Part 70

2142 Words
Hari demi hari sudah berlalu. Masih belum ada perubahan dari Febri yang belum mau mengakui perbuatannya. Bahkan, Jihan saja tidak bisa mendesak Febri untuk mengakui semuanya. Tapi, walau begitu Febri belum membocorkan tentang pernikahan Barra dan juga Fely. Fely bahkan tidak mengerti maksud dari Febri apa terus menyindirnya dan masih tidak mau mengakui kejahatannya. Tapi, Fely masih mempunyai hati untuk melaporkan Febri ke pihak sekolah. Bagaimanapun, kartu as Fely ada pada gadis itu. Fely takut, jika Febri akan membocorkan semuanya jika sampai Fely membawa kasus ini. Dan tepat hari ini juga sudah selesainya ujian kenaikan kelas. Itu artinya, PORAK akan segera datang. Tepat dua hari lagi, tepat dihari senin minggu selanjutnya. Fely dkk memilih untuk pergi ke caffe setelah pulang sekolah dengan catatan Fely harus pulang bersama Barra nanti. Jadi, memang hari ini Fely sengaja tidak membawa mobil. "Gila ya laki lo, masa ga bolehin gue buat anterin lo" ucap Clarin yang mendapat pesan dari Barra untuk tidak mengantarkan Fely pulang. Padahal, Clarin juga tidak akan membawa Fely kemana-mana setelah ini. "Ya, gimana lagi. Tau kan kenapa gue ga bisa jalan lagi?" tanya Fely. Sedang asyik membicarakan Barra disini, dering telfon berbunyi pada Fely. Sepertinya Barra mempunyai indra ke 6, jadi ia bisa merasakan adanya orang yang membicarakannya. Bahkan, suaminya itu melakukan panggilan vidio terhadapnya. Tanpa fikir panjang, Fely mengangkatnya. "Lama banget sih lo, emang ya cewek mah gosip mulu kerjaannya" cerocos Barra. Fely menyerngitkan kedua alisnya. Perasaan dirinya baru keluar satu jam disini, dan Barra sudah berkata jika Fely sudah lama sekali. Lantas, apa kabar dengan Barra yang jika sudah latihan selalu sampai larut malam? Memang suami egois Barra ini. "Anjir, bini lo baru sebentar disini Barra" jawab Kai yang memang mendengarkan ucapan Barra. "Awas ya bini gue jangan dibawa ga bener, apa lagi dikenalin ke cowok" jawab Barra. "Oh, cemburu ya?" tanya Fely. "Halah, si Jihan aja masih gabung sama lo" kini Nindi yang menyahuti. "Gue ga ada bawa dia ya, dianya aja yang suka samperin gue sama anak-anak" jawab Barra membela diri. "Gue susulin dah, BT juga dirumah sendirian" ucap Barra lagi. "Eh enak aja, ini tuh girls time" tolak Kai. "Bodo, gue mau kesana" "Barra apaan si, ngapain kesini ini cewek semua" ucap Fely. "Ga papa lah" "Oh iya, sini aja bayarin makanan kita" jawab Nindi asal. Tapi, jika Barra benar membayarnya alhamdulillah. Uang jajan mereka akan aman. "Oke" Panggilan vidio sudah berakhir. Fely menatap tajam Nindi yang mengizinkan Barra untuk datang. Tidak tahu saja dirinya jika sudah berada diluar dengan Barra, Fely tidak akan pernah bisa bebas. "Kenapa dibolehin?" tanya Fely. "Lumayan, uang jajan gue aman" jawab Nindi yang mendapat kekehan dari Kai dan juga Clarin. Sementara Fely masih menatapnya tajam. *** Benar saja, Barra kini sudah berada ditengah-tengah keempat gadis yang sudah sejak tadi berada disini. Bahkan, Barra juga memesan makanan kembali untuk Fely dkk dengan alasan untuk menemaninya. Tentu saja dengan senang hati Clarin, Kai dan juga Nindi memesannya. Tapi tidak dengan Fely yang katanya mau diet karna lusa mereka akan tampil. Tapi, bukan Barra jika tidak bisa memaksa Fely tentang makanan. Karna, menurut Barra tidak adanya kepentingan Fely untuk diet. Barra akan menerima keadaan apapun Fely. Tapi tetap saja, tubuh ideal adalah impian semua wanita, apa lagi untuk Fely. Menurutnya, seorang dancer harus bisa menjaga keidealan tubuhnya. "Makan Fely" ucap Barra pada Fely yang nggan memakan steak yang Barra pesankan untuknya. "Gue udah kenyang Barra. Lagian siapa suruh sih lo pesenin buat gue?" tanya Fely. "Ya terus itu makanan mau lo apain? Masa dibuang, liat tuh diluaran sana pada kepengen makan kaya gini". "Ya udah, lo kasih aja ke mereka" jawab Fely dengan santainya. Barra menghela nafasnya. Ia mengambil steak yang ada didepan Fely. Lalu memotongnya kecil, dan disuapkannya pada istrinya itu. Dan terpaksa lah Felu memakannya. "Heh, hargain yang jomblo dong" sindir Nindi pada Barra dan juga Fely. "Makanya nikah" jawab Barra. Dengan sengaja Fely mencium pipi Barra didepan ketiga temannya. Tujuannya hanya ingin membuat mereka panas akan aksi Fely kali ini. Karna, ketiga temannya itu belum memiliki kekasih. Sedangkan Fely memiliki pasangan, halal pula. Mengerti tujuan Fely, Barra juga membalas ciuman Fely. Bahkan, Barra mencium kedua pipi Fely. Membuat Clarin, Kai dan juga Nindi berteriak histeris. Karna merasa mata mereka ternodai oleh kedua pasang suami istri yang sangat tidak mengerti akan para jomblo wati ini. "Ahhh, my eye's, my eye's" teriak Nindi yang langsung menutup matanya. "Lo berdua gila, iya tau udah halal, tapi kita juga mau" jawab Clarin. Barra dan Fely tertawa bersamaan. Seru juga saat hubungan mereka sudah diketahui oleh teman-teman Fely. Setidaknya kali ini mereka tidak kucing-kucingan lagi didepan tiga sahabat Fely itu. Dan disini mereka juga bisa bebas berekspresi layaknya dirumah. *** Dua hari sudah berlalu, hari ini hari dimulainya PORAK. Itu artinya anak dance akan menampilkan penampilan terbaik mereka untuk pembukaan PORAK. Fely kini sudah memakai baju yang menjadi kostum hari ini. Sebuah jumpsuit hitam, yang dimana Fely sengaja tidak memakai inner sangat cocok dipakai olehnya. Rambut yang sengaja ia kuncir kuda tapi tidak tinggi, dan sepatu boots berwarna hitam sangat menunjang penampilannya kali ini. Make up tidak terlalu berlebihan sangat terlihat fresh sekali diwajahnya. Barra yang sejak tadi melihat penampilan Fely dikamar terus mewanti-wanti istrinya itu agar bisa menjaga dirinya. Karna pasti banyak pria yang akan tertarik pada Fely disekolah. "Cantik banget menantu mama ini" Puji Lita saat ketiganya sedang berada dimeja makan. Sementara Heru sudah harus kembali ke Bekasi. "Mama bisa aja" jawab Fely tersipu malu. "Pangling banget mama liatnya Fel" ucap Lita lagi. "Barra, kamu ga takut istri kamu bikin cowok lain suka?" goda Lita pada anaknya yang sedang asyik memakan nasi goreng buatan Bi Inah itu. "Ngga" jawabnya singkat. "Halah, boong banget tadi dikamar bilangnya Fely jaga diri biar ga di goda sama cowok" cibir Fely. Lita terkekeh saat melihat kegengsian anaknya ini untuk mengakui kecemburuannya. Memang, sifat Barra sama seperti Heru. Selalu gengsi mengatakan rasa cemburu. Tapi, jauh berbeda sekali dengan tingkah mereka. "Kamu tuh ya, sama banget kaya papa. Gengsi banget bilang cemburu. Bilang aja Barra, Fely juga ga akan kenapa-napa ya kan Fel?". Fely menganggukan kepalanya. "Iya, bilang aja gue ga akan marah sama lo" ucap Fely yang tidak mendapat jawaban dari Barra. "Makan, nanti telat tau rasa" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Barra. Fely memanyunkan bibirnya saat ini. Lalu ia kembali memakan nasi gorengnya, karna ia harus segera pergi kesekolah untuk mempersiapkan diri bersama anggota dance yang lain untuk tampil nanti. *** Pembukaan PORAK Palm High School sudah dibuka dengan diawali oleh sambutan dari Kepala Sekolah. Setelah berakhirnya sambutan, kini Fely dkk sudah memasuki lapangan. Ya, sesuai dengan yang sudah dilatihkan beberapa hari kebelakang, kali ini mereka akan tampil 4 orang terlebih dahulu. Barulah akan diikuti dengan 8 anggota dance lainnya setelah ini. Suara gemuruh para siswa yang menonton kini terdengar di lapangan indoor, dimana PORAK akan berlangsung disini. Kehebohan kembali terjadi saat Fely dkk sudah melekukan gerakan mereka dengan lihainya. Balutan kostum berwarna hitam sangat cocok dengan tarian mereka saat ini. Dimenit-menit terakhir, kejutan kembali penonton terima dari para dancer Palm High School. Dimana 8 anggota dance kini sudah mulai datang ketengah lapangan, lalu mereka ikut menari bersama Fely dkk dengan kompaknya. Tepuk tangan kini terdengar begitu keras saat para dancer sudah menyelesaikan tarian mereka. Bahkan, tepuk tangan tiada hentinya mereka dapatkan walau mereka sudah memberikan tanda hormat mereka pada semua penonton. Dancer pun kini kembali ke sisi lapangan, karna mereka sudah menyelesaikan tugas mereka. *** Setelah kembali keruangan dance, Fely mendapatkan telfon dari Barra. Ntah kenapa suaminya itu tidak bisa membiarkan Fely hidup dengan tenang. Keteledoran Barra selalu membuat Fely ikut pusing untuk mencari sesuatu barang yang Barra selalu lupakan dimana menyimpannya. "Hallo kenapa?" "Kolor gue mana?" Fely menyerngitkan alisnya kala Barra bertanya hal yang kurang jelas. Kolor apa yang pria itu maksudkan. Karna, seingatnya Fely jarang memakai salah satu benda milik suaminya itu. "Hah, maksud lo?" "Kolor gue ish tadi pagi kan gue minta siapin" "Apaan sih Barra ga jelas lo, kolor apa?" "Ish itu loh celana basket gue, tadi kan gue minta lo siapin, ko ga ada ditas?" "Gue udah simpen di tas lo, coba cari lagi. Ga mungkin ga ada orang gue simpennya di paling atas. Lagian tas lo ga banyak isinya ga mungkin keselip" "Ga ada Fely, gue udah ubek-ubek ga ada. Lo lupa kali ga nyimpenin buat gue" "Cari yang bener Barra" "Ish iya bentar " "Ga ada Fely, ini gue udah ubek" "Siapa Fel?" tanya Nindi pada Fely karna Fely sedang asyik dengan hp nya. Ekspesi gadis itu juga sedang menggambarkan kekesalannya. "Laki gue" jawabnya. "Kenapa? Kangen apa sampe nelfon segala?". "Ngga, lagi nyari celana basketnya. Padahal gue udah simpenin di tas nya masa ilang. Emang teledor banget dia" jawab Fely. Nindi terkekeh dibuatnya. "Sabar ya ibu rumah tangga" ucap Nindi. "Gimana ada ga?" tanya Fely lagi karna Barra tidak bersuara. "Hehehe, ini ada gue pake ternyata" "Lo tuh ya makanya jangan pelupa" "Iya tadi gue keluarin lagi biar ga ribet makanya gue pake sama seragam. Maaf ya" jawab Barra. "Ya udah ah gue lagi sama yang lain" "Eh, bentar katanya mau ngasih Pocari sama gue" Fely memutar kedua bola matanya. Ia fikir Barra akan lupa akan hal yang sudah Fely janjikan tadi pagi tentang Fely yang akan memberi Barra pocari sebelum suaminya itu tanding siang ini. "Iya, iya ke rooftop aja" Ucap Fely lalu mematikan sambungan telfon mereka. "Kemana lo? " Tanya Kai saat melihat Fely akan segera bergegas keluar dari ruangan dance. "Mau beliin minum buat laki gue. Nagih janji dia" Jawab Fely. Lalu segera keluar dari ruangan dance setelah mendapat anggukan dari teman-temannya. *** "Barra" Ucap Fely. Barra menoleh kearah belakang tepat dimana Fely berdiri. Fely menatap takjub Barra yang kini sedang memakai jersey basketnya yang dimana ada nama 'BARRA' dan nomor punggung 10. Memang harus diakui jika ketampanan Barra meningkat saat ini. "Sini muter" Fely memutar tubuh Barra membuat pria itu menyerngit . "Ganteng banget" Puji Fely. Jersey basket membuat otot lengan Barra bisa dengan bebas terekspos. Ia terlihat sangat gagah saat ini. Tapi, Barra semakin menyerngitkan kedua alisnya. Menatap Fely heran. "Lah emang gue ganteng. Baru nyadar lo suami lo ini ganteng?". Ingin rasanya Fely menarik semua ucapannya kali ini. Memang benar jodoh itu cerminan diri. Fely saja sangat begitu PD nya, dan mendapatkan Barra yang sama begitu PD nya juga. "Maksud gue gangguan telinga". Barra memanyunkan bibirnya. "Lo juga cantik" Ucap Barra. Sontak Fely tersipu malu. Kenapa tidak dari tadi saja Barra berkata jika Fely cantik. "Emang gue cantik. Lebih cantik dari siapapun. Lo beruntung dapetin gue" Jawab Fely dengan pd nya. "Cacar bintik-bintik maksud gue hahahaha". Barra tertawa lepas kali ini. "Ish nyebelin" Fely memukul tubuh Barra dengan kedua lengannya. Membuat Barra meringis kesakitan dibuatnya. "Aw, udah udah ampun" Barra menahan lengan Fely agar tidak memukulnya lagi. "Abis lo nyebelin" Jawab Fely. "Iya, iya sorry. Mana minuman gue?" Tanya Barra. "Lepas dulu, gue taro di tas minumnya" Barra akhirnya melepaskan cekalannya pada kedua lengan Fely. Membiarkan istrinya itu untuk mengambil minuman yang sudah gadis itu janjikan padanya tadi. Fely merogoh tasnya dan mengambil dua botol pocari dengan ukuran masing-masing 500ml. Di serahkannya pada Barra. Dengan senang hati Barra menerimanya. "Nih, tadinya gue mau beliin yang 1 liter, tapi susah bawanya jadi gue beliin dua deh". Barra kembali meraih lengan Fely. Namun, kali ini ia menarik gadis itu dalam pelukannya. "Mainnya nanti yang bener, jangan pake emosi. Masukin bolanya juga kedalem ring, jangan ke si Jihan" Ucap Fely yang membuat Barra terkekeh. "Jangan gatel juga. Gue denger tadi lo TP TP ke adik kelas" Ucap Fely lagi. "Lah kaga sumpah. Siapa yang bilang?" "Ada deh" "Bilang aja sama gue". "Ngga. Lo jangan macem-macem aja, mata gue ada dimana-mana lo inget itu" Barra kini melumat bibir Fely agar Fely tidak kembali bersuara. Selain itu, agar staminanya juga semakin naik. Karna, ntah kenapa setelah berciuman dengan Fely membuat stamina Barra semakin kuat. Barra selalu merasa lebih bersemangat saja jika sudah melakukan itu bersama Fely. "Udah ah, gue mau turun" Ucap Fely saat ia melepaskan ciumannya. Fely juga melepaskan pelukannya dengan Barra. Tapi, Barra kembali menarik Fely ke dalam dekapannya. "Bentar dulu kenapa, mau kemana sih lo?". "Mau nonton lo, diajakin sama anak-anak" Jawab Fely. "Kalo gue menang, ntar kelas lo kalah". "Eh iya ya? Ya udah lo ngalah aja sama kelas gue" Jawab Fely. Barra terekekeh. Bisa-bisanya Fely meminta hal itu padanya. "Sialan, ngga lah. Kalo gue menang lo harus turutin apa yang gue mau oke? Kan gue juga gitu ke lo". Fely mendongkakan wajahnya untuk bisa melihat wajah Barra. "Sialan, iyain aja biar cepet haha". Barra kini melepaskan pelukannya. Lalu Fely segera pergi meninggalkan Barra disana. Memang Fely ingin menonton Barra dibarisan paling depan. Jadi, ia harus buru-buru ke lapangan indoor sekarang. Tapi, sebelum Fely pergi, Barra mengecup kepala, pipi lalu bibir Fely sebentar. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD