Esok paginya dimeja makan, Barra kembali mendapatkan telfon dari Jihan. Rupanya kejadian mobil mogok kemarin menjadikan gadis itu alasan untuk bisa akrab lagi dengan Barra. Karna, harus Jihan akui jika Barra itu seperti menghindarinya beberapa bulan terakhir.
Fely yang duduk didekat Barra sontak menatap tajam layar hp Barra dimana ada nama Jihan disana. Dengan jahilnya Fely mengangkat telfon itu dan men loudspeaker telfon itu sehingga bisa membuat Heru dan Lita ikut mendengarnya. Barra hanya bisa menelan ludahnya saat Lita menatapnya dengan tatapan tajam. Apa lagi ibunya itu berada tepat didepannya.
"Hallo Barra, Barra udah berangkat berlum?"
Fely menahan tawanya kali ini saat melihat ekspresi tidak berdaya Barra didepan kedua orang tua mereka ini. Memang tujuan Fely kali ini untuk Barra diceramahi pagi hari. Aksinya ini semata untuk balas dendamnya pada Barra karna Barra dengan beraninya membawa Jihan kemarin.
"Siapa itu Barra?" tanya Heru pada putranya.
"Te.. temen pa" jawab Barra.
"Hallo Bar, Barra masih dirumahkan?" JIhan kembali bersuara kala gadis itu mendengar suara Heru.
"Iya, kenapa?" tanya Barra.
"Mobil aku belum beres katanya. Kamu bisa buat jemput aku ga?" tanya Jihan.
"Tapi gue belum beres"
"Ga papa aku tungguin aja"
"Gue pesenin taxi online deh ya, gue takut ga keburu" tolak Barra.
"Yah, beneran ga bisa kesini ya Bar?"
"Iya, sorry banget ya"
"Ya udah deh, aku pesen sendiri aja. Sampe ketemu disekolah ya Bar"
Panggilan telfon segera Barra akhiri. Barra menatap ke arah Fely yang sedang menahan tawa itu. Ingin rasanya Barra memarahi Fely karna dengan beraninya mengangkat telfon Jihan didepan kedua orang tuanya. Ditambah dengan telfon itu di loudspeaker oleh Fely.
"Barra, kamu masih aja ya? Kan mama udah bilang mama ga mau denger apapun itu tentang cewek lain. Mama ga suka kamu kaya gini sama Fely" omel Lita langsung.
"Kamu ada main wanita Barra?" tanya Heru yang memang tidak mengetahui tentang Jihan.
"Ngga pa, dia temen aku aja"
"Temen ko minta jemput sih? Cewek loh itu, emang orang tuanya kemana?" tanya Lita.
"Barra ga tau ma".
"Ekhm, udah ma, pa mereka temenan aja ko" timpal Fely dengan susah payah masih menahan tawanya.
"Kamu jangan gini Fely. Kamu berhak buat blokir siapapun itu yang punya potensi buat rusak rumah tangga kamu" ucap Lita lagi.
"Barra, kamu ini udah nikah. Ga pantes ya kamu masih kaya gini. Kamu udah punya Fely, hubungan kalian itu sakral. Jangan kamu mainin" kini Heru ikut menasehati putranya itu.
"Pa, Barra ga ada hubungan apapun sama cewek manapun. Cuman Fely aja sumpah".
"Ma, Pa. Fely berangkat dulu ya. Fely udah selesai sarapannya" pamit Fely lalu berjalan untuk menyalami tangan Heru dan juga Lita. Baru setelah itu Fely menyalami tangan Barra.
"Sampe ketemu disekolah ya Bar" ucap Fely menirukan perkataan Jihan diakhir telfon mereka tadi. Segera Fely keluar dari rumah, sebelum Barra akan menahannya. Karna Fely tahu jika Barra ingin membuat perhitungan dengannya atas hal ini.
***
"Ih najis beraninya nyindir doang ini anak" umpat Fely saat Fely dkk berada di ruangan dance. Memang jam istirahat ini mereka memutuskan untuk latihan. Dan saat ini Fely dkk sedang menunggu teman-teman dance mereka yang lain belum datang.
"Siapa?" tanya Nindi.
"Si Febri" jawab Fely.
"Kenapa dia? Ko ke gue ga ada ya?" tanya Clarin yang segera mencek w******p nya untuk melihat status Febri yang katanya menyindir itu.
"Nah kan bener ke gue aja. Bener-bener ya itu anak satu" ucap Fely lagi.
"Gue masih heran kenapa dia jauhin lo" ucap Kai yang kemarin belum mendapatkan jawaban kenapa Febri sampai menjauhi Fely hanya karna Fely yang sudah menikah dengan Barra. Seharusnya, sebagai teman yang baik, Febri ikut senang atas pernikahan ini.
"Dia suka sama laki gue. Jadi, dia ga terima kalo Barra nikahnya sama gue. Makanya nih ya, dia gencar banget deketin si Jihan biar dia bisa deket juga sama si Barra. Dan gue jamin juga lo semua dapet WA dari dia kemarin. Mungkin, niatnya mau bikin lo semua ninggalin gue kali. Dan ngeliat kalian sama gue, mungkin dia panas karna kalian disini sama gue bukan sama dia" ucap Fely panjang lebar.
"Gila anjir ga nyangka gue dia kaya gitu" komentar Nindi.
"BTW dia tau dari mana soal lo sama si Barra?" tanya Clarin.
"Sepupunya dia sekompleks sama Barra. Dan sialnya si Barra ga bilang sama gue dengan alasan dia fikir si Febri ga akan tau dan kalopun tau si Febri bakalan diem aja karna dia temen gue". Clarin mengangguk faham.
"Oh ya, gue mau nyari tau siapa yang udah bikin kita nyasar kemarin. Abis latihan kita temuin si Vero ya. Kata si Barra yang nyadar kita belum dateng itu dia. Dan pengumpulan bendera ke si Vero, gue rasa kita bisa tau yang kumpulin bendera terakhir itu siapa, dan gua bisa jamin mereka pelakunya" ucap Fely lagi.
Fely memang sempat menanyakan hal ini pada Barra semalam, tepat saat Fely sudah melayani Barra. Dan disanalah Barra memberi tahu Fely tentang siapa orang yang menerima kumpulan bendera putih. Maka dari itu, hari ini Fely harus bisa menemui Vero.
***
Setelah mencari informasi tentang keberadaan Vero saat istirahat kedua ini, Fely dkk segera mendatangi kantin karna Vero katanya ada disana. Benar saja, tidak perlu kesusahan Fely dkk bisa menemukan Vero yang sedang memakan makanan siangnya dikantin bersama beberapa teman pria itu.
Fely dkk kini berjalan menghampiri Vero. Mereka tidak ingin membuang waktu istirahat keduanya begitu saja. Karna memang mereka belum makan juga siang ini.
"Vero, kita mau ngomong sama lo" ucap Fely to the point.
"Eh iya Fel, kenapa?" tanya Vero lalu menoleh kearah Fely yang berdiri disebelah kanannya itu.
Teman Vero yang sudah selesai makan memberikan kursinya untuk Fely duduki saat ini. Sedangkan Clarin, Nindi dan juga Kai memilih berdiri dibelakang Fely. Karna tidak adanya kursi disini.
"Gue mau tanya, waktu di camping itu yang kumpulin bendera terakhir itu siapa?" tanya Fely.
Vero nampak berfikir saat ini. Mengingat kejadian malam dimana Fely dan kelompoknya yang hilang itu.
"Kelompok si Jihan" jawab Vero dengan latang.
Fely mengepalkan tangannya. Kini ia sudah bisa menebak siapa yang berani membuat masalah dengannya. Benar-benar salah orang itu berurusan dengan Fely.
"Oke, makasih infonya. Sorry ganggu jam makan siang lo" ucap Fely yang kini segera beranjak dari duduknya dan segera keluar dari kantin. Tentu saja tujuannya kali ini mencari sosok seseorang yang ada di fikirannya.
***
Pertama Fely kembali ke kelasnya terlebih dahulu, lalu setelah itu ia pergi ke kelas Barra untuk menemui Jihan. Dalam fikirannya hanya ada nama Febri. Dimana Febri yang kini katanya berada di kelas Barra. Makan siangnya seolah terlupakan begitu saja oleh Fely dkk. Mereka kini tersulut emosi yang cukup besar setelah berbicara dengan Vero tadi.
Tanpa permisi Fely dkk masuk kedalam kelas Barra. Bahkan Fely juga segera menemui Febri yang sedang duduk dibelakang bersama Jihan dan Barra dkk yang asyik bermain gitar sambil bernyanyi dengan suara mereka yang pas-pasan itu.
"Heh anjing, sini ikut gue" Fely menarik lengan Febri untuk berdiri didepannya.
Sontak kerumunan Barra dkk juga ikut berdiri karna kedatangan Fely disini. Belum lagi dengan Fely yang terlihat sangat marah kali ini. Tidak terkecuali Jihan yang kini ikut berdiri di dekat Febri.
"Lepasin tangan gue monyet" Febri segera menghempaskan cekalan tangan Fely pada lengannya dengan kasar.
"Heh, lo ngapain kesini marah-marah di kelas orang, ga tau malu banget" Jihan ikut menimpali karna merasa tidak suka Febri dilabrak begitu saja. Belum lagi ini dikelas Barra.
"Diem lo, gue ga ada urusan sama lo!" ucap Fely penuh penekanan.
"Heh, jelas ini urusan gue. Ini kelas gue" jawab Jihan.
"Oh gitu, berarti lo juga terlibat dong sama masalah dia?" kini Fely mendekat kearah Jihan.
"Maksud lo apa? Gue aja ga pernah ada urusan sama lo?" tanya Jihan.
"Fel, kontrol emosi" Ucap Vino sedikit menarik Fely untuk menjauh dari Jihan.
"Heh, lo ga malu marah-marah dikelas orang hah?" tanya Febri. Fely kini kembali menatap Febri.
"Lo yang harusnya malu Febri" ucap Nindi yang sudah sama marahnya pada Febri.
"Kenapa lo jadi ikut-ikutan?" tanya Febri heran.
"Menurut lo aja anjing, lo kan orang yang udah bikin kita nyasar dihutan kemarin?" tanya Fely.
Raut wajah Febri sudah berubah sekarang menjadi tegang. Dari mana Fely tahu tentang semua ini. Tapi, segera mungkin Febri menormalkan ekspresinya. Ia tidak boleh terlihat panik disini. Jika Feberi terlihat panik, maka akan ketahuan sudah tentang aksinya saat itu. Dimana Jihan saja tidak mengetahuinya.
"Beneran itu Feb?" tanya Jihan.
"Kalo nuduh tuh pake bukti" elak Febri.
"Oh, sekarang gue tanya sama lo berdua, gimana caranya lo berdua balik ke tempat camping sementara lo berdua kelompok paling akhir kumpulin bendera? Raja hutan lo sampe tau rute nya semua tanpa liat panah?" tanya Fely lagi. Lagi dan lagi Febri tercengang disini.
"Jangan salahin orang kalo lo ga bisa baca panah" ucap Febri masih berusaha mengelak. Fely mendecih.
"Oh ya? Lo fikir kita bego? Kalo mau boong itu pinteran dikit b*****t!" Fely masih terus mendesak Febri saat ini. Sementara Jihan sudah tidak berani untuk ikut campur, karna dirinya yang shock atas ucapan Fely barusan.
"Heh, lo kalo ada masalah jangan sampe bahayain nyawa beberapa orang Feb. Lo gila anjing sumpah" kini Kai juga ikut bersuara.
"Lo mau ngaku sekarang, selesain baik-baik atau kita laporin lo ke pihak sekolah?" tanya Clarin yang kecewa juga pada Febri.
"Lo semua ga bisa ya nuduh gue gitu aja".
"Nuduh lo bilang. Gue tanya sekali lagi, gimana cara lo bisa balik ke tempat camping saat dimana tanda panah udah melenceng dari pos 3?" tanya Fely lagi.
Febri tidak bisa menjawab kali ini. Ia tidak berfikir jika Fely akan mencari tahu pelaku dibalik hilangnya Fely di hutan. Karna, Febri fikir Fely dan yang lainnya tidak akan mempermasalahkan ini semua.
"Febri, gila lo ya. Lo tau si Fely itu ga bisa kalo terlalu cape. Sumpah ya lo ternyata jahat juga" ucap Vino yang tidak terima Fely mendapatkan perlakuan licik dari Febri. Vino memang garda terdepan Fely. Bahkan, Ansell juga tentunya. Fely adalah adik kecil mereka. Tentu saja mereka harus melindungi Fely.
"Gue fikir lo cewek baik-baik Feb. Gue ga akan pernah tinggal diem sampe ada seseorang yang berani ngusik si Fely sampe dia pingsan kaya kemarin" timpal Ansell.
Barra yang sedari tadi hanya menyimak saja kini sedikit shock atas pembelaan dari Vino dan juga Ansell pada istrinya. Pantas saja Fely berkata jika Vino dan Ansell sudah Fely anggap sebagai kakak sendiri. Rupanya, seperti ini lah Vino dan Ansell jika sudah ada yang berani mengusik Fely. Apa lagi orang itu sampai berani membuat Fely celaka.
"Pergi lo dari kelas ini, dan jangan sampe gue liat muka lo masuk kesini lagi kalo lo mau baik-baik aja disekolah" usir Vino pada Febri.
"Heh, gue ga ada urusan sama lo berdua" jawab Febri.
"Urusan Fely urusan kita" jawab Ansell,
"Mau gue seret atau lo cabut sendiri?" tanya Vino.
Fely tersenyum miring saat melihat Febri diusir begitu saja oleh Vino. Salah Febri sendiri mau berusan dengan Fely. Febri sepertinya lupa Fely itu siapa. Dan siapa saja orang yang akan ada dibelakang Fely saat ada yang berani berurusan dengan Fely, apa lagi sampai mengancam keselamatan gadis itu.
"Lo tau dari mana Fel?" Tanya Vino saat Febri sudah keluar dari kelasnya.
"Gue tanya si Vero yang dapet tugas buat kumpulin berndera" jawab Fely.
"Lo, sampe gue tau lo ikut terlibat disini, abis lo sama gue" ucap Fely pada Jihan. Lalu ia segera keluar dari kelas itu. Meninggalkan Jihan yang masih dikerumuni oleh ketujuh lelaki itu.
***
"Lo beneran ga ikut terlibat dalam hal ini kan Jihan?" tanya Barra saat suasana kelas sudah sedikit tenang.
"Ngga Barra sumpah" jawab Jihan seadanya. Tapi, memang dirinya menyadari jika kelompok Jihan lah yang paling akhir mengumpulkan bendera, dan mereka juga yang paling akhir datang. Tapi, Jihan tidak berfikir untuk membuat Fely dkk tersesat duihutan. Karna Jihan tidak merasa ada masalah dengan Fely maupun yang lainnya.
"Tapi kenapa si Fely sama temen-temennya bisa nyasar?" tanya Vino yang belum percaya.
"Ga tau sumpah, emang gue sadar gue yang paling akhir dateng tapi gue berani sumpah gue ga jailin si Fely sama temen-temennya" jawab Jihan lagi berusaha untuk meyakinkan teman-temannya ini.
"Tapi yang dibilang si Fely ada benernya, kalo bukan kelompok lo siapa lagi yang lakuin itu? Kan kalo emang yang jail sebelum kalian, kalian harusnya ikut nyasar loh. Secara pos 3 gitu loh" ucap Kamal.
"Tapi sumpah bukan gue Kamal, ga tau kalo si Febri" jawab Jihan.
Ia tidak tahu harus berkata apa lagi pada teman lelakinya ini agar mereka percaya pada Jihan. Karna memang Jiha tidak melakukan apapun disini. Jihan saja baru tahu jika Febri yang melakukannya.
"Fely ga sebaik yang kita kira. Dia bisa lakuin apapun ke orang yang berani usik dia. Bukan gue mau nyudutin lo Han, tapi gue rasa sebelum si Febri ngaku, lo harus hati-hati sama dia" ucap Ansell pada Jihan.
Ansell tahu sendiri apa yang bisa Fely lakukan pada orang yang berani mengusiknya. Bahkan, Ansell saja takut jika Fely sudah mengeluarkan kesangarannya. Lebih dari apa yang sering mereka lihat sehari-hari. Bahkan, sepertinya Barra saja tidak tahu apa yang bisa istrinya itu lakukan.
"Gue harus gimana biar kalian percaya?" tanya Jihan.
"Gue rasa lo harus bikin si Febri ngaku" jawab Luthfi.
"Gue bakal usahain kalo emang bener dia yang lakuin itu" jawab Jihan. Setelah itu mereka bubar untuk mencari Fely dkk. Karna memang jam kosong sekarang. Jadi, bisa dengan bebas mereka mencari keempat gadis yang tadi sempat mengamuk di kelas mereka.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part