Part 62

2165 Words
Hari ini merupakan hari untuk dilakukannya p********n camping nanti. Sekaligus para siswa juga dipersilahkan untuk memilih tempat duduk masing-masing, tentunya juga dengan pemilihan bus mana yang akan mereka naiki. Fely hanya duduk dengan malas sambil menunggu antrian yang cukup panjang. Sedangkan ketiga temannya sudah berdiri mengantri untuk membayar serta memilih tempat duduk. Tidak lama dari itu, Clarin datang menghampiri Fely yang masih saja duduk dengan malas. "Lo ambil kursi dimana Clar?" tanya Fely saat Clarin datang. "Fel, sorry gue duduknya sama si Febri" jawab Clarin. "Loh, ko gitu sih? Kan gue udah bilang kita duduknya berdua? Terus gue sama siapa dong?" tanya Fely sedikit kesal. '' "Sorry banget ya Fel, dia yang tiba-tiba pilih kursi deket gue" jawab Clarin yang sangat merasa bersalah sekali pada Fely. Karna memang ia sudah janjian bersama Fely akan duduk bersebelahan. Tapi, Febri datang secara tiba-tiba dan mengambil kursi kosong yang berada didekatnya. "Ya salah siapa diem aja, yang lain pada ngantri malah duduk males-malesan ga jelas" ucap Febri yang ntah sejak kapan berada dibelakang Clarin. Sontak Fely dan Clarin menoleh kearah gadis itu. "Lo aja yang main serobot" jawab Fely sedikit sewot. "Siapa cepat, dia dapat" ucap Febri lalu segera berlalu meninggalkan Clarin dan juga Fely. "Nyebelin banget sih itu anak" gerutu Fely. Lalu ia segera membuka hp nya. Ia hendak memeberi pesan singkat pada Barra. Padahal, Barra sedang berdiri tidak jauh dari tempatnya dan Clarin sekarang. Ntah apa yang dilakukan oleh suaminya itu bersama teman-temannya disana. Fely Cantik Gue ga mau tau, lo ambil kursi sebelah gue Barra Yakin? Fely Cantik Iya, gue mau bayar dulu. Abis itu lo buruan bayar. Lo harus disebelah gue Setelah memberi pesan itu, Fely segera mendekati tempat p********n yang kebetulan sedang kosong. Dengan segera Fely membayar biaya untuk camping nanti. Ia memilih kursi yang sengaja berada tepat didepan Clarin dan juga Febri. Karna Fely ingin memanasi mantan temannya itu. Fely Cantik Gue ambil bus 2, kursi kedua sebelah kiri, cepetan lo bayar. Gue ga mau kalo si Kamal yang milih disana Barra Iya, gue bayar sekarang Fely bisa melihat Barra yang sedang berjalan kearahnya berdiri sekarang. Karna memang Fely belum beranjak dari tempat p********n camping. Ia ingin memastikan terlebih dahulu jika Barra membayarnya sendiri, tidak bersama Kamal. Fely tidak ingin rencananya akan buyar begitu saja jika Kamal tahu tempat disebelah Fely itu kosong. Fely pergi tepat saat Barra berdiri didekatnya. Eye contact mereka lakukan sebentar sebelum Fely menghampiri ketiga temannya yang sedang menunggu Fely ditempat duduk yang berada tidak jauh dari tempat p********n. *** "Kesel, kesel, kesel" Fely memukul bantal yang berada diatas pahanya saat ia sedang berada didalam kamar bersama Barra tentunya. Barra menoleh kearah istrinya yang duduk disebelahnya. Memang jika dilihat dari wajahnya, Fely sedang kesal sejak pulang sekolah tadi. Tapi, Barra tidak berani bertanya langsung karna Barra takut Fely malah akan marah padanya. "Kenapa sih?" tanya Barra pada akrinya. "Gue kesel sama si Febri. Enak aja main rebut tempat gue di bus nanti" jawab Fely dengan menggebu. Barra menganggukan kepalanya sekarang. Ia mengerti kenapa Fely kesal sekali hari ini. Dan tentu saja Barra juga mengerti kenapa Fely memintanya untuk duduk bersebelahan ditengah mereka yang masih merahasiakan hubungan mereka pada semua orang disekitar mereka. "Jadi, ini alesan lo minta gue duduk disebelah lo?" tanya Barra. Fely menoleh lalu menganggukan kepalanya. "Ya iya lah. Gue ga mau duduk sendirian. Ntar malah si Kamal yang duduk disana. Lagian, emang lo kasih izin semisal ada cowok yang duduk sebelahan sama gue?" jawab dan tanya Fely yang masih kesal itu. Barra tersenyum sebentar. "Ya, lo fikir aja sendiri. Tapi, kalo ada yang curiga gimana?" tanya Barra. "Lo cari alesan kek disuruh guru atau apa" jawab Fely, rasa kesalnya masih tersisa. Jadi, nada bicaranya kini masih belum bisa bersahabat dengan Barra. "Ya udah sih ko jadi marahnya sama gue?" tanya Barra. "Ya gue lagi kesel". Barra hanya bisa menarik nafasnya sebentar. Ia kini sedang memikirkan cara bagaimana untuk menghibur Fely. Bisa berabe jika Fely terus kesal sampai mereka terlelap nanti. Barra akan repot sendiri jadinya. "Ya udah, lo mau apa?" tanya Barra yang berharap Fely tidak akan memintanya untuk membelikan makanan pedas. "Gue mau jalan-jalan cari ice cream yang enak" jawab Fely dengan tegas. "Kan dikulkas masih banyak". Pasalnya, mereka baru saja menstock ice cream yang cukup banyak didalam kulkas. Jadi, jika Fely memang menginginkannya, Fely tinggal pergi saja kedapur untuk mengambilnya. "Ga mau, gue mau ice cream cone yang ada di abang-abang atau dimana kek, ga mau yang dikulkas" tolak Fely. "Oke, sekarang ya? Nanti malem gue harus ke tempat latihan, mau main sekalian cek rekapan pemasukan disana" ajak Barra. Untung saja Fely mengerti akan situasinya, jadi Fely menganggukan kepalanya saat Barra mengajaknya sekarang juga. Segeralah mereka berdua keluar dari kamar, dan tidak membuang waktu untuk segera pergi keluar untuk mencari ice cream sesuai keinginan Fely. *** Barra memarkirkan mobilnya didekat taman yang ia dan Fely lewati tadi. Karna, Fely melihat adanya penjual ice cream yang gadis itu inginkan. Dan mereka berdua juga sudah membelinya untuk dimakannya didalam mobil, karna hari yang masih sore. "Bagi dong" pinta Barra pada Fely yang sedang memakan ice cream cone rasa coklat. Karna kata Fely, ia sedang ingin memakan rasa itu. Sedangkan Barra membeli rasa stroberi seperti biasa. "Ih kan lo juga punya" jawab Fely yang menjauhkan ice creamnya dari jangkauan Barra. "Anjir, minta dikit juga pelit amat sama laki sendiri" jawab Barra. "Ish, lo tuh ya. Makanya belinya samain rasa" Fely dengan terpaksa menyodorkan ice creamnya pada Barra. Dengan senang Barra memakannya cukup banyak, membuat Fely menjadi kesal. "Ah, lo mah maruk banget sih makannya" ucap Fely yang kini menjauhkan kembali ice creamnya dari Barra. Sedangkan Barra hanya bisa terkekeh atas tingkah istrinya itu. "Nih, punya gue makan aja" ucap Barra menyodorkan ice creamnya pada Fely. Dengan cepat Fely merebut ice cream milik Barra. Membuat Barra melongo begitu saja saat kedua tangan Fely memegang masing-masing satu cone ice cream. "Anjir, lo yang lebih maruk dari gue" ucap Barra. Fely menjulurkan lidahnya pada Barra. "Biarin, makanan lo makanan gue juga" jawab Fely yang diakhiri dengan tawa. Sedangkan Barra hanya terkekeh saja. Melihat Fely yang sudah bisa kembali tertawa membuat Barra menjadi lega. Itu artinya, Fely sudah tidak kesal lagi sekarang. *** Tepat malam harinya, Barra sudah berada ditempat latihan basketnya. Seperti biasa, Barra akan bertanding dengan Davin dkk. Sekaligus Barra akan mengecek keuangan yang masuk dua minggu terakhir. Memang, Barra mengadakan pembukuan dua minggu sekali. Agar, bagian keuangannya tidak terlalu pusing katanya. "Dav, anak Geng Vagos katanya mau balapan sama kita" ucap James pada Davin saat mereka sudah selesai bermain basket. Para lelaki itu juga kini duduk dipinggiran lapangan. "Kapan?" Tanya Davin. "Minggu-minggu ini mintanya. Katanya sih kalo menang bakalan dapet hadiah gitu". Davin menganggukan kepalanya. The Beatless memang sering melayani balapan liar seperti ini. Dan beruntungnya, anggota The Beatless tidak pernah mengalami kekalahan. Hanya geng motor yang bernyali besar saja yang mengajak The Beatless untuk balapan. Karna, kebanyakan geng motor di Jakarta takut akan balapan dengan The Beatless. "Menang apaan, bang?" Tanya Barra pada James. Barra, jika sudah mewakili The Beatless pasti dirinya selalu menang. Memang, Barra jago sekali dalam mengendarai kuda besi itu. Maka, ia tertarik akan ajakan dari geng motor lain untuk balapan seperti ini. Karna, Barra bisa menunjukan skill nya pada semua penonton yang ada. "Yang menang bakal dapet duit dari yang kalah. Dia sih mintanya 10 juta. Tapi, kalo kita keberatan dan mau tambahan juga tinggal bilang aja" jawab James. "Ambil aja Bang, lumayan itu" usul Vino yang semakin tertarik kala nominal hadiah disebutkan cukup fantastis. "Gue fikir-fikir dulu ya. Soalnya kita udah mau ujian. Ya sih, tinggal kalian tuh yang kelas 10 sama 11. Gue mah aman udah tinggal nunggu hasil aja" jawab Davin. Sejujurnya Davin tertarik akan tawaran ini. Tapi, Davin tidak bisa mengiyakan begitu saja jika kondisinya tidak memungkinkan. Seperti sekarang ini, sebentar lagi mendekati ujian akhir semester. Davin tidak ingin mengambil resiko lebih. Karna, yang namanya balapan liar itu sangat besar konsekuensinya. "Dia nantangin kita loh Dav" sahut Melvin. Davin menoleh pada pria itu. "Gue ga mau ambil resiko gede kalo buat ini. Karna nih ya, namanya balapan liar itu konsekuennya gede. Gue ga mau rugiin anak The Beatless yang akan ujian nanti" jawab Davin dengan bijak. Salah satu alasan Davin menjadi ketua The Beatless adalah jiwa kepeduliannya sangat lah besar. Davin bisa memimpin anggota geng nya. Tidak pernah membedakan satu sama lain dari semua anggota geng nya itu. Ditambah, solidaritasnya yang sangat tinggi. Banyak sekali orang yang menyegani Davin karna semua sifat baiknya. "Iya juga sih Bang. Kita-kita yang kelas 10 11 mau pada ujian bentar lagi" timpal Vino menyetujui ucapan dari Davin. "Iya, nanti aja gue fikirin lagi. Lo kasih tau aja ketuanya atau siapapun yang ngajakin kita, kalo gue masih fikirin dulu Karna bentar lagi mau ada ujian akhir semester" ucap Davin yang mendapat anggukan dari James. "Ngomong-ngomong, kalo masalah touring kita jadi ga Bang?" Tanya Ansell pada Davin. The Beatless memang sering mengadakan touring sekaligus bakti sosial ke daerah pedalaman. Mereka sering melakukannya saat waktu senggang dan pastinya libur sekolah. Mereka juga dibebaskan untuk membawa pasangan masing-masing jika ingin. "Iya, nanti aja kalo kalo udah selesai kegiatan sekolah" jawab Davin. Memang, rencananya dalam waktu dekat The Beatless akan melakukan bakti sosial ke daerah terpencil yang ada di Jakarta. Bakti sosial itu akan dibarengkan dengan camping ditempat itu. Dan tentu saja, semua anggota yang akan ikut touring diperbolehkan untuk membawa pasangan masing-masing. Bahkan, tidak jarang Barra dkk yang tidak masuk kedalam geng ini ikut serta dalam kegiatan. Pembahasan terus berlanjut sampai pukul 11 malam. Barulah semua lelaki yang ada disini membuarkan diri mereka. Mengingat besok, mereka harus kembali sekolah. *** Barra membuka pintu kamarnya secara perlahan. Ini kali pertamanya ia pulang larut malam sekali setelah menikah dengan Fely. Perasaan gelisah muncul dalam dirinya saat ini. Karna, Barra lupa untuk mengabari Fely jika dirinya masih betah di tempat latihan. Beberapa pesan masuk kedalam hp Barra tidak terdengar olehnya. Karna Barra yang tidak sengaja men silent notifikasi hp nya. Belum lagi, saat ia bermain basket tadi, jarak dirinya dengan hp cukup jauh. Barra hanya bisa berdoa saja jika Fely sudah tidur saat ini. Barra bisa mengelus dadanya kala sesampainya ia didalam kamar, hanya lampu kecil yang berada diatas nakas saja yang menyala. Itu artinya, Fely sudah terlelap. Karna, keduanya memiliki kesamaan dalam urusan tidur. Dimana, mereka tidak menyukai gelap, dan tidak menyukai terang juga. Jadi, hanya lampu kecil didekat kasur saja yang menyala. "Sekalian aja jangan pulang" satu kalimat yang berhasil membuat jantung Barra berdegup kencang kali ini. Gawat, Fely masih terjaga rupanya. "Suami pulang itu harusnya suruh bersih-bersih dulu. Dan yang paling penting itu salim" jawab Barra dengan sesantai mungkin. Barra tidak ingin Fely semakin kesal karna ulahnya. Dengan langkah ragu, Barra berjalan mendekati Fely. Menyodorkan tangannya lalu Fely menyalami dengan malas. "Gue cuman ditempat latihan ko sumpah" ucap Barra sebelum Fely kembali berucap. "Gue ga peduli. Mau lo dimana ke kemana kek sama siapa kek. Tapi setidaknya lo kabarin gue! Susah banget ya Bar bales chatt gue? Angkat telfon gue?" Tanya Fely meluapkan semua kekesalannya pada Barra. "Hp gue ga sengaja ke silent. Jadi gue ga tau kalo lo ada chatting gue" jawab Barra. "Terus, kenapa lo belum tidur?" Tanya Barra karna Fely tidak berbicara lagi saat ini. "Lo fikir aja. Mana bisa gue tidur saat suami gue belum balik. Ya, ga papa sebenernya belum balik juga. Tapi, suami gue ga kasih kabar kalo mau pulang telat" jawab Fely kesal. Barra hanya bisa memejamkan matanya sebentar. Ini semua memang kesalahannya. Barra lupa untuk memberi tahu Fely jika kali ini tandingnya akan sedikut lebih lama dari biasanya. Barra meraih jemari Fely. "Iya, sorry ya gue ga kabarin lo. Sorry juga udah bikin lo khawatir sama gue. Janji deh next kedepannya gue balalan cek hp gue dulu sebelum pergi. Jangan sampe hp gue ke silent lagi kaya tadi. Gue juga bakalan sering-sering ngabarin lo kalo gue pulangnya telat lagi" ucap Barra. Fely hanya bisa memutarkan kedua bola matanya. Memang selalu manis ucapan lelaki. Tapi, keseringannya hanya ucapan saja, bukan kenyataan. "Halah, paling tobatnya sebentar. Abis itu gitu lagi" cibir Fely. "Ngga, ga akan janji" jawab Barra meyakinkan. "Terserah. Udah sono lo bersih-bersih. Sampe lo ga mandi jangan harap lo bakalan tidur dikasur" ucap Fely lalu segera merebahkan dirinya. Barra menghela nafasnya sebentar. Lalu segera ia memasuki kamar mandi guna untuk membersihkan dirinya. Padahal aslinya Barra tidak ingin mandi ditengah malam seperti ini. Tapi, jika sampai Barra tidak mandi, Barra bisa-bisa tidur disofa. Dimana tidak adanya Fely yang akan ia peluk sepanjang tidur malam ini. Tapi, sebelum beranjak Barra terlebih dahulu mengecup kening Fely. Dimana gadis itu sedang berpura-pura tidur saja. Karna Fely yang kesal pada lelaki itu. Muach "Gue mandi dulu ya" ucap Barra sebelum ia meninggalkan Fely yang masih pura-pura tidur diatas kasur itu. Tidak lupa, Barra juga menarik selimut untuk Fely agar istrinya itu tidak kedinginan. Semoga saja esok hari Fely tidak akan marah lagi padanya. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD