Part 2

2613 Words
Tiga hari sudah berlalu. Dan tepat hari ini, pernikahan rahasia yang Fely dan Barra, dilangsungkan. Dengan suasana tidak terlalu mewah, pernikahan dihelat dengan khidmat. Dihadiri oleh beberapa saksi saja, tanpa hadirnya keluarga besar dari kedua belah pihak. Fely dan Barra kini duduk berdampingan. Fely yang mengenakan kebaya putih nampak terlihat anggun, dengan make up yang tidak terlalu menor, wajahnya sangat terlihat fresh sekali. Begitu pula dengan Barra. Dengan setelan black tie, tidak lupa dengan peci yang ia kenakan, membuatnya teramat tampan. "Baik, apakah bisa dimulai?" Pertanyaan penghulu kepada kedua mempelai. Keduanya mengangguk. Detak jantung mereka berdebar begitu cepat. Ini bukan mimpi. Mereka akan membina rumah tangga mulai hari ini, beberapa menit lagi. "Silahkan bapak menjabat tangan masnya. Lalu ucapkan seperti yang barusan saya ajarkan" ucap penghulu setelah ia membacakan beberapa ayat suci Al-Qur'an. Dengan gugup Barra meraih jabatan tangan Raditya. "Untuk masnya jangan terlalu gugup, bisa ucapkan kalimat dengan satu tarikan nafas" Radit menarik nafas dalam. Begitu juga dengan Barra. Sebisa mungkin keduanya nampak tenang. Lain halnya dengan Fely, ia memainkan jarinya kala kain putih ada diatas kepalanya dan juga Barra. Gugup, itulah yang ia rasakan. Ini sakral, ini nyata bukan mimpi, fikirnya. Radit mencoba merileks kan diri. Ini pertama kali baginya. "Bismillahhirahman nirrahim, ananda Barra Alman Said bin Heru Alman Said saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya yang bernama Felysia Inez Gianina binti Raditya Wigunawan dengan maskawin seperangkat alat shalat dan emas 100gram dibayar tunai" Ucap Radit dengan mengayunkan jabatan tangannya dengan lantang dan tegas. Didetik selanjutnya Barra menjawab. "Saya terima nikah dan kawinnya Felysia Inez Gianina binti Raditya Wigunawan dengan maskawin tersebut dibayar tunai" Dengan satu tarikan nafas dengan lantang dan tegas. "Bagaimana para saksi?" Tanya penghulu kepada para saksi. "Sah" ucap para saksi yang menghadiri ijab kabul. "Selamat Barra dan Fely kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri" ucap penghulu. Setelah itu, Barra memasangkan cincin dijari manis kiri Fely, begitupun sebaliknya. Sebagai tanda bahwa mereka sudah sah menikah. Didalam cincin Barra terdapat huruf "F . I . G" yang berarti Felysia Inez Gianina dan "B . A . S" yanga berarti Barra Alman Said didalam cincin milik Fely. Semua menarik nafas lega. Terutama Lita dan Winda. Akhirnya impian mereka tercapai. Menjadi besan dalam waktu dekat. *** "Barra Fely, kalian kini udah menikah. Inget, ini sakral, bukan main main. Kalian udah punya tanggung jawab. Jika ada masalah, bicarakan baik baik, jangan pernah ucapkan kata cerai apalagi Barra yang mengucapkannya. Kalian bukan pacaran lagi, yang jika berantem bisa putus terus nyambung lagi" wejangan dari Heru yang mendapat anggukan dari Barra dan Fely kala semua tamu undangan sudah meninggalkan tempat dimana pernikahan dihelat. Tidak ada resepsi. Semua dilakukan sesederhana mungkin. Mengingat kedua mempelai masih sekolah. "Barra, Daddy titip Fely. Jaga dia, dia sekarang sudah menjadi tanggung jawab kamu. Dan buat kamu Fely, mulai detik ini, kamu harus turuti, karna dia imam kamu, panutan kamu" kini giliran Radit yang memberi wejangan, yang lagi lagi mendapat anggukan dari keduanya. "Kalian udah rundingin mau tinggal dimana?" Tanya Lita. "Kita tinggal sama mama, mengingat papa kan kerja di Bekasi, sedangkan om Radit kan kerja di sini, jadi mama yang lebih membutuhkan kita" jawab Barra. "Mulai sekarang kamu jangan panggil om dong Barra, panggil Mommy sama Daddy" ucap Winda. Barra tersenyum kikuk. Fely menatap sang bunda. Ia ingin sekali rasanya menolak permintaan Barra. Tapi, bagaimanapun kini Barra sudah sah menjadi suaminya. Sudah sepatutnya ia mengikuti Barra dimananpun pria itu tinggal. "Tapi selama seminggu ini kita tinggal sama Mommy" sanggah Fely. "Yaudah kalo itu emang keputusan kalian, have a nice day ya sayang, mama sama papa pulang dulu" ucap Lita. *** Waktu sudah menunjukan pukul 7malam. Kedua keluarga kecil, Barra - Fely , Radit - Winda. Kini akan melakukan makan malam bersama. Barra hendak mengambil nasi untuk ia tuangkan pada piring yang ia bawa. Sebelum protes dari Winda terdengar. "Eh apa apan ini, Fely Barra itu udah jadi suami kamu, masa dia ngambil makan sendiri" ucap Winda yang mendapat delikan dari Fely. Dengan terpaksa Fely mengambil alih piring Barra. "Lo mau makan apa?" Tanya Fely. "Terserah!" Sejurus kemudian Fely menuangkan nasi serta lauk pauknya keatas piring Barra. *** "Apa apaan ini, kalian sudah menikah, masa kamu mau nyuruh Barra buat tidur dikamar tamu" ucap Winda yang ntah sejak kapan berada dibelakang Fely dan Barra. Fely dan Barra kini berada didepan pintu kamar tamu. Kamar yang bersebelahan dengan kamar Fely. Rencananya mereka tidak akan satu kamar. Tapi, jika sudah ketahauan, mau bagaimana. "Kalian tidur sekamar dan jangan pisah ranjang" Winda mendorong tubuh anak dan menantunya kedalam kamar Fely. Dengan terpaksa mereka akhirnya tidur satu kamar, satu ranjang pula. Barra langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur Fely. Karna hari ini sangat melelahkan. Barra memejamkan matanya, mungkin dalam hitungan menit ia akan terbang kealam mimpinya. "Lo ga mau cuci muka dulu kek, gosok gigi kek" celoteh Fely yang melihat Barra memejamkan matanya. "Gue cape Fel, mau langsung tidur aja" jawab Barra yang masih terpejam. "Jorok lo" ucap gadis itu sebelum masuk kemar mandi yang berada dikamarnya guna menggosok gigi dan cuci muka. *** Suara lantunan adzan subuh berkumandang. Fely yang sudah terbiasa bangun subuh mengeliatkan tubuhnya. Dirasakannya sebuah tangan yang berada diatas perutnya. Ia menoleh kesebelah kirinya. Mendapati Barra yang masih tertidur pulas. Wajahnya terlihat tenang. "Barra bangun udah subuh kita shalat" ucap Fely mengguncangkan tubuh Barra. Bukannya bangun, Barra semakin mengeratkan pelukannya. Dan menaruh wajahnya diceruk leher Fely. Membuat Fely sedikit merasa geli. "Barra bangun, udah subuh belum lagi siap siap sekolah!!" "Masih pagi juga Fel, gue masih ngantuk" jawab Barra masih dengan posisi yang sama. "Udah waktunya shalat lo jangan jadi pemales dong, ayo bangun atau gue siram lo" acam Fely. "Maksa banget sih lo" dengan malas Barra membuka matanya. "Bodo amat, udah ah gue mau ambil wudhu dulu, lo jangan tidur lagi!!" Ucap Fely setelah ia menyingkirkan tangan Barra diatas perutnya. *** Suasana kelas IPS 2 lumayan ricuh. Dimana saat ini adalah jamkos dikarnakan guru yang mengajar sejarah ini sedang sakit. Ada yang berkutat dengan tugas, ada yang ngerumpi, tidur dikelas, ber make up ria. Tidak terkecuali dengan Fely dkk yang saat ini tengah bergosipria serta men touch up make upnya sebelum pergi ke kantin. "Eh, liptint ini bagus ga sih di bibir gue??" Tanya Clarin yang memperhatikan bibirnya didepan cermin kecil yang ia pegang. Fely menoleh, yang kebetulan duduk disamping Clarin. "Bagus, bibir lo itu udah pink alami, padahal ga usah pake lip tint aja udah bagus" komentarnya. "Yee, gue ga pd tau!!" Kai yang sedari tadi fokus dengan hpnya, kini menoleh pada kedua sahabatnya yang duduk dibelakang kursinya. "Gue laper, mau ke kantin" ucapnya. Febri yang duduk disebelah Kai menggangguk setuju. Begitu juga Nindi yang duduk diatas meja Fely. "Gue juga laper, gas ke kantin yu!!" Nindi. "Kampret lo pada, masih jam pelajaran juga!!" Ucap Fely. "Yaudah ayo!!" Lanjutnya kemudian berdiri segera keluar kelas. "Gila, malah dia yang keluar duluan" celetuk Febri yang segera menyusul Fely diikuti yang lainnya. *** "Gue mau siomay satu, teh manis dingin satu" pesan Nindi pada Kai. Mereka ber5 mempunyai jadwal masing masing untuk memesan makanan. Dan hari ini giliran Kai dan Febri yang memesan makanan. Akhirnya mau tidak mau mereka harus menghafal dan membawa pesanan dari sahabat sahabatnya. "Gue mau batagor, minumnya jus alpuket" pesan Fely. "Gue samain sama si Fely" ucap Clarin. "Ada tambahan ngga??" Tanya Febri. Semuanya menggeleng. Sebagai jawaban tidak. Kai menyerngitkan keningnya. "Tumben lo pesen satu porsi Fel" "Eh gue makannya ga banyak kali" "Caelah lo makan nya biasanya 5porsi juga" ucap Kai yang langsung mendapat delikan tajam dari Fely. "Hehe gue cuma becanda Fel" . Sepeninggal Kai dan Febri memesan makanan, Fely, Clarin, dan Nindi kini sibuk dengan dunianya masing masing. Nindi yang sibuk dengan WA nya, Clarin yang sibuk dengan make up yang ada di online shop. Dan Fely yang sibuk dengan Ig nya. Terbesit satu nama didalam otaknya. Ia mengetikan nama itu di kolom pencarian, Barralman_, satu nama yang kini tengah distalk oleh Fely. Semua yang ada diakun i********: milik Barra ia lihat, dari mulai postingan, sorotan, bahakan tag dari teman-teman Barra Fely lihat. Sampai ia berhenti disatu postingan Barra yang melihatkan sebuah foto Barra dengan seorang wanita disebuah dermaga. Wajah wanita itu tidak nampak jelas karna terhalang oleh cahaya matahari yang terbenam. Sedetik kemudian Fely menaruh hp nya kala keramaian terjadi dikantin. Fely memperhatikan kerumunan siswa yang terhalang dua meja dengannya. Meja dimana empat orang siswa laki laki dan satu orang perempuan. Fely menatap kearah seorang siswa laki-laki yang duduk didekat seorang perempuan. "Si Barra itu pacaran ya sama si Jihan?" Tanya nya kepada sahabatnya. "Oey, ambil nih punya lo pada" ucap Kai yang membawa nampan yang berisikan makanan pesanan mereka, sedangkan Febri membawa nampan yang berisikan minuman pesanan mereka. "Kenapa? Lo suka sama dia?" Tanya Clarin yang kini mengikuti arah pandangan Fely. "Bukan, mereka kaya sering barengan gitu" elak Fely. Fely tidak tau ia cemburu atau apa. Yang jelas kini Barra adalah suaminya. Wajar saja bukan jika dia tidak suka melihat suaminya dekat dengan wanita lain. Apalagi dirinya tidak punya pacar maupun gebetan. Rasanya tidak adil. "Kalo yang sering gue denger sih, mereka ga pacaran. So mistis gitu deh pokonya" jawab Nindi setelah menyeruput minumannya. "Ngomongin siapa sih?? Ngegibah kaga ngajak ngajak" tanya Febri kepada Fely, Nindi dan Clarin. "Itu tuh si Barra sama si Jihan" jawab Clarin. "Ohh, mereka sih ga pada ngaku ya. Tapi emang sering barengan gitu deh. Sering dijodoh jodohin juga. Katanya sih couple goals Palm High Scholl" jelas Febri. Notifikasi masuk kedalam hp Fely. Ada dm dari orang yang tengah mereka bicarakan. Siapa lagi jika bukan Barra, Suaminya. Barra Alman Said Stalker mbak? Fely menyergitkan alisnya. Dari mana Barra mengetahui hal itu? Felysiaaa Dih so tau lo Barra Alman Said Tau gue, ada notif like akun lo ke postingan gue!! Fely membelalakan matanya. Kebiasaannya me like postingan yang ada di beranda instagramnya membuatnya lupa bahwa tadi ia berada di kronologi akun suaminya. Felysiaaa Sekali doang-_ Barra Alman Said Banyak juga gapapa Felysiaaa Dih najong Aws lo jgn gatel, mta gue dmna*!! Barra Alman Said Klo gtel tnggal garuk (Read) Fely memasukan hpnya kedalam saku bajunya. Setelah itu ia melanjutkan kegiatan makannya setelah menyelesaikan chattingannya dengan Barra. *** "Lah lah lah ini kenapa??" Ucap Fely yang tengah menyetir mobil. Duk. Mobil berhenti ditengah perjalanan pulang. Jarak ke rumahnya lumayan jauh. Membuat Fely frustasi sendiri, karna jauh pula dari bengkel. "Ini mobil kenapa mogok sihh!! Perasaan baru diservice minggu kemaren!!" "Mana masih jauh dari rumah, ga ada yang dikenal pula, terus gue harus minta tolong sama siapa???" Celoteh Fely. Akhirnya ia turun dari mobil. Ia membuka kap mobilnya, mengecek apakah ada mesinnya yang rusak. "Ngapain gue buka kap mobil, gue kan ga ngerti masalah beginian!!!" "Gue minta tolong siapa ya??" Akhirnya Fely mengambil hpnya yang ia simpan di jok kiri mobil. Mencoba untuk meminta bantuan kepada siapapun yang mungkin saja bisa membantunya. Fely membuka instagramnya. Lalu segera men dm seseorang yang kebetulan sedang online i********:. Felysiaaa P P Barraaaa Barraaaa Barra Alman Said Apa?? Felysiaaa Lo dmna?? Barra Alman Said Di wartam Felysiaaa Tolongin gue!! Mobil gue mogok Barra Alman Said Tlp bengkel aja ribet lo Felysiaaa Lo jdi suami kaga pengrtian bgt etdah, bilangin mama Lita tau rasa lo Barra Alman Said Lo dmna? Felysiaaa Jln Pelita (Read) Beberapa menit kemudian, sebuah mobil BMW berwarna hitam berhenti tepat disebelah mobilnya. Si empunya mobil tersebut keluar dari mobilnya lalu menghampiri Fely. "Lama banget sih lo!! Lumutan gue nungguin disini!!" Cerocos Fely saat Barra berdiri di dekatnya. "Ini Jakarta mbak!!" Fely memutar kedua bola matanya. Alasan!!. "Lo udah cek mesinnya??" Tanya Barra. "Kalo gue faham apa masalahnya, ga akan gue dm lo!!" Sedetik kemudian Barra memeriksa mesin mobil Fely. Untung saja Barra faham sekali dengan masalah mesin mobil. "Ga ada yang rusak". Fely menoleh. "Masa iya? Kalo ga ada yang rusak kenapa mogok??" Tanyanya. "Lo jarang service??" Tanya Barra setelah ia menutup kap mobil Fely. Fely menggeleng. "Minggu kemaren baru selesai service". Barra berfikir sejenak. Tidak ada masalah dengan mesin mobil Fely. Semuanya aman aman saja, kecuali. Barra membuka pintu mobil Fely. Mengecek kejanggalan yang ia fikirkan baru saja. Barra menutup pintu mobil Fely setelah ia mengetahui permasalahannya. Ia segera menghampiri Fely yang terduduk di trotoar jalan. "Mau gimana ga mogok itu mobil, orang bensinnya aja abis" Fely mendongkak. Lalu menjulurkan tangannya agar dibantu Barra untuk berdiri. "Masa iya??" Tanyanya. "Cek aja sendiri!!" Fely mencoba mengingat kapan terakhir kali ia membeli bensin. Ia menyengir kuda. "Punya mobil bagus, bensinnya kaga ada!! Malu maluin banget lo!!" "Yeee gue lupa!! Terus gimana??" "Tinggalin aja, nanti gue suruh orang buat bawa mobil lo sekalian isi bensin" "Terus gue pulangnya naik apa?" Tanya Fely. "Jalan kaki!!" Geram Barra. Saat seperti ini mungkin otak Fely tertinggal di mobil. "Dih nanti betis mulus gue gede dong!! Kaga mau gue!!" "Gue bawa mobil, kenapa ribet sih!! Lagian gue mau bawa perlengkapan selama tinggal di rumah Mommy!!". "Dari tadi kek!! Gue udah cape tau, ayo ah sekarang gue mau istirahat!!" Fely berjalan mendahului Barra. "Sabar Barra sabar" ucap Barra dalam hati *** "Lo punya pacar?" Tanya Fely pada Barra yang sedang fokus menyetir. Keduanya kini sedang menuju rumah Barra. Guna mengambil segala keperluan Barra selama tinggal di rumah Fely. Barra menoleh. "Ngga" jawab nya singkat. Fely memicingkan matanya. "Terus cewe yang fotonya lo upload di ig lo siapa?". "Bener kan lo stalk gue!!" "Terserah gue!! Lagian gue ini istri lo, jadi wajar aja gue tau semuanya!!" Jawab Fely dengan wajah yang sebisa mungkin ia santai kan. Karna sebenarnya ia takut jika Barra memiliki kekasih. Bagaimana pun mereka sudah menikah, tidak sepantasnya Barra mempunyai kekasih. Karna dirinya juga tidak memilikinya. Fely tahu ini sakral. Maka dari itu, ia ingin menikah sekali seumur hidup. Walaupun ia menikah dengan Barra karna perjodohan, akan sekuat tenaga Fely mempertahankan rumah tangganya dengan Barra. "Dia sahabat gue di Bandung, lo tenang aja gue ga punya pacar!!" Jawab Barra menghentikan mobilnya. *** Fely melihat rumah yang sangat megah didepannya. Bernuansa warna putih dan dikelilingi tanaman hijau, membuat rumah Barra terlihat sangat elgan dan juga asri. Barra melepas seatbelt nya. Begitu juga dengan Fely. Keduanya keluar dari mobil lalu masuk kedalam rumah. Didalam rumah Fely melihat foto berukuran cukup besar seorang anak kecil laki laki yang ia yakini itu foto suaminya. Fely mengikuti Barra yang mendatangi dapur guna mengisi perutnya yang sudah lapar. "Bi Inah masak apa??" Tanya Barra yang kini duduk di meja makan. Diikuti Fely. Bi Inah, pembantu di rumah Barra segera menghampiri majikannya. "Eh Aden, bibi kirain teh ga akan pulang. Kata ibu aden tinggal dirumah istri aden dulu. Jadi bibi teh ga masak kan ibu belum pulang" jawab Bi Inah dengan logat sundanya, karna ia berasal dari Sukabumi. Barra mengangguk. "Yaudah bi, kalo mie instan ada kan?" "Ada den, mau bibi masakin??" Tawar Bi Inah. Barra menatap Fely yang sedari tadi memperhatikan percakapannya dengan Bi Inah. Fely yang merasa diperhatikan, memasang muka tidak mengerti. "Ga usah bi, Barra udah nikah, udah jadi kewajiban Fely buat layanin Barra. Biar Fely aja yang masak" jawab Barra so bijak. Fely yang mendengar ucapan Barra membelalakan matanya. Dirinya juga lapar, pengennya tinggal makan, ga perlu masak. Tapi yang Barra ucapkan ada benarnya. Bukannya jika sudah menikah, kewajiban seorang istri kan melayani segala keperluan suami. Bi Inah yang memperhatikan ekspresi Fely, rasanya ia mengerti keiinginan gadis itu. "Gapapa den biar bibi aja yang masak, kasian neng Fely nya juga cape" "Fely ga cape ko, iya kan Fel?" Dalam hatinya ia menggerutu. Punya laki kaga ada ngertinya banget sama bini, ucapnya dalam hati. "Iya bi gapapa biar Fely aja yang masak. Cuma mie instan doang juga" Bi Inah menggangguk. Lalu mengajak Fely kedalam dapur. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment❤ See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD