Esok harinya saat sarapan pagi, Fely dengan biasa menyiapkan sarapan untuk Barra yang masih siap-siap dikamar. Di meja makan Fely tidak sendiri. Ada Lita tentunya yang duduk di kursi yang biasa Heru pakai jika sedang ada dirumah.
"Barra masih siap-siap Fel?" tanya Lita pada menantunya yang sedang mengoleskan selai kacang pada roti tawar yang akan Fely berikan untuk Barra. Fely menganggukan kepalanya.
"Iya ma" jawabnya singkat.
"Morning guys" ucap Barra secara tiba-tiba sudah duduk saja disebelah Fely.
"Morning" jawab Lita. Dengan segera Barra menyatap roti tawar yang ia yakini untuknya itu. Tanpa ia harus bertanya lebih dulu pada Fely.
"Kalian jadi ikutan camping itu?" tanya Lita yang memang sudah mengetahui hal itu. Fely dan Barra menganggukan kepala mereka.
"Kamu udah minta izin sama mommy Fel?" tanya Lita yang sangat mengetahui jika Winda itu tidak pernah mengizinkan Fely untuk mengikuti kegiatan alam. Karna, memang Fely yang selalu mengeluh. Lita mengetahui itu saat Winda bercerita tentang Fely padanya sebelum Feky dan Barra dinikahkan.
"Belum, kata Barra harus ikut" jawab Fely seadanya.
"Lagian wajib ini buat anak kelas 11" jawab Barra sekaligus membela dirinya.
"Kamu telfon mertua kamu, mama tau Fely itu tanggung jawab kamu sekarang, tapi tetep aja mertua kamu harus tau kalo Fely ikut kegiatan ini. Karna, setau mama Winda itu ga pernah kasih Fely izin buat hal ginian" ucap Lita.
"Iya, nanti Barra telfon mommy". jawab Barra.
Kring...
Suara hp Barra berbunyi. Fely melirik sebentar lalu mendengus kala melihat nama Jihan disana. Setelah sekian lama, gadis itu kembali menelfon Barra dipagi hari. Barra melirik kearah Fely sebentar. Melihat ekspresi Fely yang tidak bersahabat itu membuat Barra tidak berani mengangkat telfon itu.
"Ga papa angkat aja, siapa tau ngajakin berangkat bareng kan lumayan seru berangkat sama cewek yang ngejar-ngejar lo" jawab Fely lebih kesindiran pada Barra.
"Kenapa ga di blokir aja sih Bar?" tanya Lita yang sudah mengerti siapa yang menelfon Barra.
"Aku ga-". Ucapan Barra dipotong dengan segera oleh Fely.
"Iya, lo lebih ga enak sama dia daripada sama gue" ucap Fely lalu segera bangkit berdiri untuk pergi kesekolah. Moodnya hancur seketika pagi ini karna telfon itu. Segera Fely menyalami tangan Lita, tapi tidak dengan Barra.
"Felysia Inez Gianina" ucap Barra sedikit berteriak karna Fely benar-benar meninggalkannya sekarang.
"Kamu itu ya, liat Fely jadi marah kan sama kamu" ucap Lita.
"Tapi Barra ga lakuin apapun loh. Jihan aja yang nelfon. Kan Barra dari tadi diem disini" jawab Barra.
Memang sejak tadi Barra tidak melakukan hal apapun selain mengunyah roti. Barra juga tidak menyuruh Jihan untuk menelfonnya. Bahkan, chattingan dengan Jihan saja sudah tidak pernah.
"Kejar Fely, mama ga mau ya masalah kalian jadi panjang" ucap Lita yang mendapat anggukan dari Barra. Segeralah Barra untuk bergegas pergi kesekolah. Karna, ia yakin jika Fely sudah tidak ada dirumah.
***
Sampai jam istirahat pertama, Barra belum berhasil untuk berbicara pada Fely. Karna, saat diparkiran tadi Barra tidak sempat menahan Fely untuk berbicara dengannya.
Barra
Dimana? Ke rooftop sekarang
Pesan singkat itu yang Barra kirim pada Fely. Tapi, tidak ada jawaban dari istrinya itu. Jika Barra menelfon pun rasanya akan percuma. Fely pasti tidak akan mau mengangkatnya. Secara, mereka sedang berada disekolah sekarang.
"Bar, kantin yu" ajak Vino saat mereka sedang duduk lesehan dibelakang kelas. Barra menoleh, lalu menganggukan kepalanya. Semoga saja, Barra bisa melihat Fely dikantin.
Sebelum Barra dkk beranjak dari duduknya, Barra akhirnya mendapat balasan pesan dari Fely. Dengan segera Barra membukanya. Barra fikir, Fely tidak akan menjawabnya.
Fely Cantik
Harus ya?
Barra
Iya, lagian ambekan
Fely Cantik
Oh gitu? Ga mau gue
Barra
Nurut apa kata suami
Fely Cantik
Kurang nurut apa coba gue? Lo nya aja yang masih ga rela blokir si Jihan
Barra
Ke rooftop, atau gue cari lo sekarang
Fely Cantik
Y
Barra menghela nafasnya saat Fely masih saja mengingat perintah Lita padanya. Barra hanya merasa tidak enak saja jika harus memblokir Jihan. Toh, Barra tidak pernah untuk melayani chatt dari gadis itu. Barra hanya takut ada urusan yang penting tentang sekolahnya. Bagaimanapun Jihan adalah teman kelasnya.
"Gue ga ikut, ada urusan" ucap Barra lalu melengkang dari kelas, meninggalkan teman-temannya yang hendak pergi ke kantin sesuai rencana awal mereka.
***
Dengan malas, Fely melangkah menuju sofa yang sudah ada Barra disana. Ia juga terpaksa duduk karna Barra yang menarik tangannya sehingga Fely kini sudah duduk disebelah Barra. Tapi, Fely tidak mau untuk melihat wajah suaminya itu. Sejak tadi, pandangannya hanya terfokus kedepan saja.
"Lo udah makan?" tanya Barra basa basi.
"To the point aja" jawab Fely. Barra hanya menghela nafasnya.
"Fel, lo ngertiin gue dong, gue ga mau bikin dia curiga kalo sampe gue blokir dia" ucap Barra hati-hati.
"Ya udah, hidup lo kan suka-suka lo". Barra mengusap wajahnya frustasi. Ia merogoh hp yang sedari tadi ia taruh dikantung celananya. Diserahkan hp itu pada Fely. Dengan tujuan untuk memberi tahu Fely jika Barra tidak pernah merespon Jihan satu kalipun.
"Lo cek sendiri aja Fel, gue ga ada respon dia" ucap Barra. Fely kini menoleh kearah suaminya itu.
"Bar, tapi lo bisa kan kasih tau dia kalo ada apa-apa itu jangan terus lo! Dia tuh temen cowoknya bukan lo aja".
Sebenarnya, Fely hanya kesal pada Jihan jika meminta tolong selalu pada Barra. Padahal, teman gadis itu banyak. Tapi, selalu Barra yang Jihan hubungi terlebih dahulu.
"Tapi kan gue ga salah tadi. Gue ga tau dia mau nelfon". Fely memutar kedua bola matanya. Ia memilih untuk menyenderkan punggungnya saja pada senderan sofa.
Barra juga kini melakukannya. Menyenderkan kepalanya pada bahu Fely. Berusaha untuk menarik perhatian istrinya itu dengan berkali-kali menoleh kearah wajah gadis itu.
"Iya, gue minta maaf ya kalo gue salah" ucap Barra yang bahkan tidak tahu salahnya dimana. Barra menarik kepalanya.
"Sini deh liat gue" ucap Barra yang langsung dituruti oleh Fely.
Tanpa basa-basi, Barra melumat bibir Fely. Tapi, tidak ada respon dari gadis itu. Barra tidak akan menyerah. Ia menggigit kecil bibir Fely, sehingga Fely kini membuka mulutnya dan membuat lidah Barra dapat bebas melesak masuk kedalamnya. Barra tersenyum kecil disela-sela ciumannya. Memang ia tahu cara untuk mendapatkan maaf dari gadis ini. Dan cara ini lah yang paling ampuh biasanya.
Barra melepaskan sebentar ciumannya. Menempelkan dahinya dan juga Fely agar tidak adanya jarak antara wajah keduanya. Mata mereka juga kini bertemu.
"Maafin gue ya?" ucap Barra. Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Setelah itu Barra kembali melumat bibir Fely. Kali ini ciuman mereka lebih dalam dari sebelumnya. Dan pastinya lebih lama dengan tangan Barra yang sudah dengan bebeas berada diatas kedua d**a Fely.
Beberapa saat kemudian, keduanya sudah kembali menyandarkan punggung mereka pada sandaran sofa. Dengan tangan keduanya yang kini terpaut. Dan Fely yang menyandarkan kepalanya pada bahu Barra.
"Fely, Fely. Masa tiap marah harus gue cium dulu biar lo maafin gue" ucap Barra. Tapi Fely tidak menjawabnya.
"Tapi, bagus deh kalo sering marah, jadi gue bisa sering nyium lo hahaha" lanjut Barra dengan diakhiri kekehannya.
"Sialan enak di lo, dong" jawab Fely.
"Lo juga lah gila haha" keduanya kini tertawa. Masalah tadi pagi seolah terlupakan begitu saja.
***
Seperti biasa, jadwal latihan dance. Tapi, kali ini Fely mengadakannya saat jam pulang sekolah. Dan kebetulannya ekskul basket juga diadakan hari ini. Jadi, Barra bisa pulang berbarengan dengan Fely. Walau hanya untuk beriringan saja dijalan. Karna Fely yang membawa mobil.
Saat istirahat latihan, Fely dkk memilih untuk pergi ke kantin. Dan tidak sengaja bertemu dengan Barra dkk yang sedang berada disana juga. Satu hal yang membuat Fely kesal saat ini adalah ketika Jihan dengan penuh usahanya mengajak Barra berbicara, karna mereka duduk satu meja.
"Kenapa lo liatin mereka berdua sampe segitunya?" Tanya Kai yang menyadari tatapan tidak suka Fely pada Jihan.
"Ga papa" jawab Fely singkat, lalu segera berjalan menuju penjual minuman boba. Karna ia yang ingin meminum itu. Di ikuti oleh Clarin, Nindi dan juga Kai.
Setelah membeli apa yang keempat gadis itu inginkan, Clarin mengajak ketiga temannya untuk duduk dulu dikantin, sebelum mereka kembali sibuk dengan latihan. Katanya, agar mereka tidak mumet dan bosen dengan koreo nanti.
Barra sejak tadi memang menyadari hadirnya Fely. Alasan kenapa dirinya selalu menghindar dari semua pertanyaan Jihan adalah karna Fely yang ada disekitarnya. Barra tidak ingin Fely salah faham padanya lagi. Apa lagi, Jihan yang terus berusaha untuk mengambil kesempatan berbicara dengan Barra.
Kring..
Sebuah pesan singkat masuk kedalam hp Fely. Dengan segera Fely membaca dan membalas pesan yang ternyata Barra kirimkan untuknya.
Barra
Jangan salah faham, gue ga ajak dia kesini
Fely tersenyum. Rupanya Barra peka terhadapnya. Fely fikir Barra akan biasa saja saat mengetahui adanya Fely disini. Karna, jika sudah berkumpul dengan teman-temannya, Fely bisa sedikit memaklumi kondisi Barra saat ini. Paling, Fely akan memprotesnya saat mereka dirumah nanti.
Fely Cantik
Gatel banget sih ngajakin lo ngomong terus
Barra
Cemburu mbak?
Fely Cantik
Ih ngga ya. Ngapain cemburu? Emang dia bisa bikin lo puas apa tiap hari? Tiap lo mau? Lagian, perjaka lo gue yang ambil bukan dia
Barra
Iya, iya. Gue tunggu diparkiran nanti ya pulang latihan
Fely Cantik
Yakin banget pulang barengan
Barra
Bisa gue atur
Fely tidak membalas pesan Barra kali ini. Karna Nindi yang sedari tadi memperhatikannya. Dimana Fely selalu tersenyum setiap Fely membaca pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang tidak pernah Fely ceritakan pada ketiga temannya.
"Heh, ketawa-tawa sendiri. Udah gila ya?" Tanya Nindi dengan tangannya menyenggol lengan Fely.
"Sirik aja lo liat temennya seneng" jawab Fely sambil mengunci layar hp nya. Lalu Fely segera menyeruput minuman dingin didepannya.
"Gila lo, udah mau ujian nih masih aja belum cerita siapa cowok lo" ucap Clarin.
"Nanti ya, kalo udah waktunya gue kasih tau" jawab Fely yang langsung mendapat cibiran dari Kai.
"Halah, dari dulu juga. Lagian tumben amat rahasia banget ini hubungan lo" ucap gadis itu.
"Iya, iya nanti gue kasih tau ya" jawab Fely agar teman-temannya ini bisa diam.
***
Hari ini sepertinya hari kekesalan Fely. Mulai dari berangkat dan sekarang pulang sekolah, lebih tepatnya pulang ekskul. Fely harus melihat Jihan yang kembali mendekati Barra. Ntah tidak sadar diri atau bagaimana gadis itu. Padahal, Barra terus berusaha menghindarinya. Tapi, tetap saja Jihan berusaha kembali dekat dengan suaminya.
Seperti kali ini, Jihan memaksa Barra untuk mengantarnya pulang. Yang jelas-jelas Barra menolaknya dengan berbagai alasan. Dengan berbagai alasan pula Jihan bersikeras untuk meminta Barra mengntarnya. Belum lagi, Jihan memintanya saat didepan teman-teman Barra yang lain. Sepertinya Jihan memang memanfaatkan momen ini agar dirinya mendapat dukungan dari teman-teman prianya.
"Ayo lah Bar, anterin aja. Kasian loh dia" ucap Vino.
"Kalo kasian lo anterin lah. Gue ada urusan penting tau" jawab Barra.
Tidak mungkin Barra menyetujui permintaan Jihan kali ini. Barra sudah berjanji untuk pulang bersama Fely. Dan jika tidak pun, Barra sudah membayangkan bagaimana marahnya Fely jika melihat Barra mengantarkan Jihan pulang. Karna, Fely berada dekat dengannya kali ini.
"Tapi kan sama Vino ga searah" ucap Jihan.
"Kan sama gue juga ngga" jawab Barra yang membuat Jihan terdiam sekarang.
"Bar, kasian lah anterin aja" ucap Haykal ikut-ikutan sekarang.
"Sama lo aja, kan kerumah lo bisa lewat rumahnya dia. Gue mah harus puter arah" ucap Barra lagi.
"Kenapa sih ga lo aja?" Tanya Ansell.
"Gue bilang gue ada urusan. Dan gue ini udah telat banget" alibi Barra. Tapi, teman-temannya ini tidak percaya.
"Halah, bentaran doang anterin anak orang juga" ucap Kamal.
Fely sudah tidak tahan melihat adegan saling memaksa ini. Jihan yang memaksa untuk pulang bersama. Dan Barra yang memaksa menolak ajakan Jihan. Berhubung mobil Fely berdekatan sekali dengan mobil Barra, Fely memilih untuk melewati Barra dkk yang masih berusaha untuk membujuk Barra mengantarkan Jihan.
Melihat Fely yang sudah masuk kedalam mobilnya, bahkan gadis itu sudah menyalakan mesin mobilnya, membuat Barra ingin segera masuk juga untuk bisa pulang bersama Fely. Tidak peduli dengan semua teman-temannya yang masih saja meminta Barra untuk mengantarkan Jihan.
"Sorry banget ya Han sekali lagi. Gue ada urusan dan gue harus pergi sekarang" ucap Barra lalu segera memasuki mobilnya dengan meninggalkan Jihan yang masih mematung ditempatnya bersama beberapa teman prianya itu.
"Anjir, beneran ditinggalin lo Han?" Tanya Vino tidak percaya jika Barra benar-benar meninggalkan Jihan.
"Kenapa sih si Barra? Perasaan belakangan ini udah ga pernah post cewek lagi?" Tanya Jihan.
"Yang sabar ya Han, sama gue aja udah pulangnya ga papa" ucap Haykal yang merasa kasihan sekali pada Jihan karna sudah ditinggalkan oleh Barra.
Mau tidak mau Jihan mengiyakan ajakan Haykal. Padahal, ia ingin sekali diantarkan pulang oleh Barra. Tapi, dari pada ia harus berdiam diri di sekolah yang sudah sepi, lebih baik dirinya ikut saja dengan Haykal.
***
Kring...
Hp Fely berbunyi tanda telfon masuk. Fely mengambil airpods nya, lalu ia pakaikan ditelinganya sebelum Fely mengangkat telfon itu. Karna, Fely masih menyetir sekarang.
"Hallo"
"Kenapa ninggalin gue? Kan gue udah bilang pulangnya bareng" Tanya seseorang itu yang ternyata Barra.
"Ya, kirain lo nganterin si Jihan".
"Ngga, lo liat sendiri kan gue nolak dia".
"Ya mana gue tau kalo lo beneran nolak dia, temen-temen lo aja pada dukung".
"Lo jangan salah faham. Yang penting gue nya ga respon". Barra mewanti-wanti agar Fely tudak kembali salah faham padanya kali ini.
"Iya, iya".
"Lo dimana sekarang? Gue mau susulin. Ini lewat jalan biasa gue ga nemu mobil lo" tanya Barra yang sejak tadi mencari jejak mobil Fely yang menghilang begitu saja dengan cepat. Biasanya, Barra selalu dengan mudah menemukan Fely jika mereka memang searah.
"Gue lagi nyari ice cream dulu. BM banget. Jadi gue ambil jalan muter"
"Kenapa ga sama gue aja?".
"Ya kefikirannya pas dijalan" jawab Fely. Karna, memang Fely tidak niat untuk mencari ice cream. Tapi, tiba-tiba dirinya menginginkan makanan dingin itu. Jadi, Fely memilih untuk mencarinya saja sekarang.
"Ya udah, rencananya lo mau kemana?"
"Taman yang kemarin" jawab Fely.
"Oke, jangan dulu pulang sebelum ketemu sama gue" ucap Barra.
Fely mematikan sambungan telfonnya. Ia juga melepaskan airpods nya. Menyimpannya kembali ketempat semula. Lalu, ia kembali fokus menyetir mobil sekarang.
***
Fely kini sudah berada didalam mobil Barra dengan paksaan Barra padanya untuk memakan ice cream di dalam mobil pria itu. Padahal, Fely ingin sekali memakannya di kursi taman. Tapi, katanya masih terlalu siang sekarang. Barra takut jika ada teman-teman mereka yang akan lewat dan melihat mereka berduaan saja.
"Kenapa lo nolak dia?" Tanya Fely yang penasaran.
"Dia, siapa?" Tanya Barra balik.
"Itu loh si Jihan".
"Kalo gue terima permintaannya dia, emang lo bakalan baik-baik aja sama gue?" Tanya Barra lagi.
"Ngga lah gila aja lo" jawab Fely sedikit sewot.
Barra terkekeh mendengarnya. Barra sudah tahu, jika Fely tidak akan mungkin baik-baik saja pada Barra jika sampai Barra mengiyakan ajakan dari Jihan. Secara, Fely sensi sekali pada gadis itu. Belum lagi urusannya dengan Lita. Tidak mungkin Lita tidak menceramahinya saat mengetahui jika Barra mengantarkan Jihan untuk pulang.
"Nah kan, udah tau dong gue nolaknya itu demi siapa?" Tanya Barra lagi.
Fely menahan senyumnya. Bohong jika Fely tidak tersipu atas ucapan Barra. Tapi, Fely berusaha bersikap biasa-biasa saja. Tapi, tetap saja Barra mengetahui jika Fely tersipu sekali karna ucapannya.
"Senyum mah senyum aja kali. Ga usah ditahan gitu" ucap Barra yang lebih ke menyindir Fely.
"Apaan sih?". Barra kembali terkekeh. Lalu ia mulai mendekati Fely saat ice cream keduanya sudah habis. Fely memejamkan matanya kala Barra sudah melumat habis bibirnya. Belum lagi, Barra yang kini sudah menggigit kecil bibir bawahnya. Fely hanya bisa diam saja saat Barra sudah membawanya keatas pangkuan pria itu. Karna, Barra sudah mengatur kursi kemudinya agar permainannya dengan Fely bisa terlaksana dengan bebas di dalam mobilnya ini.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part