Part 64

2114 Words
Pulang sekolah ini Barra mengajak Fely untuk berbelanja semua perlengkapan untuk camping nanti. Karna acara yang akan diadakan lusa. Untuk tas sendiri, Fely akan menggunakan tas milik Barra. Karna banyak sekali carrier milik suaminya itu. Maklum, Barra sering ikut bakti sosial bersama geng motornya. Yang dimana mengharuskan mereka untuk camping juga. "Nanti jadi kan beli perelengkapan buat camping?" tanya Barra yang dimana sedang melakukan sarapan dengan Fely dan juga Lita. Fely menganggukan kepalanya, karna memang hari ini tidak ada latihan sampai mereka pulang dari acara camping. Katanya untuk menjaga stamina tubuh. Ditakutnya para anggota dance kecapean dan malah jatuh sakit saat akan tampil nanti. "Pulang sekolah langsung?" tanya Fely. "Iya, lo sama gue aja berangkatnya sekarang" jawab Barra. Fely menoleh kearah suaminya itu. "Ngga, gue ga mau kucing-kucingan lagi" jawab Fely dengan segera. Fely tidak mau jika harus memakai masker saat pergi kesekolah. Terlebih ditakutkan ada teman-temannya yang melihat Fely keluar dari mobil Barra. "Lagian, kalian ini aneh, masa searah ga suka berangkat bareng" komentar Lita yang merasa heran pada anak dan menantunya yang sampai detik ini tidak menginginkan untuk berangkat sekolah berbarengan. "Ya, gimana Barra mah ga bisa maksa Fely buat hal ini". jawab Barra seadanya. "Febri baru aja tau masalah kita Bar, bayangin kalo dia sebarin semuanya? Bentar lagi mau ujian, gue ga mau ada huru hara disekolah. Drama banget jadinya" jawab Fely memberikan alasannya. Barra hanya bisa menganggukan kepalanya lalu beranjak pergi setelah ia menyodorkan tangannya untuk Fely salami. Tidak lupa ia mencium kening istrinya itu yang masih asyik memakan roti tawarnya. "Barra berangkat dulu ya ma" ucap Barra lalu menyalami tangan Lita. "Tumben kamu lebih cepet dari Fely" komentar Lita karna biasanya Barra itu santai jika berangkat sekolah. "Udah selesai" jawab Barra lalu segera pergi, setelah ia mengelus pucak kepala Fely. "Jangan kelamaan makannya, udah siang ini" ucap Barra. Fely menganggukan kepalanya kali ini. Segeralah ia menyeruput segelas s**u putih yang ada didekatnya. Menyelesaikan sarapannya lalu segera menyusul Barra untuk berangkat sekolah. *** Jam istirahat kali ini Fely dkk habiskan dikantin saja. Disana juga ada Febri yang sudah pasti sedang duduk satu meja dengan Jihan. Ntah apa maksud dari gadis itu saat ini. Karna, pernikahan Fely dan Barra masih belum tercium oleh publik. Tapi, Febri malah terus berusaha untuk mendekati Jihan. Terlebih jika Jihan diajak satu meja bersama dengan Barra dkk. "Sumpah si Febri kenapa ya? Kalian ngerasa ga sih kalo dia jauhin kita?" tanya Kai pada teman-temannya. "Ga tuh, biarin aja sih" jawab Fely yang malas untuk berkomentar lebih tentang Febri. "Tapi, iya loh gue ngerasa dia jauhin kita. Kalian ada yang punya masalah sama dia?" tanya Nindi. "Biarin aja kata gue juga. Mungkin dia udah bosen temenan sama kita" ucap Fely lagi. "Tapi tetep aneh aja Fel. Dia biasa sama kita loh" sahut Clarin. "Gini sih ya kata gue, kita tuh ga rugi dia mau jauhin kita kek atau gimana kek, kita hidup, makan sama jajan ga minta duit sama dia. Jadi, ya udah biarin aja dia mau temenan sama siapapun juga" Jawab Fely. "Ya lo bener sih Fel. Nanti deh cari tau aja kenapa dia kaya gitu" ucap Kai yang mendapat anggukan dari Clarin dan juga Nindi. Sedangkan Fely tidak. Ia memilih untuk fokus makan saja sebelum jam istirahat selesai. "Lo jadi duduknya sama siapa?" Tanya Clarin pada Fely. "Ga tau, nanti aja liatnya pas mau berangkat" jawab Fely berbohong. Biar saja teman-temannya mengetahui nanti saat mereka akan berangkat jika Fely duduk bersama Barra. Dengan begitu, teman-temannya tidak akan ada yang curiga. Paling, hanya Febri saja yang akan memahaminya, kenapa Fely dan Barra duduk bersamaan nanti. *** Setelah berbagai perdebatan, akhirnya Barra mengalah untuk pulang terlebih dahulu sebelum ia dan Fely kembali berbelanja untuk kebutuhan camping nanti. Sebenarnya yang Barra inginkan adalah dirinya dan Fely langsung berangkat saja saat pulang sekolah tadi. Tapi, Fely bersikeras untuk pulang terlebih dahulu agar dirinya bisa mandi. Alhasil, keduanya kini sudah berada didalam kamar dengan Fely yang sedang asyik bermake up ria didepan meja riasnya. Sedangkan Barra menunggu dengan sabar disofa sambil menscrool akun instargramnya. "Bar, mau makan disini atau diluar nanti?" tanya Fely. "Mau lo gimana?" tanya Barra. Fely nampak berfikir sekarang. "Gue sih mau ayam geprek yang di jl. Tebet itu loh, tau ga lo?" jawab dan tanya Fely. Kini, Barra yang nampak berfikir. Mengingat nama tempat makan yang Fely maksud. "Ayam Keprabon, bukan?" tanya Barra. Fely menganggukan kepalanya dengan antusias. "Ya udah boleh. Bilang sama mama dulu tapi" jawab Barra. Fely menganggukan kepalanya dengan semangat. Rasa pedasnya ayam geprek sudah terasa sekali dilidahnya. Membuat Fely sangat tidak sabar untuk menyantap makanan itu. "Lo udah beres make up nya?" tanya Barra sambil berjalan mendekati Fely yang masih asyik memoleskan make up di wajahnya. "Bentar lagi". "Ngapain sih dandan. Sengaja ya biar banyak cowok yang perhatiin lo kaya di Bandung kemarin?" tanya Barra. Ia masih mengingat semua kejadian di Bandung, tepat dimana saat banyaknya pria yang memperhatikan Fely. Sehingga membuat Barra kesal sendiri kala itu. Fely terkekeh saat ini. Apa lagi saat Barra mengingatkannya kejadian saat di Bandung. Dimana Barra sangat cemburu pada Fely karna banyaknya pria yang mencari perhatiannya. Bahkan, teman Barra sendiri juga terang-teranganan berkata ingin menikahi Fely jika Fely bercerai dengan Barra. "Lo cemburu?" tanya Fely. "Ng.. ngga. Gue ga suka aja" jawab Barra. "Halah, cemburu mah bilang aja". "Ngapain? Kan gue yang merawanin lo" jawab Barra yang terkontaminasi ucapan Fely tentang Fely yang selalu berkata jika Fely lah yang mengambil keperjakaan Barra. "Enak ya?" tanya Fely. "Banget, hahahaha" keduanya kini malah tertawa saat Barra menjawab pertanyaan dari Fely barusan. Barulah setelah itu mereka pergi keluar, karna waktu yang semakin sore. *** Setelah membeli semua kebutuhan keduanya untuk camping nanti, Barra segera membawa Fely untuk memakan ayam geprek sesuai permintaan istrinya itu. Barra hanya bisa mengelus dadanya saat Fely memesan pedas level tertinggi disini. Sedangkan Fely terus merayu Barra agar suaminya itu bisa mengizinkannya. "Makasih ya sayangku, kamu emang terbaik" ucap Fely dengan ogah-ogahan pada Barra. Tapi, jika tidak seperti itu Barra akan terus melihat kearahnya. "Awas ya lo, udah jangan makan pedes lagi abis ini" jawab Barra. "Siap paksu" jawab Fely sambil memberikan hormat pada Barra. Sedangkan Barra hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu keduanya segera menyantap makan malam mereka sekarang. Beruntung, malam ini mereka tidak bertemu dengan teman-teman mereka. Mungkin, memang alam mengizinkan mereka untuk jalan-jalan malam ini dengan tenang. Bukan dengan perasaan yang degdegan akan bertemu dengan salah satu teman mereka. "Abis ini mau kemana?" tanya Barra. "Gue mau ice cream sih. Tapi, makan yang ada dirumah aja deh" jawab Fely. "Jadi, ga akan keluar lagi?" tanya Barra memastikan. Fely menganggukan kepalanya. *** Fely segera membersihkan dirinya sebelum ia pergi kedapur untuk mengambil ice cream nya, karna Fely ingin memakannya bersama Barra. Sedangkan Barra memilih untuk menunggu Fely didapur saja. Memang joroknya masih ada pada diri Barra ini. Setelah berganti baju dengan piyama berwarna hitamnya, dan Fely juga menyiapkan piyama yang sama untuk Barra. Fely segera bergegas keluar menemui Barra. Tidak akan Fely biarkan suaminya itu memakan ice cream sebelum Barra berganti pakaian. Terutama membersihkan tubuhnya karna Barra dan Fely sudah dari luar. "Barra, gue udah siapin baju. Ganti baju dulu ah nanti makan ice cream nya" ucap Fely yang duduk disebelah Barra. Niatnya untuk mengambil ice cream didalam kulkas ia urungkan. Karna jika Fely melakukannya, Barra tidak akan mau menurutinya. "Makan dulu lah, gue mau juga ice cream nya" tolak Barra. "Ngga, ganti baju dulu bersih-bersih bentar biar nanti abis gosok gigi langsung tidur" ucap Fely. Dengan kesal Barra bangkit dari duduknya. Mau tidak mau Barra menuruti perintah dari Fely.Tau begitu, Barra langsung pergi ke kamar saja tadi. Bukannya menunggu Fely di dapur. Selang 10 menit, Barra sudah kembali ke dapur. Ia segera duduk di kursi biasanya, sedangkan Fely mengambil ice cream yang akan mereka makan malam ini. Lalu kembali duduk disebelah Barra. Tidak lupa Fely memberikan satu sendok kepada Barra, karna keduanya kini akan memakan ditempat yang cukup besar. "Aduh, aduh ini udah malem kalian malah makan ice cream" ucap Lita yang baru saja datang kedapur. Jika dilihat dari tangannya, ibu mereka itu akan mengambil air minum, karna Lita membawa satu gelas kosong. "Fely yang mau ma" jawab Barra. "Barra juga ish" elak Fely. Setelah menuangkan air kedalam gelas, Lita berjalan untuk duduk dimeja makan bersama anak dan menantunya. Melihat keduanya yang masih asyik memakan ice cream yang memang tersedia didalam kulkas. "Bener ya, jodoh itu cerminan diri" ucap Lita sambil menggelengkan kepalanya. Fely dan Barra sontak menoleh secara berbarengan, dengan tatapan mereka yang mengisyaratkan mereka tidak mengerti akan ucapan dari Lita. "Iya ish, liat aja ice cream kesukaan kalian itu sama. Mana ga peduli mau dimakan jam berapa juga. Ini udah malem, dan kalian ga ngerasa dingin gitu makan ice cream?" lanjut Lita. Barra dan Fely menggelengkan kepala mereka berbarengan. Membuat Lita terkekeh melihat ekspresi keduanya. "Mama mau?" tanya Fely polos. "Ngga, buat kamu aja sama Barra. Mama mau ke kamar mau tidur udah ngantuk" jawab Lita. Lalu Lita segera pergi dari dapur untuk kembali ke kamarnya. Karna matanya sudah merasakan kantuk yang luar biasa sekarang ini. Sedangkan Barra dan Fely masih melanjutkan memakan ice cream mereka sampai habis satu tempat cukup besar berdua. Barulah setelah itu mereka memutuskan untuk pergi ke kamar. *** Barra mengajak Fely untuk gosok gigi bersama. Katanya, Barra tidak mau menunggu Fely. Dan Barra tidak mau Fely menunggunya juga. Alhasil, keduanya sudah berada didalam kamar mandi sekarang. Lebih tepatnya didepan wastafel sambil mereka yang tengah menggosok gigi mereka. Hal ini tentunya bukan pertama kali mereka lakukan. Jadi, mereka sudah terbiasa untuk melakukan hal apapun berdua di kamar mandi. Setelah selesai, Fely tidak langsung menaiki kasurnya. Tentu saja Fely akan melakukan rutinitasnya, yaitu melakukan skincare malamnya. Agar kulit wajahnya terus terjaga. Terutama saat bagun pagi nanti wajahnya akan terlihat cerah dan juga kenyal. Selain Fely, belakangan ini Barra juga memakai skincare yang sama dengan Fely. Tentu saja itu atas paksaan Fely yang mengatakan ingin mempunyai suami yang kulit wajahnya sehat terawat. Fely tidak mau hanya sehat sendirian. Barra juga harus ia rawat. Karna Barra tidak mungkin mau dengan sendirinya merawat kulit wajahnya. "Ganteng banget ya ampun suami gue" ucap Fely saat ia sudah memakaikan skincare pada Barra yang asyik duduk diatas kasur. Ya, perlu banyak perjuangan untuk Fely merawat Barra. Seperti kali ini, Fely harus rela membawa skincare nya keatas kasur karna Barra yang tidak mau menghampiri Fely. "Iya lah. Baru sadar lo?" tanya Barra. Fely mendecih. "Gue yang rawat lo ya Bar. Liat aja tuh foto nikahan kita. Muka lo ga ke urus, sekarang aja makin bening karna gue berhasil rawat suami gue. Si Jihan mah belum tentu bisa kaya gue" jawab Fely. "Iya, iya. Si paling bisa rawat suami" jawab Barra. Fely terkekeh lalu kembali menyimpan skincare nya keatas meja rias. Menatanya kembali dengan rapi, agar Fely tidak akan kesusahan untuk memakainya kembali esok. Fely merebahkan tubuhnya disebelah Barra, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Sedangkan Barra kini sudah melingkarkan tangannya pada pinggang Fely. Menarik istrinya itu untuk lebih mendekat ke arahnya. Bahkan, Barra menarik kepala Fely untuk bersandar ke d**a bidangnya. "Tumben banget hari ini si Jihan ga nempel-nempel sama lo" ucap Fely. "Nempel salah, ga nempel salah. Mau lo apaan sih?" "Ya, maksud gue heran aja. Perasaan kemarin dia maksa-maksa lo buat balik sama lo" ucap Fely. "Ah, males gue kalo udah bahas dia. Ntar lo sendiri yang marah" ucap Barra. Fely mendongkakan wajahnya untuk bisa melihat wajah Barra. Ia terkekeh saat melihat wajah kesal Barra kali ini. "Jangan marah dong" ucap Fely sambil mencolek dagu Barra. "Siapa yang marah?" "Lo lah, masa gue". Barra kini menaikan kepala Fely untuk sejajar dengannya. "Gue ga marah, gue cuman mau lo sekarang boleh?" tanya Barra tepat didepan wajah Fely yang kini menjadikan telapak tangannya sebagai bantalan diatas bantal. "Kalo gue ga mau, gimana?" tanya Fely. "Lo ga akan bisa nolak gue". "Oh ya? Kata siapa?" tanya Fely dengan nada yang meledek pada Barra. Dengan satu gerakan, Barra sudah berada tepat diatas tubuh Fely. Menjadikan tangannya sebagai tumpuan sekaligus mengunci tubuh Fely agar tidak bisa kabur darinya. Setelah itu, barulah Barra melumat habis bibir Fely dengan lembut. Setelah puas, ciuman Barra kini mulai turun pada leher jenjang Fely. Memberikan banyaknya tanda kepemilikan disana. Fely terus mengerang kala Barra tidak hentinya menciumi lehernya dengan tangan pria itu yang sudah bermain diatas kedua d*danya. Belum lagi, kini Barra sudah berhasil membuka satu persatu kancing bajunya. Barulah setelah itu Barra menanggalkan semua pakaiannya dan juga Fely. Melakukan hal yang ia inginkan bersama Fely, sampai keduanya merasa lelah. Dan keduanya tertidur lelap dengan tubuh yang saling berpelukan tanpa memakai apapun ditubuh mereka. Hanya selimut tebal saja yang menutupi tubuh mereka malam ini. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD