Part 61

2159 Words
Hari demi hari terus berlalu. Tibalah bulan dimana mendekati pada ujian akhir semester, sekaligus ujian kali ini sangat menentukan naik atau tidaknya para siswa kelas 10 dan 11. Sedangkan para kelas 12 sudah tinggal menunggu hasil Ujian Nasional mereka yang dimana mereka akan melihat hasil lulus tidaknya mereka dari sekolah ini. Hal yang tidak Fely sukai dibulan ini adalah, saat diwajibkannya ada camping untuk salah satu syarat penambahan nilai, terkhusus untuk kelas 11. Seorang Fely tidak suka dunia alam. Apa lagi camping kali ini akan diadakan disalah satu bumi perkemahan yang ada di Bogor. Niatnya Fely tidak ingin ikut. Karna, saat kelas 10 kemarin tidak adanya pemberlakuan wajib ikut untuk anak kelas 10. Kata Fely, lebih baik dirinya tidur nyaman diatas kasur saja. Daripada harus tidur didalam tenda. "Lo ga mau ikut Fel?" tanya Nindi saat Fely dkk berada dikantin. "Ngga ah, mendingan bobo manis dikamar. Enakan tidur diatas kasur, daripada tidur didalam tenda" jawab Fely yang sudah tidak heran didengar oleh ketiga temannya. Karna, memang hanya Fely saja yang paling anti dalam perkemahan. Sedangkan yang lainnya tim oke saja. "Taun kemarin ga ikut, taun sekarang juga ga ikut lo" ucap Kai pada Fely. "Anjir, gila aja nih nanti kehutan kan pasti. Iya sih di bumi perkemahan, tapi tetep aja ada hiking. Ga mau gue" jawab Fely. "Tapi seru tau Fel, lo ga tau aja gimana rasanya camping" sahut Clarin. "Ngga ya, pokonya ga mau gue" tolak Fely lagi. Ketiga temannya ini menaikan bahu mereka. Mereka memang paling tidak bisa memaksa Fely. Karna, Fely memang mempunyai prinsip iya ya iya. Tidak ya tidak. Jadi, percuma saja jika mereka terus meracuni Fely akan indah dan serunya suasana camping nanti. *** "Lo semua ikut camping kan?" tanya Nizam pada teman-temannya dimana kini mereka sedang berada didalam kelas. Lebih tepatnya sedang rebahan dibelakang kelas mereka. Perut mereka masih kenyang untuk pergi kekantin. Karna seperti biasa, mereka akan selalu bolos jika sedang pelajaran sejarah, yang menurut mereka sangat membosankan itu. Jadi, sejak tadi mereka berada dikantin. "Ikut lah, bukannya wajib ya buat kelas 11?" jawab dan tanya Barra. "Iya, ya kali ga ikut. Bisa TP TP nih sama cewek-cewek" ucap Ansell yang tidak pernah cukup dengan satu wanita. Walau ia masih saja dekat dengan Fanya. "Lo serakah banget gila. Katanya masih deket sama si Fanya" Komentar Vino pada sahabatnya itu. "Yeu, masih deket belum pacaran. Lagian kalo pacaran juga kan belum nikah. Jadi sah, sah aja kalo gue masih mau nyari" jawab Ansell. Menurutnya, selama Ansell belum menikah, ia masih mempunyai banyak hak untuk memilih wanita. Jadi, ia masih ingin memilih untuk pasangan hidupnya kelak. "Buat gue satu kali. Lo dapet mulu perasaan" ucap Haykal yang dimana selalu Ansell saja yang menang jika soal wanita. Padahal, Ansell dan Haykal sama-sama tampan. Dan keduanya juga jika usaha untuk mendekati wanita itu selalu berbarengan. Tapi, selalu hanya Ansell saja yang berhasil menaklukan targetnya. "Sini, belajar dulu sama gue buat bisa dapetin cewek" ucap Ansell dengan sombongnya. "Gue bisa tapi ga sombong tuh" sahut Luthfi pada teman-temannya. Memang, Luthfi sama buayanya dengan Ansell. Hanya saja saat ini Luthfi belum menemukan incarannya lagi. Jika ia sudah menemukan, sudah dapat dipastikan Luthfi akan mengeluarkan skill andalannya untuk menaklukan hati para wanita. Yang lebih beruntungnya, Luthfi tidak pernah menerima penolakan. "Iyain yang ke buaya darat" jawab Ansell tidak berkaca pada dirinya sendiri. "Anying, sesama buaya jangan berantem" ucap Nizam yang mendapat gelak tawa dari teman-temannya yang lain. "Han, sini" Kamal melambaikan tangannya pada Jihan yang baru saja masuk kedalam kelas. Sepertinya gadis itu baru saja tiba dari kantin, bersama teman sekelas mereka yang lain. Melihat Barra yang menyender dibelakang dengan tangan pria itu yang sedang memainkan hp membuat Jihan mengiyakan ajakan dari Kamal. Dengan segera ia menghampiri Barra dkk yang masih asyik duduk dan rebahan dibelakang kelas mereka. Bahkan, kini Jihan sudah duduk didekat Barra, karna Kamal yang mempersilahkan gadis itu untuk duduk disana. Barra tidak menanggapi adanya Jihan didekatnya. Ia masih saja asyik dengan hp nya, dimana ia kini sedang chattingan dengan Fely. Karna, setelah perpisahan mereka diparkiran tadi, Barra belum bertemu lagi dengan istrinya itu. Jihan berusaha melihat sedang dengan siapa Barra chattingan saat ini. Namun, karna tempered glass hp Barra yang berwarna hitam, Jihan tidak bisa mengintip isi chatt Barra saat ini. Bahkan, untuk melihat nama kontak yang ada disana juga Jihan tidak bisa. "Ekhm.." Barra berdehem sambil membenarkan posisi duduknya yang sedikit melorot. Ia juga menyimpan hp nya kedalam saku celananya. Ia bergegas untuk pergi keluar kelasnya untuk menemui Fely yang dimana Barra meminta istrinya itu untuk pergi ke rooftop. Sebelum Fely kembali sibuk dengan latihannya. "Mau kemana lo? Si Jihan baru aja dateng" tanya Kamal pada Barra yang sudah berdiri. "Kepo" jawab Barra lalu segera melengos keluar tanpa memperdulikan beberapa pertanyaan yang terus saja ditanyakan oleh teman-temannya yang lain. Sedangkan Jihan hanya bisa diam saja saat melihat punggung Barra yang semakin menjauh dari pandangannya. "Han, lo ikut camping kan? Si Barra juga ikut loh" tanya Haykal pada Jihan. "Iya ikut ko. Gue ke bangku gue dulu ya guys" jawab dan pamit Jihan. Karna memang tujuannya duduk bersama para lelaki adalah untuk bisa dekat dengan Barra. Tapi, Barra malah pergi dari kelas. Membuat Jihan merasa percuma saja duduk diantara teman lelakinya yang dimana tidak ada Barra disana. *** Sepasang suami istri kini sedang menghabiskan waktu istirahat yang tinggal belasan menit lagi itu di rooftop dengan ditemani dua botol minuman dingin, yang dimana merupakan minuman kesukaan mereka. Ya, Barra dan Fely sudah berada di rooftop sekarang. Menyenderkan punggung mereka pada senderan sofa yang mereka duduki kali ini. "Lo latihan lagi nanti sore?" tanya Barra membuka pembicaraan kali ini. "Iya, bentar lagi kan mau masuk PORAK" jawab Fely sekenannya. Barra menganggukan kepalanya. "Kalo camping, lo ikut kan?" tanya Barra lagi. Fely menoleh. "Ga, gue ga mau. Males banget tidur didalem tenda. Gila aja, mendingan tidur dirumah leye-leye diatas kasur. Beuh nikmat banget" jawab Fely dengan lugas. "Tapi ini wajib loh buat anak kelas 11. Lo yakin ga mau ikut?" tanya Barra. "Emang iya?". "Iya, ini kan buat nambah nilai. Emang lo mau nilai lo jeblog terus ga naik kelas?". Fely memanyunkan bibirnya. Ia sangat tidak ingin mengikuti camping ini. Tapi, jika diwajibkan ia bisa apa?. "Gue izin sakit aja kali ya?" ranya Fely. "Sialan, ga bisa lah. Lo ini sakit direncanain" Barra menoyor pelan kepala istrinya itu. "Gue ga mau ikut Bar". "Lo ikut. Harus ikut. Gue yang minta dan gue yang nyuruh lo buat ikut. Jadi, lo ga bisa bantah omongan gue" ucap Barra yang tentu saja akan disanggah oleh Fely. "Ga bisa gitu lah". "Bisa lah, gue suami lo. Lo harus nurut sama gue. Lagian, ini bukan ke jalan yang ga bener. Justru gue bikin lo punya nilai plus di rapot nanti". Fely hanya bisa mendengus sebal. Jika sudah seperti ini, tidak mungkin Fely tidak ikut camping nanti. "Sini deh Fel deketan" ucap Barra. Dengan polosnya Fely menurut. Fely memejamkan matanya kala Barra menempelkan bibirnya pada bibir Fely. Tidak hanya itu, Barra juga melumatnya. Tangan Barra juga kini sudah bermain diatas d*da Fely. Fely sedikit mengerang kala Barra menggigit kecil bibir bawahnya. Tapi, suaminya itu nggan untuk melepaskan ciuman mereka. Yang ada, Barra semakin memperdalam ciumannya itu. Tangan Fely sudah melingkar bebas dileher Barra. Membuat Barra semakin mudah bermain diatas dadanya yang besar. Sedetik kemudian, Barra memangku Fely. Karna tubuh Fely yang ideal, Barra tidak kesusahan untuk mengangkat Fely. Selain itu, Barra juga sudah terbiasa dalam hal menggendong Fely. Fely melepaskan bibirnya sebentar. Tapi, Barra kembali melumat Bibirnya. Seolah Barra belum puas dengan permainan mereka saat ini. "Ish Barra tunggu" ucap Fely saat ia kembali melepaskan bibirnya. "Kenapa?" Tanyanya. "Gue harus latihan. Anak-anak yang lain pasti udah kumpul" jawab Fely. Barra mendengus kesal. Padahal, ia belum ingin menyudahi semuanya. Tapi, Barra tidak bisa menahan Fely jika sudah berurusan dengan dancenya. Fely merasa bersalah saat melihat raut wajah Barra yang kecewa itu. Fely mengelus pipi Barra lembut. "Sorry ya, nanti lanjut dirumah oke" ucap Fely lalu ia mendaratkan ciumannya pada bibir Barra. Bahkan ia melumatnya tapi hanya sebentar saja. Setelah itu, Fely turun dari pangkuan Barra. "Gue jemput lagi ya?" Tanya Barra yang menahan lengan Fely. "Ga usah, nanti kelamaan. Lagian kasian juga Pak Tio harus anterin lo kesini" tolak Fely. "Ya udah, gue tungguin di halte". Fely menarik nafasnya sebentar, ia menganggukan kepalanya. Barra tidak menerima penolakan kali ini. Lalu Fely segera pergi meninggalkan Barra yang masih duduk di rooftop. *** Seperti yang sudah Barra katakan tadi siang, sore ini Barra menunggu Fely dihalte sekolah. Memang tidak sedari tadi menunggu Fely, karna Barra tadi sempat ke wartam bersama teman-temannya. Hanya saja Barra memilih untuk pulang terlebih dulu saat Barra mendapatkan pesan dari Fely jika gadis itu sudah selesai latihan. Barra tidak harus menunggu lama kedatangan Fely. Sebuah mobil jazz berhenti didekat mobilnya. Barra dan Fely membuka satu kaca mobil mereka untuk mereka bisa bertatap muka secara langsung. "Langsung balik?" Tanya Barra. Fely menganggukkan kepalanya. Segeralah keduanya untuk melajukan mobil mereka secara beriringan. Kebetulan jalanan sekolah juga sudah sepi. Beberapa saat kemudian, Fely dan Barra sudah tiba dirumah mereka. Keduanya segera bergegas masuk, karna diyakini jika Lita sudah menunggu kedatangan mereka. Karna, anak dan menantunya ini pulang sedikit telat. "Assalamu'alaikum" ucap Barra dan juga Fely saat keduanya membuka pintu rumah. "Waalaikum salam" jawab Lita sambil berjalan menemui anak dan menantunya yang baru saja menutup pintu. Barra dan Fely juga segera menyalami tangan Lita secara bergantian. "Sayang, kamu pasti cape ya? Istirahat ya abis ini" ucap Lita pada Fely. Barra hanya bisa memutar kedua bola matanya saat ini. Dilupakan oleh Lita saat ada Fely adalah hal yang sudah biasa untuknya beberapa bulan terakhir ini. "Iya ma, Fely izin keatas dulu ya" ucap Fely yang mendapat anggukan dari Lita. *** Malam harinya, tepat selepas sholat isya dan juga makan malam, Barra langsung mengajak Fely kekamar mereka. Tentu saja tujuan Barra itu untuk menagih janji Fely tadi siang. Karna, jika melihat tanggal di kalender, sepertinya sebentar lagi Fely akan datang bulan. Yang artinya Barra harus puasa selama satu minggu jika itu terjadi. Tidak lupa Barra juga mengunci pintu kamarnya. Agar tidak ada yang menggangunya dengan Fely malam ini. Sedangkan Fely sudah berada diatas tempat tidurnya dengan tangannya yang asyik bermain hp. Barra duduk didepan Fely. Memperhatikan istrinya itu yang masih nggan untuk menyimpan hp nya. Barra sedikit mendengus saat Fely masih tidak menyadari kehadirannya. "Ayo lah Fel. Main hp mulu" protes Barra. Fely menoleh sebentar, lalu kembali memfokuskan pandangannya pada layar hp. Membaca status w******p Febri yang sepertinya menyindir Fely. "Sialan, beraninya nyindir doang" ucap Fely kesal. "Kenapa?". "Si Febri, perasaan nyindir gue mulu. Segitunya kali ya Cinta sama lo" Jawab Fely dengan menggebu. "Ya udah sih biarin aja. Jangan sama kaya dia, toh gue liat juga dia udah jarang kumpul sama lo sama yang lainnya. Dia keseringan malah sama si Jihan". Fely menyimpan hp nya sekarang keatas nakas yang ada disebelahnya. "Kesel gue. Masa cuman karna kita nikah dia kaya gini. Lagian, gue ga tau kalo dia itu suka sama lo". "Ya udah sih, gue kan ga suka sama dia. Lagian, kenapa lo bisa simpulin kaya gitu?". "Lo fikir aja, dia itu tiba-tiba deketin si Jihan yang dimana si Jihan sering habisin waktu disekolah sama kalian. Gue juga liat ko cara dia gimana natap lo. Cara dia curiga terus sama lo sama gue saat dia belum tau semuanya". "Ya udah, biarin udah jangan ditanggepin" . "Emang lo ga ngerasa dia suka sama lo?" Tanya Fely. Barra menaikan kedua bahunya. "Gue ga pernah peduliin orang yang gue ga suka. Liat dia jauhin lo karna hal ini aja gue ga respect sama dia. Ya, masa musuhin lo karna gue?". "Lo peduli sama gue, berarti lo suka kan sama gue?" Tanya Fely. "Menurut lo gimana?" Tanya Barra balik. "Lo kecintaan sama gue. Itu menurut gue" jawab Fely dengan PDnya. "PD gila lo. Udah ah keburu malem. Lo bilang mau lanjutin yang tadi". "Ih ngga mau, gue becanda doang tadi hahaha" jawab Fely. "Enak aja, berani lo sama gue hah?" Tanya Barra lalu mengelitiki perut Fely. "Ah jangan kelitikin gue dong. Ampun hahaha ampun Barra" ucap Fely yang sudah tidak tahan karna rasa geli akibat kelitikan Barra. Berhentinya tangan Barra mengelitiki perut Fely, bertepatan dengan mata mereka yang kini bertemu. Fely dan Barra saling tatap dalam diam. Jemari Barra menyalipkan helaian rambut yang menutupi wajah Fely ke telinga gadis itu. "Fel..." Ucapnya. "Barr..." Jawab Fely. Sedetik kemudian, Barra mendekatkan wajahnya pada wajah Fely. Menepiskan jarak keduanya dengan Barra yang sudah melumat bibir istrinya itu dengan lembut. Barra melepaskan bibirnya sebentar, lalu mematikan lampu yang ada diatas nakas dekat Fely. Setelah itu, ia kembali melumat bibir Fely dengan tangannya yang sudah mulai membuka satu persatu kancing piyama Fely. Tidak ingin kalah, Fely juga mulai melepaskan kancing piyama yang Barra pakai. Melepaskan baju satu sama lain, lalu melemparnya dengan asal. Setelah itu, barulah keduanya melancarkan keinginan hasrat mereka yang sudah menggebu satu sama lain. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD