Part 3

2333 Words
Selesai makan mie instan, Barra dan Fely masuk kedalam kamar Barra. Bernuansa warna abu dan putih khas kamar lelaki. Cukup besar, bahkan bisa dikatakan sangat besar, serta didalamnya terdapat walk in closset. Barra segera masuk kedalam walk in closset, guna mengambil beberapa pakaian dan perlengakapan lainnya. Sedangkan Fely malah asyik duduk diatas kasur king size milik Barra. "Dasar istri durhaka!!" Sindir Barra saat Barra memasukan beberapa baju dan barang lainnya kedalam koper kecil yang ia bawa di walk in closset. Fely menoleh ke arah Barra berdiri. Memang dia tidak ada niatan sama sekali untuk membantu Barra. Ia malah duduk menyender disenderan kasur dengan satu tangan memengang hpnya. "Gue cape Barra" "Alesan doang!!" Jika Winda tahu, mungkin Fely akan dimarahinya karna tidak membantu Barra mengepack barang pria itu. Tapi, mumpung disini tidak ada Winda, jadi dia bebas jika tidak membatu Barra. "Bukunya jangan lupa ambil" ucap Fely yang masih fokus pada hpnya. Setelah selesai, Barra menghampiri Fely dan duduk disamping gadis itu. Fely menoleh sebentar, sebelum ia menaruh hpnya diatas nakas. "Lo ga mau ganti baju??" Tanya Barra. "Dih, emang ada gitu baju buat gue??" "Ada, punya mama!!" "Ngga ah, lagian kita bentar lagi pulang kan??". "Kata siapa?? Gue mau main PS dulu!!" Ucap Barra sambil ia membawa dua stik PS nya. *** Fely mengupload foto tangan nya dengan Barra yang sedang memegang stik PS di dalam kamar kedalam i********: nya. Sehingga banyak sekali komentar yang masuk kedalam akun nya itu. FelysiaGianina Game teroossss View all 4.902 comment VinoMunawaffaq gila si enyet punya yg bruu Nugraha_Kamal Fely gue cemburu Felycious Wahh longlast ka Fely Nindinin wah parah lo mainanya di kamar @FelysiaGianina Ansel Arian gaya lo Fel main PS kaya bisa aja Rosaline_Febricia heh masih kecil lo mainnya dikamar Clarinta Ramania buset parah lo harus kasih penjelasan ke kita @FelysiaGianina Kaila.Syifabell parah loo FelysiaGianina bacot lo pada Felycious kenalin dong kak Fel Kaila.Syifabell awas lo kalo ketemu Clarinta Ramania kita omongin sekarang juga VinoMunawaffaq bisa banget lo nyet dapetin cwo baru FelysiaGianina gampang lah, kan gue cantik @VinoMunawaffaq Masih banyak komentar yang terus muncul. Fely lebih memilih melog out i********: nya. Mematikan data hpnya, karna saat ini grup chat w******p dengan sahabatnya mulai berisik. Fely lebih memilih merebahkan dirinya disebelah Barra yang sudah tertidur pulas sambil tangan pria itu menggenggam tangan Fely. Setelah itu ia terlelap tidur dengan posisi Barra yang sudah memeluknya. *** Fely mengeliatkan tubuhnya kala suara adzan magrib berkumandang. Dirasakannya hembusan nafas Barra di ceruk lehernya. Fely melirik sedikit, dilihatnya Barra semakin tidak berjarak dengannya. Bahkan pelukan pria itu semakin erat. "Barra bangun udah mangrib" Fely menepuk nepuk pipi Barra agar suaminya hendak bangun. "hmmm" "Barra bangun ihhh" Dengan susah payah Barra berusaha membuka matanya, tanpa membenarkan posisinya. Fely saja tidak menolak, yasudah kesempatan juga kan. "Gue ngantuk Fel" ucapnya dengan suara khas bangun tidur. "Udah magrib, kita belum pulang" ucap Fely mengelus pipi Barra layaknya pada seorang anak. "Kita nginep aja disini Fel, kan ujung ujungnya juga kita tinggal disini!" Ucap Barra yang kini memejamkan kembali matanya. "Kan perjanjiannya seminggu di rumah mommy. Masa lo mau ingkarin janji?!" protes Fely. "Semalem doang lo rugi banget sih!" Hembusan nafas Barra terasa hangat. Membuat Fely merasa geli karna Barra masih setia bersembunyi diceruk leher Fely. Ditambah pria itu semakin merapatkan tubunya. "Barr ayo bangun dulu kita shalat" Fely berusaha melepaskan pelukan Barra. Mau tidak mau Barra bangun. Dengan nyawa yang belum terkumpul 100%, diikuti Fely. "Ambil wudhu dulu, kita berjamaah sama mama atau berdua?" tanya Fely. Barra menoleh pada istrinya yang sudah turun dari tempat tidur. Fely hendak mengambil wudhu. "Berdua aja, mama paling udah shalat". *** Fely dan Barra menghampiri Lita yang tengah duduk di sofa sambil membaca majalah. Setelah selesai shalat magrib, dengan sedikit argumen akhirnya Barra mengalah untuk pulang ke rumah mertuanya. Dengan alasan Fely tidak membawa pakaian lah, alat tulis lah, akhirnya Barra mengalah. Lagian, berdebat dengan Fely seharusnya tidak terjadi. Karna gadis itu paling pintar bersilat lidah. "Ma, aku sama Fely pulang dulu ya" pamit Barra pada Lita. Lita memerhatikan Fely dan Barra. Mereka berdua masih setia memakai seragam sekolahnya. Dikarnakan Fely dan Barra tidak membawa baju ganti. Padahal Barra bisa menggunakan bajunya yang tidak ia bawa ke rumah Fely. Tapi, dirinya malas mandi saat ini. Jorok memang. Bukan karna malas saja. Pasalnya nyawa Barra belum terkumpul 100% saat mengambil air wudhu tadi sebelum shalat magrib. "Kalian belum mandi?? Bahkan ga ganti baju sama sekali??" tanya Lita pada anak dan menantunya saat keduanya duduk bersampingan di sofa. "Fely ga bawa baju ma" jawab Fely. "Disuruh pake baju mama ga mau dasar" ucap Barra sembari membawa jus jeruk milik Lita lalu diseruputnya. "Barra itu punya mama!!!" "Dikit ma, Barra aus. Punya istri ga peka banget" Barra menaruh gelas itu keatas meja setelah ia merasa cukup. Fely mencubit pinggang Barra. Memalukan sekali Barra ini. Didepan mertuanya, Barra berkata bahwa dirinya tidak peka. Bicara saja tidak jika pria itu haus. "Aww" ringis Barra. Fely melepaskan cubitannya setelah Barra menoleh padanya. Kurang ajar memang suaminya. "Kalo aus bilang, jangan bikin image gue buruk dimata nyokap lo" bisik Fely. "Ya emang lo ga ngerti banget. Orang baru bangun tidur itu kasih minum. Bukan ngerengek minta pulang!!" bisik Barra balik. "Ekhemm, ada mama loh" sindir Lita. "Fely ambil minum dulu ya ma" ucap Fely sambil bangkit berdiri. Barra segera menahan Fely. Ia meraih tangan istrinya agar tidak pergi. "Ga usah kan mau pulang. Makan diluar aja ya" "Katanya aus" "Gapapa gue laper. Makan diluar aja ya. Lo pake jaket punya gue aja ambil di lemari sama buat gue juga" ucap Barra lebih ke nada memerintah. "Barra dia istri kamu sayang. Ambil jaketnya sendiri sekalian buat Fely" ucap Lita yang membuat Barra langsung terdiam. Fely menahan tawanya. Memang mertua idaman sekali Lita ini. Padahal sudah kewajiban Fely melayani Barra. "Gapapa ma, kan udah kewajiban Fely iuga" ucap Fely dengan ogahogahan tapi tetap memasang ekspresi yang sesantai mungkin. Menjaga image didepan mertuanya. "Biar Barra aja sayang, kan Fely ga tau dimana tempat Barra nyimpen semua koleksi jaket jaketnya" larang Lita. "Gapapa ma, Fely bisa ko nyarinya". "Tuh ma, dengerin ya Felynya juga mau" bela Barra pada dirinya. "Barra" Barra mendengus sebal. Setelah itu ia beranjak pergi. "Fely susulin Barra ya ma" pamit Fely yang mendapat anggukan dari Lita. *** "Nih" Barra menyerahkan satu jaket berwarna abu kepada Fely yang duduk di pinggiran tempat tidur. Dengan senang hati Fely menerimanya. Sebenarnya ia sangat gerah belum mandi sedari tadi. Tapi, jika ia mandi akan memaiai baju apa?. "Jadi pergi?" tanya Fely sambil memakai jaket Barra. Barra mengangguk. "Ada yang marah ga nanti??" tanya Fely dengan hati-hati. Fely takut jawaban Barra 'iya' itu berarti suaminya itu memiliki kekasih. Bagaimanapun mereka sudah menikah, bukannya wajar saja jika Fely takut akan hal Barra yang memiliki kekasih??. "Ck, gue ga punya pacar. Percaya sama gue kenapa sih ko susah banget??" Ucap Barra berusaha meyakinkan. Pasalnya, ini pertanyaan ntah untuk yang keberapa kalinya Fely tanyakan di hari ini. Tepatnya saat Fely menanyakan sebuah foto yang Barra posting beberapa bulan lalu. "Awas aja kalo sampe lo punya pacar, jangan salahin gue kalo cewe itu muntah paku!!" Ancam Fely. "Terserahhh" Barra melengos keluar kamar. *** "Mau makan dimana?" Tanya Barra pada Fely yang duduk disampingnya. Keduanya kini tengah diperjalanan guna untuk mencari tempat makan. Ntah berapa restoran yang mereka lewati, tapi tidak ada satupun diantaranya yang memikat hati keduanya. "Terserah!! Dari tadi kita lewatin resto, lo ga berhentikan?? Jadi terserah lo aja mau makan dimana!! Yang jelas gue laper banget sekarang!!!" Protes Fely. Pasalnya, Fely sudah sangat lapar sekali. Selepas makan siang, yang dilanjut menemani Barra bermain PS, lalu keduanya ketiduran sampai magrib,Fely tidak makan sedikitpun. Bahakan seingatnya minumpun tidak. Barra memarkirkan mobilnya di depan Mini Caffe. Resto yang sesuai dengan namanya mini, karna luas dari tempat tersebut memang bisa dikatakan kecil untuk sebuah restoran. Tapi jangan salah, walaupun mini resto ini sangat terkenal. Terbukti dengan adanya beberapa cabang bukan hanya di Jakarta, melainkan diluar kota seperti JaBoTaBek dan lainnya. "Kita makan disini gapapa??" Tanya Barra setelah ia membuka seatbeltnya. Fely mengangguk lalu keduanya turun dari mobil. Fely dan Barra duduk bersampingan. Karna memang meja yang tersisa tinggal satu. Mini Caffe sangat ramai malam ini. Pengunjungnya juga kebanyakan seumuran dengan Fely. Bisa dilihat dari meja yang bersebrangan dengan meja Fely dan Barra. Sekelompok remaja wanita yang bisa Fely lihat kerap mencuri pandang pada suaminya. "Mereka semua kayanya suka sama lo!" Celetuk Fely. Barra menoleh pada Fely. Setelah itu ia mengikuti arah pandangan mata Fely yang menatap sekelompok remaja itu. Dan anehnya, gadis-gadis itu langsung tertunduk kala Barra melihat ke arah mereka. "Ngaco lo!!" "Yee dibilangin. Dari tadi mereka liatin lo. Giliran diliatin balik pada nunduk!! Lama lama gue colok juga matanya!" Ucap Fely yang sebenarnya geram pada sekelompok gadis itu. Enak saja suaminya jadi objek tatapan mereka. "Yaudah sih diemin aja ga usah dibawa ribet" Fely ingin membalas ucapan Barra. Tapi seorang pelayan menghampiri keduanya guna menanyakan apa yang akan dipesan oleh sepasang suami istri itu. "Silahkan mau pesan apa mbak, mas?" Tanya pelayan itu sambil memberikan buku menu pada keduanya. Fely melihat list menu lalu menyebutkan pesanannya. Begitu juga dengan Barra. *** Keesokan harinya, seperti biasa Fely pergi kesekolah. Tepat saat jam istirahat, Fely dan sahabatnya menghabiskan waktu istirahatnya dengan menonton para siswa laki laki yang tengah bermain basket dilapangan outdoor. Bisa terlihat jelas suaminya juga ikut bermain. Barra memang gila basket. Ia menyukai basket sejak kecil. Ntah siapa yang mengakhiri permainan, Fely bisa melihat Barra dan teman temannya kini tengah menepi dipinggir lapangan. Mereka menselonjorkan kaki, guna menghilangkan rasa pegal. Ada satu hal yang menarik perhatian Lovely. Siapa lagi kalau bukan Jihan yang kini tengah duduk disamping Barra sambil memberikan satu botol air mineral yang sudah gadis itu siapkan untuk Barra. Jelas Fely sangat geram. Bagaimanapun ini tidak benar. Yang istrinya Barra itu dirinya. Jihan tidak berhak, bahkan sangat tidak berhak untuk memberikan perhatian lebih kepada Barra. Apalagi, sekarang teman teman Barra seolah menggoda keduanya. Membuat Fely semakin jengkel. Melihat ekspresi malu-malu kucing yang ditunjukan Jihan, membuat Fely ingin sekali melempari Jihan dengan sepatunya. "Cuma Barra nih yang dikasih minum, kita ngga??" Tanya Kamal kepada Jihan. "Lo beli aja sendiri! Gue cuma bawa satu" "Nihh abisin" ucap Barra sembari memberikan sisa minumnya kepada Kamal. Dengan senang hati Kamal menerimanya. "Kamu keren deh tadi!! Kapan kapan ajarin aku main basket yaa" pinta Jihan. Jika dengan Barra, Jihan lebih suka berbicara aku-kamu daripada lo-gue. Karna perlu kalian ketahui, Jihan memiliki perasaan yang lebih terhadap Barra. Ingin sekali memastikan hubungannya dengan Barra. Sudah beberapa kode ia berikan, tetap saja Barra tidak peka. "Boleh" kriing Barra merogoh hpnya kala ia mendengar notifikasi WA masuk. Cia, itulah nama kontak yang baru saja memberikannya pesan. Siapa lagi jika bukan istrinya. Barra sengaja men save nomor Fely dengan nama Cia agar teman temannya tidak ada yang curiga. Cia Enak banget ya dikasih minum sama pacar!! Barra Lo dimana Barra mencari sosok Fely. Benar saja, Fely tengah berdiri didepan kelasnya yang berada di lantai 2 menatap tajam kearahnya. Skak matt! Perang dunia ke 3!! Barra Ke rooftoop sekarang Cia Ga mau!! Barra Gue tunggu disana!! Setelah menerima pesan itu, Fely melihat Barra yang beranjak dari sana. Mau tidak mau ia menuruti kemauan Barra. Sekali kali nurutin apa mau suami, fikirnya. "Mau kemana lo?" Tanya Kai pada Fely. "Ada urusan bentar, kalo gue telat bilang ke toilet dulu ya ke guru" tanpa basa basi lagi segera ia beranjak dari sana. *** Perlahan tapi pasti, Fely membuka pintu rooftoop. Alangkah terkejutnya ia kala melihat Barra yang berdiri menyender didinding dekat pintu. "Astagfirullah" pekik Fely. "Minggir lo gue mau kunci" ucap Barra menarik Fely menjauh dari ambang pintu. Barra menggenggam tangan Fely, membawanya untuk duduk di sofa yang bisa dibilang rusak. Fely hanya menuruti. "Lo jangan mikir macem macem Fel, gue ga ada apa apa sama Jihan Lo jangan cemburu" tutur Barra tanpa berani menatap wajah Fely, apalagi mata gadis itu. Yang menampakan sorot mata kesal karna melihat kejadian yang beberapa menit lalu terjadi. "Heh! Gue disini, ngapain lo liatnya ke depan?" Tanya Fely. Barra akhirnya menoleh pada Fely. Mata mereka bertemu. "Dengerin gue ya!! Pertama wajar aja kalo misalnya gue mikir yang ngga ngga tentang lo sama Jihan!! Gimana pun gue ini istri lo!! Gue tau dan sangat sadar kita nikah karna perjodohan, tapi gue harap lo ngehargain posisi gue sebagai istri lo!! Dan harus lo inget gue ga cemburu, gue cuma ga suka sama hubungan kalian!! Gue ga suka sama semua apa yang kalian lakuin berdua!! Lo harus inget sekarang lo udah nikah, ga pantes banget lo deket deket sama cewe lain!!!" Ucap Fely panjang lebar. Barra memejamkan matanya sebentar. Mengatur nafas untuk menjawab ucapan Fely barusan. "Fel, tadi lo bilang sendiri kan? Lo ini istri gue!! So, apa yang lo khawatirin lagi? Status lo lebih dari pada Jihan yang notabenenya cuman temen gue doang" "Dan gue ga suka sama temen lo itu!! Jauhin dia, atau kita pisah!!" Ucap Fely yang sangat jelas membuat Barra terkejut. Apalagi kini Fely bangkit dari duduknya, hendak meninggalkan rooftoop. Dengan sigap Barra menahan lengan Fely, agar gadis itu tidak pergi. Dan dengan kerasnya Fely menolak. Ia berusaha melepaskan tangannya dari Barra. Tapi, bagaimanapun Barra laki laki, jelas saja ia akan kalah. "Lo ngomong apaan sih? Lo fikir status kita ini main main?" Tanya Barra yang kini sudah berdiri dibelakang Fely. "Lo tau status kita ga main main. Terus ngapain lo deket deket sama si Jihan hah??" Jawab dan tanya Fely yang kini sudah berhadapan dengan Barra. "Berapa kali gue bilang dia cuma temen gue!!" "Terserah lo!! Lepasin gue. Gue ga mau bolos kelas cuma gara gara debat sama orang yang keras kepala kaya lo!!" Ucap Fely dengan penuh penekanan. Tidak peduli dengan status Barra sebagai suaminya. Barra melepaskan cekalannya pada Fely. Tanpa basa basi Fely meninggalkan Barra yang mematung disana. Barra mengusap wajahnya frustasi. Niat nya untuk mengajak Fely berdamai malah membuat keduanya berdamai malah semakin membuat keadaan semakin runyam saja. "Ribet banget sih cewe!! *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD