memeluk Fely.
"Mau apa?" tanya Fely.
Memang Fely dan Barra membawa satu kantung makanan untuk mereka berdua. Katanya, biar lebih simple karna mereka duduk satu bangku ini. Dan jika untuk mie instan cup, yang merupakan makanan wajib saat camping seperti ini, Barra dan Fely memutuskan untuk membeli ditempat camping saja nanti. Karna sesuai informasi dari Barra yang pernah camping ditempat yang akan mereka datangi ini ada warung makanan yang dimana menjual beberapa kebutuhan yang mungkin akan dibutuhkan untuk para peserta camping.
"Gue mau minum dulu, yang cappucino itu loh. Ga ketinggalan kan?" tanya Barra. Fely menganggukan kepalanya. Lalu ia segera membawa satu botol minuman yang Barra sebutkan untuknya. Diserahkannya dengan segera pada suaminya itu.
"Gantian dong, pegel gue lo pelukin terus" ucap Fely pada Barra. Barra kini menarik wajahnya, untuk Fely yang kini akan menyandarkan wajahnya pada bahu Barra.
"Kue dong mau gue" pinta Barra lagi. Fely mendengus, kenapa tidak sekalian saja Barra memintanya tadi. Baru juga beberapa detik Fely menyandarkan kepalanya pada bahu Barra. Kini, ia harus bangkit lagi untuk mengambil makanan yang Barra minta. Melihat snack singkong didalam kantung kreses, Fely juga memilih untuk mengambilnya untuk dirinya sendiri.
"Lo ga tidur?" tanya Barra pada Fely yang kembali menyenderkan kepalanya pada bahu Barra, dengan mulut gadis itu yang kini tengah mengunyah snacknya.
"Ngga, berisik banget dibelakang. Mana bisa gue tidur" jawab Fely.
"Belum lagi si Kamal, baru aja gue tidur dia udah kesini katanya ga terima lo peluk gue. Untung aja ga ada yang curiga temen-temen lo yang dateng kesini juga" lanjur Fely menceritakan kejadian dimana Barra yang tidur tadi.
"Kasian banget, kalo mau tidur sekarang juga tidur aja. Masih ada setengah jam buat nyampe kesana".
"Ngga, kan lo tau gue ga bisa tidur sebentar".
Barra menarik nafasnya sebentar. Memang ia sangat mengetahui kebiasaan Fely. Semua hal tentang Fely sudah bisa Barra hafalkan. Termasuk dalam urusan tidur gadis itu. Barra memlih untuk menggenggam jemari Fely saja. Karna saat ia melihat kearah kanan, dimana ada Pak Rahmat disana yang tengah tertidur dengan pulasnya.
"Yang sabar ya, bentar lagi sampe ko. Bisa istirahat nanti disana" ucap Barra.
"Mana ada, nanti kan harus pasang tenda. Gue ga mau tau ya, lo harus bantuin gue sama temen-temen gue. Kan lo sama temen-temen lo dapet tugas buat bantuin yang lain".
Memang, untuk camping kali ini Barra dkk ditunjuk untuk membantu teman mereka yang ikut camping. Dengan mengalasankan Barra dkk lebih berpengalaman dari yang lain. Jadi, Pak Rahmat mempercayai ketujuh siswanya yang cukup badung itu. Tapi, begitupun mereka adalah sahabat dari Pak Rahmat. Karna Pak Rahmat adalah coach basket di Palm High School.
"Iya, tapi kalo si Kamal yang nyerobot gimana?" tanya Barra. Karna Barra yakin, jika temannya ini tidak akan pernah membirarkan Fely dibantu olehnya. Pasti Kamal akan memprotesnya jika Barra menolong gadis incarannya.
"Ah, lo atur-atur aja. Gue ga mau ya liat lo bantuin si Jihan. Gue laporin mama tau rasa lo" ancam Fely yang mendapat kekehan dari Barra.
"Iya, iya. Serem amat ancamannya ngadu ke mama".
"Biarin"
Keduanya kini menikmati perjalan yang kata Barra tinggal setengah jam lagi itu. Mengamati jalanan yang mereka lewati adalah hal yang mereka pilih kali ini. Dengan tangan keduanya yang masih tertaut.
***
Drama kembali dimulai saat rombongan Palm High School sudah sampai di bumi perkemahan. Kali ini, yang membuat drama adalah Fely. Dimana Fely terus mengeluh karna mereka harus berjalan cukup jauh dari parkiran. Barra dan Vino berjalan dengan Fely atas permintaan dari Pak Rahmat. Karna, tidak mungkin semuanya menunggu Fely yang terus-terusan meminta istirahat.
"Ah cape gue, mau balik aja kerumah" ucap Fely yang sudah mengambil ancang-ancang untuk berbalik arah itu.
"Enak aja, ini jalan tinggal bentar lagi, dan lo nyerah gitu aja?" tanya Vino.
"Gue cape Vino".
"Gini deh, Bar, lo gendong si Fely, biar carrier lo gue yang ambil dan lo ambil punya dia" usul Vino yang sudah bosan saat Fely terus meminta untuk istirahat. Padahal, perjalanan mereka hanya sebentar lagi.
Barra menarik nafasnya sebentar sebelum ia memberikan carriernya pada Vino sesuai perintah temannya itu. Lalu ia berjongkok didepan Fely, agar Fely naik ke gendongannya. Dengan senang hati, Fely naik kepunggung suaminya itu setelah Fely memberikan tasnya pada Barra.
"Gini dong dari tadi, kan gue ga akan cape" ucap Fely saat Barra sudah kembali berjalan dengan menggendong dirinya.
"Enak di lo ga di gue" jawab Barra kesal.
Bayangkan saja posisi dirinya saat ini. Dimana bagian depan tubunya yang membawa carrier Fely yang memang lebih kecil darinya. Dan punggungnya membawa Fely yang tidak merasa bersalah sedikitpun telah merepotkan Barra. Tidak tahu kah Fely jika Barra sedang kesusahan saat ini.
"Lo gendutan ya?" tanya Barra.
"Ih enak aja. Ngga" jawab Fely yang tidak terima dikatakan gendut oleh suaminya itu.
"Biasanya lo ga seberat ini gila" ucap Barra lagi.
"Ish Barra apaan sih, ah ga tau gue mau diet abis ini" ucap Fely dengan kesal.
Barra hanya terkekeh saat Fely tantrum karna hal ini. Vino yang melihat Barra seperti itu sontak bertanya pada temannya itu. Sebenarnya, Vino bisa melihat sedikit kejanggalan disini. Dimana Fely dan Barra terlihat sangat akrab sekali.
"Lo kenapa Bar?" tanyanya.
"Ga papa. Berat aja dia" jawab Barra.
Vino menaikan bahunya acuh. Walau dirinya sedikit curiga, tapi Vino tidak ada niatan untuk mencari tahu ada apa antara Barra dan Fely. Difikirannya saat ini adalah dimana Vino ingim segera tiba dibumi perkemahan mereka. Kembali berkumpul dengan teman-teman mereka yang lainnya. Yang dimana Vino yakini jika mereka semua sudah sampai disana. Tidak seperti dirinya yang masih berjalan, karna ulah Fely yang terus mengeluh selama perjalanan ini.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part