Part 71

1453 Words
"Barraaaaa" Teriak Fely saat melihat Barra yang hampir berhasil memasukan bola kedalam ring basket. Lalu ia menutup wajahnya dengan menggunakan kipas portable miliknya yang sengaja ia bawa karna tatapan dari ketiga temannya. "Ish apaan sih jangan liatin gue kaya gitu dong, lagian banyak juga yang neriakin si Barra tuh tapi lo semua biasa aja" Ucap Fely malu. "Ga papa lagi nyemangatin laki sendiri" Jawab Nindi terkekeh. "Iya, ga papa santai kita maklumin" Timpal Clarin. Teman-teman Fely sangat mengetahui sifat Fely. Tidak biasanya Fely mau diajak untuk menonton pertandingan seperti ini. Fely dari dulu selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Tapi, kali ini Fely berada dibarisan terdepan untuk menyaksikan Barra bermain basket. Padahal, kelasnya belum dimainkan di sini. "Eh, eh kenapa tuh si Barra?" Tanya Kai yang sedari tadi fokus melihat kearah lapang. Fely kini kembali melihat ke arah suaminya yang sedang marah pada wasit disana. Fely tidak mengerti apa yang terjadi saat ini. Jadi, Fely hanya bisa khawatir jika emosi Barra akan tersulut besar di sini. "Kenapa dia?" Tanya Fely pada Kai. "Gue liat sih itu lawannya main kasar, cuman wasitnya ga kasih pelanggaran jadi si Barra marah" Jawab Clarin. "Anjir, rese dong itu wasit?" Tanya Fely. "Iya deh, tapi nikmatin aja sih" Timpal Nindi. Pertandingan kembali dimainkan dengan poin yang dimenangkan oleh kelas Barra. Tentu saja kelas Barra yang menang. Secara, ada Barra selaku kapten basket di Palm High School. Rasanya akan malu sekali jika Barra kalah dalam pertandingan ini. Barra dkk kini menepi ke tepian lapangan. Fely menatap kesal pada Jihan yang duduk dengan Febri disana. Rupanya tidak ada rasa malunya Febri ini. Padahal, Vino dan Ansell sudah memperingati Febri jika kedua lelaki itu tidak ingin Febri dekat-dekat dengan mereka. Kekesalan Fely semakin besar kala Jihan memberikan satu botol minuman pocari pada Barra. Dengan manjanya pula Jihan memberikan botol itu yang diterima oleh Barra. Semakin kesal lah Fely dibuatnya. "Ish ngapain sih itu cabe ngasih minum ke laki gue? Mana di terima lagi. Emang cari mati si Barra" Gerutu Fely yang terdengar jelas oleh Clarin dan juga Nindi yang duduk di sebelahnya. "Cemburu neng?" Tanya Nindi. "Gue kesel aja". Clarin dan Nindi terkekeh, begitu juga dengan Kai. Gengsi sekali Fely ini untuk mengatakan jika dirinya cemburu terhadap Barra. "Tapi perhatiin deh, minumannya dia kasihin lagi ke si Kamal" Ucap Kai yang ikut memperhatikan interaksi Barra dengan Jihan. Sebuah senyum puas tergambar dari wajah Fely. Ia senang sekali rupanya Barra sangat menghargainya. Belum lagi, saat Barra kini meminum pocari yang Fely berikan padanya tadi. "Uh, salting ni anak satu liat lakinya nolak pemberian cewek lain secara halus" Nindi menyikut lengan Fely. "Ish apaan sih" Jawab Fely kesal. Sementara dikerumunan Barra, tidak hanya Jihan yang memberi minum pada lelaki itu. Ada beberapa wanita juga yang kebanyakan adik kelas Barra yang dengan terang-terangan memberikan minum pada Barra. Bahkan, mereka tidak memperdulikan Jihan yang berada disana. Padahal, desas-desus tentang Barra dan Jihan masih saja terdengar walau tidak sebesar beberapa bulan lalu sebelum Barra memposting foto wanita yang diyakini bukan Jihan itu. "Gue kasih minum ini ke si Kamal ya Han? Gue udah bawa soalnya ini" Ucap Barra. Raut wajah kecewa Jihan sangat terpancar disini. Tapi, Kamal dengan senang hati menerima minuman dari Barra. Karna, tidak ada yang memperhatikan Kamal saat ini. Nasib jomblo memang seperti ini kali ya? Harus apa-apa sendiri. "I... Iya Bar ga papa" Jawab Jihan. "Widih, makasih brodi, lo emang terbaik deh" Ucap Kamal. Barra kembali memberikan minum yang diterimanya dari adik kelasnya itu kepada teman Barra yang lainnya. Karna, ia hanya ingin meminum minuman yang Fely berikan padanya. Ada kebahagiaan tersendiri saat Barra meminum minuman yang Fely berikan itu. Bahkan, rasa lelahnya seketika menghilang kala Barra melihat kearah Fely duduk. Dan keduanya melempar senyum satu sama lain. *** Saat diruang ganti, Lutfhi memijat bahu Barra yang masih terlihat emosi karna wasit pertandingan tadi yang kurang sportif. Padahal, sudah sangat jelas dimana lawan mereka yaitu kelas 12 IPA 1 itu bermain kasar. Dan yang lebih parahnya, Barra yang menjadi incaran permainan kasar mereka. Ditambah dengan wasit yang tidak ada kata adilnya sama sekali disini. Beruntung, poin kelas Barra bisa mengalahkan kecurangan yang terjadi. "Lo ga papa Bar? Gue liatin tadi wasitnya berat sebelah gitu?" Tanya Lutfhi. "Dia ada dendam sendiri sama gue kayanya" Jawab Barra. "Lah kenapa? Si Tommy Osis kan? Harusnya sportif dong bukan berat sebelah gitu" "Dia itu satu SMP sama gue dulu, ya kakak kelas gue lah" Ucap Barra yang kini memulai ceritanya. *Flash Back On* Di SMP, Barra cukup terkenal sama halnya di SMA. Banyak sekali siswa perempuan yang menyukai ketampanannya. Baik itu adik kelas, seangkatan, maupun kakak kelasnya. Singkat cerita, Barra yang sedang makan bersama teman-temannya dan juga Davin di hampiri seorang gadis yang ternyata kakak kelasnya. Gadis itu dengan terang-terangan menyatakan perasaannya terhadap Barra. Sebut saja namanya Ghea . Barra saat itu tidak merespon Ghea, ia bahkan tidak mengerti kenapa Ghea bisa dengan terang-terangan sekali menembaknya. Bertepatan dengan itu, Tommy datang menghampiri semuanya dan langsung memarahi Barra karna Barra dituduh sudah merebut Ghea darinya. Ya, Tommy adalah pacar dari Ghea. Dan Ghea memutuskannya dengan alasan Ghea mencintai Barra. Barra yang tidak terima dituduh itu sontak melawan dan terjadilah perkelahian antara Barra dan juga Tommy di kantin sekolah. Sialnya, perkelahian ini terdengar oleh guru mereka. Dan dibawalah Barra serta Tommy ke ruang BK. Perdebatan tidak ada hentinya bahkan saat keduanya sudah berhadapan dengan guru BK mereka. Sampai, dimana diputuskanlah hukuman Barra dan juga Tommy di skors dari sekolah selama 3 hari. Sejak dari sanalah Tommy menyimpan dendam pada Barra. Sial kembali dirasakan Barra ketika takdir membuat Barra dan Tommy satu sekolah lagi. Tapi, disini Tommy tidak seperti dulu yang selalu mencari masalah dengan Barra. Hanya saja, saat Tommy mendapatkan kesempatan untuk menjadi wasit disini, sepertinya Tommy membalaskan semua dendamnya pada Barra. Dengan disengajanya Tommy berpihak pada kelas 12 IPA 1 yang banyak sekali melakukan kecurangan disini. *Flash Back Off* "Anjir karna masalah itu?" Tanya Vino pada Barra. Barra menganggukan kepalanya. "Iya anjing masalah itu doang. Emang bocah aja itu si Tommy". Barra sejak dulu paling anti memperebutkan perihal wanita. Harga dirinya terasa diinjak jika sampai itu semua terjadi. Lagi pula, Barra tidak pernah menyukai pacar orang lain. Dan Ghea juga bukan tipenya. "Ya udah lah biarin aja. Yang penting kelas kita menang" Ucap Haykal. "Tapi dia ga pantes jadi wasit anjir lah" Ucap Ansell. "Udah biarin, nanti juga kena batunya" Ucap Barra yang tidak mau ambil pusing dengan masalah ini. *** "Gimana? Aman kan?" Tanya Fely pada teman-temannya saat mereka berada diparkiran sekolah yang sepi. "Aman". Jawab Clarin. "Yakin nih mau lakuin ini?" Tanya Nindi pada ketiga temannya. "Yakin lah" Jawab Fely dengan lantang. "Tapi kasian ga sih?" Tanya Nindi lagi. "Halah, ngapain mereka yang cari masalah duluan ko" Jawab Fely. Karna sampai detik ini Febri dan Jihan tidak mau mengakui siapa yang sudah membuat Fely dkk tersesat dihutan. Fely dkk memutuskan untuk melakukan balas dendam pada kedua gadis itu. Sebenarnya, balas dendam mereka ini bukan karna permaslahan saat camping saja. Tapi, permasalah dimana Febri terus menyindir Fely di status Wh*tsapp maupun snapgram. Sedangkan pada Jihan, karna gadis itu masih terus berusaha untuk mendekati Barra. Rencana keempat gadis ini adalah ingin mencoret mobil milik kedua gadis ini yang kini terpakir rapi di parkiran sekolah. Tidak tanggung-tanggung, mereka menggunakan pilox untuk mencoret mobil kedua gadis yang cukup mengganggu hidup mereka. Dengan penuh keberanian keempat gadis ini melakukan aksinya karna tidak ada nya CCTV di disini. Semewah-mewahnya Palm High School, CCTV di parkiran siswa sudah rusak dan tidak ada niatan untuk diperbaiki. Maka, bisa dengan lancarlah aksi jahat dari Fely dkk ini. Belum lagi, para siswa yang masih sibuk dengan PORAK yang masih berlangsung. Tanpa membuang waktu, Fely dkk segera mencoret-coret mobil Febri dan juga Jihan. Fely melakukan itu yang pertama dari yang lainnya. Karna, Fely lah yang menyimpan dendam teramat dalam disini. "Mana sini pilox nya?" Pinta Fely pada Kai yang memang menyimpan 4 botol pilox. Diserahkannya pada Fely satu botol itu. Dengan penuh dendam Fely mencoret mobil Febri. Dengan dibantu oleh Clarin. Sementara Kai mencoret mobil Jihan. "Sini mana punya gue" Pinta Nindi. Kai memberikan dengan segera pilox pada Nindi. Nindi yang tadi merasa ragu, justru dialah yang paling parah mencoret mobil milik Febri apa lagi Jihan. Fely hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat sahabatnya ini begitu semangat untuk mencoret mobil kedua gadis benalu ini. Padahal, Nindi tadi berkata kasihan jika sampai mereka melakukannya. "Eh udah cukup. Keburu yang lain dateng. Cabut sebelum ada yang liat kita" Ucap Fely lalu segera mereka pergi dari parkiran. Dengan penuh hati-hati dan tentu saja mereka tidak meninggalkan jejak sedikitpun disini. Jadi, tidak akan ada satu orangpun yang akan curiga terhadap mereka. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD