Saat jam istirahat, Fely dkk memilih untuk ke kantin, begitu juga dengan Barra dkk. Sampai detik ini tidak ada yang curiga akan hubungan Fely dan juga Barra. Saat dikantin juga, Fely dkk memilih meja yang berbeda dengan Barra dkk.
"Fel, gue liat-liat lo kaya udah akrab banget sama si Barra" komentar Febri yang sedang memakan katsu nya. Fely menoleh sebentar pada Febri.
"Perasaan lo aja kali" alibi Fely. Bagaimana mereka tidak akrab, mereka kan memang sepasang suami istri.
"Ngga, lo akrab kaya ke si Vino sama si Ansell"
"Ah, perasaan lo aja Feb, udah mendingan lo makan aja" Fely mengalihkan pembicaraan Febri saat ini. Sepertinya Fely dan Barra harus lebih hati-hati sekarang ini.
"Eh, tumben gue ga liat si Jihan" komentar Nindi karna memang sudah biasa jika Barra dkk jika ke kantin atau kemanapun, pasti ada Jihan diantara mereka.
"Lagi mencret kali" jawab Kai yang asal asalan.
Fely yang memang sangat jijik jika sedang makan ada yang membahas hal yang cukup tidak enak didegar oleh telinganya itu sontak menatap tajam pada Kai. Kai yang menyadari jika perkataannya itu akan membuat Fely menghentikan makannya itu kini menoleh kearah Fely yang masih menatapnya tajam.
"Hehehe, maaf Fel ga sengaja, keceplosan gue" Kai cengengesan saat melihat Fely seperti ini.
Memang Fely sedang asyik dan enak-enaknya dengan mie ayam yang ia pesan barusan. Apa lagi mie ayam kali ini pedas, karna hari ini memang Fely boleh memakan pedas. Dengan sekuat tenaga, Fely menjatuhkan sumpit yang ada ditangannya itu. Membuat suara yang cukup keras sehingga memancing beberapa orang, terutama Barra dkk untuk menoleh kearah sumber suara.
"Lo, anjing lah, gue lagi enak makan juga!!" ucap Fely kesal. Di tambah minumannya yang sama sekali belum ia sentuh. Selera makannya benar-benar hilang seketika.
"Gue keceplosan, sumpah Fel ga sengaja" Kai mengangkat jari telunjuk dan jari manisnya membentuk huruf V.
"Tau lo, Kai ah. Mana gue juga lagi enak-enaknya ini" Protes Clarin yang mempunyai sifat yang sama dengan Fely tentang makanan.
"Iya anjir minta maaf gue" Kai merasa bersalah sekarang. Karna dua sahabatnya mengakhiri makannya yang belum habis itu.
Fely menjauhkan mangkuk mie ayam yang baru saja Fely makan 5suapan itu, dan segelas minuman capuccinonya. Ia juga kini menyenderkan punggungnya pada punggung kursi.
Kring
Fely merogoh hp nya yang ia taruh di kantung kemeja sekolahnya. Ia melihat kearah Barra sebentar sebelum ia membalas pesan dari suaminya itu.
B
Kenapa lo?
Cia
Ga nafsu makan
B
Kanapa?
Cia
Gw ga bisa kalo makan denger yang jorok
B
Gitu doang?
Cia
Terserah gw
B
Makan abisin
Cia
Ga nafsu
B
Gw laporin mommy biar lo dimarahin
Cia
Laporin aja
Setelah membalas pesan itu, Fely beranjak dari duduknya. Ia hendak keruangan dance saja. Sudah lama ia tidak menginjakan kaki ke tempat dimana ia bisa menyalurkan hobinya itu.
"Mau kemana?" tanya Nindi
"Keruangan dance" jawab Fely lalu beranjak dari duduknya meninggalkan teman-temannya yang masih betah dikantin.
Barra yang mendengar percakapan Fely sontak khawatir jika istrinya itu akan menari. Terbesit difikirannya untuk mengikuti Fely, untuk memastikan jika istrinya itu tidak akan aneh-aneh diruangan dance.
"Mau kemana lo, Bar?" tanya Ansell karna ia yang duduk disebelah Barra.
"Ada urusan, kalo gue ga sempet masuk kelas, biasa ya izinin"
"Bilang aja mau bolos lo" teriak Kamal pada Barra yang sudah keluar dari kantin.
***
Barra mengunci pintu ruangan dance, karna Fely tidak mencabut kunci pintunya. Sekarang, Fely hendak menyalakan musik yang biasa ia pakai untuk menari. Tapi, ada tangan seseorang yang menahannya. Fely kaget bukan main saat Barra berada tepat dibelakangnya.
"Barra, lo ngapain disini?" tanya Fely panik dan melihat kearah sekitar yang ternyata sepi itu.
"Harusnya gue yang tanya, lo ngapain disini?".
"Gu... gue.. gue..".
"Susah banget ya nurut sama gue? Gue cuman mau diem aja selama seminggu ini Fel. Itu buat kebaikan lo bukan gue" ucap Barra yang kesal pada Fely.
"Gue..."
"Kalo gue ga ikutin lo, lo bakalan nari-nari sesuka hati lo kan?"
"Barra..."
"Apa? Terserah lo deh Fel, terserah lo mau ngapain aja. Mau kaki lo belum sembuh total juga ga papa. Gue ga akan larang-larang lo lagi" Setelah berkata seperti itu Barra meninggalkan Fely.
Tapi, dengan cepat Fely menahan Barra. Fely memeluk suaminya itu dari belakang sebelum Barra benar-benar membuka pintu ruangan dance dan keluar ditempat tersebut.
"Barra gue minta maaf, gue janji gue bakal nurut sama lo" ucap Fely.
"Gue minta maaf Bar, gue salah"
Barra melepaskan pelukan Fely. Kini ia berbalik untuk menghadap istrinya ia kini memegang kedua bahu Fely. Fely tidak berani melihat kearah wajah Barra.
"Fel, gue ga minta apapun dari lo, gue cuman mau lo nurut apapun yang gue minta. Gue tau, kita emang dijodohin, tapi gimanapun gue ini suami lo. Lo kenapa-napa, mama sama papa bakal salahin gue".
"Gue cuman kangen aja Bar" jawab Fely.
"Nanti gue bakal kasih izin lo, tapi ga sekarang". Fely menganggukan kepalanya dengan lemas. Ia tidak bisa membantah Barra lagi.
Kini, Barra menaikan dagu Fely menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Mau tidak mau Fely kini menatap mata Barra yang sedang menatapnya pula.
"Lo nurut sama gue ya?". Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya.
Barra mendekatkan wajahnya pada wajah Fely. Ia juga memajukan jaraknya dengan Fely. Sampai dimana bibir mereka bertemu, keduanya kini terhanyut dalam ciuman lembut mereka. Tanpa mengingat sedang dimana mereka sekarang.
***
Pulang sekolah, seperti biasa Fely menunggu sekolah sepi. Karna Barra yang akan menjemputnya kekelas. Padahal, Fely sudah meminta izin pada Barra untuk dirinya dijemput saja oleh Pak Tio.Tapi, Barra tidak mengizinkannya dengan alasan ingin ditemani Fely untuk memotong rambutnya yang sudah mulai panjang.
Dengan langkah yang hati-hati, Barra dan Fely menaiki motor Barra dengan Fely yang memakai masker dan kacamata hitam. Tidak lupa dengan helm yang sengaja Barra bawa untuk Fely. Keduanya kini meninggalkan sekolah.
Sementara di halte sekolah, Fely dan Barra tidak menyadari jika Febri belum dijemput oleh supirnya. Febri yang mengetahui jika Barra yang sedang mengendarai motornya itu melihat dengan jelas jika Barra sedang membonceng seorang perempuan. Febri memperhatikan tas gadis yang sedang Barra bonceng. Tas yang familiar dengannya. Tapi, Febri belum yakin jika itu tas milik Fely.
"Kaya tas punya si Fely, apa iya mereka pacaran?" gumam Febri.
"Tapi, kan Fely dijemput sama supirnya, masa iya malah jadi sama Barra?" tanyanya lagi pada dirinya sendiri.
Sedang asyik bergelut dengan fikirannya sendiri, didepan Febri sudah tiba mobil yang menjemputnya. Dengan segera Febri masuk kedalam mobilnya itu untuk bergegas pulang.
***
"Bang potongan kaya biasa ya" pinta Barra pada Bang Baron, pemilik dari barber shop langganan Barra.
Sudah dari SMP Barra b**********n ditempat Bang Barron. Jadi, ia sudah sangat akrab dengan Bang Baron yang selalu melayaninya. Dan untuk pertama kalinya juga Barra membawa seorang wanita ketempat ini. Biasanya, Barra selalu datang seorang diri, paling tidak dengan teman-temannya yang mengikuti Barra.
"Oke siap Bar. BTW pacarnya ya?" tanya Bang Baron pada Fely. Fely hanya tersenyum saat ditanya seperti itu.
"Bisa bener cari cewek, Bar. Ga pernah bawa cewek, sekalinya bawa mulus bener" lanjut Bang Baron yang berkata pada Barra.
Barra terkekeh. Yang Bang Baron katakan memang benar adanya. Jika wajah Fely memang cantik. Dulu, saat pertama kali dikenalkan dengan Fely, Barra sempat membandingkan kecantikan Fely dengan mantan-mantan gebetannya dulu. Tapi, memang kecantikan Fely sungguh alami. Apa lagi jika Fely sudah memakai make up. Wajahnya semakin fresh sekali.
"Neng, si Barra ini ga pernah bawa cewek kesini" ucap Bang Baron pada Fely yang duduk dikursi tunggu tepat dibelakang Barra.
"Masa iya sih bang?" tanya Fely yang jujur saja tidak percaya.
"Neng ga percaya?" Fely menggelengkan kepalanya.
"Ga akan percaya dia Bang, ya gini lah kalo mukanya ganteng banget hahaha" jawab Barra yang akhirnya tertawa.
Fely menyempatkan membuat story i********: dengan memfotokan bagian belakang kepala Barra. Dengan hati-hati juga Fely menutup wajah Barra yang ada dipantulan cermin. Tentu saja kini DM Instagramnya penuh dengan komentar. Fely tidak menghiraukannya sekarang.
***
Sesampainya dirumah, Fely terus mengejek potongan rambut Barra yang Fely sebut jalan kutu. Karna menurut Fely itu terlalu jamet untuk anak muda zaman sekarang. Barra tidak menanggapi dengan serius ejekan dari Fely ini. Karna menurut Barra, ini potongan yang cukup keren baginya.
Barra yang sudah pening dengan ucapan-ucapan yang keluar dari mulut Fely sontak menarik istrinya itu keatas kasur. Mungkin lebih ke mendorong pelan agar Fely terjatuh tepat dibawah tubuhnya yang cukup kekar.
"Barra, lo mau ngapain?" tanya Fely yang sudah mulai khawatir, padahal mereka bukan pertama kali melakukannya.
"Lo berisik soalnya, mau gue bikin makin berisik sama desahan lo" ucap Barra dengan tatapan yang nakal.
Fely hanya pasrah saat Barra sudah melayangkan ciumannya dibibir Fely, bahkan sekarang Barra sudah melumat habis bibirnya. Tangan Fely yang sedari tadi menahan d**a bidang Barra perlahan menurun. Membuat Barra semakin leluasa untuk lebih menempelkan badannya pada tubuh Fely.
Kini, ciuman Barra sudah turun ke leher jenjang Fely, membuat beberapa tanda lagi disana. Benar kata Barra, Fely kini semakin berisik dengan desahannya. Tangan Fely saja kini meremas rambut Barra untuk menahan suaranya agar tidak terlalu kencang.
Tangan Barra sudah lihai dalam membuka satu persatu kancing kemeja Fely. Barra juga sudah kembali melumat bibir Fely dengan ganas. Tangannya juga sudah berhasil melepas semua kancing kemeja Fely. Barra juga melempar asal benda itu saat dirinya berhasil melepaskan baju yang Fely pakai. Sehingga menyisakan bra hitam yang Fely pakai.
Barra melepaskan ciumannya sebentar, lalu ia kini berusaha melepaskan kaitan bra milik Fely. Tentu saja Barra sudah hafal harus melakukan apa. Fely tidak tinggal diam saat Barra mulai menghisap payudaranya. Dengan desahan yang keluar dari mulutnya, Fely berhasil melepaskan kemeja sekolah Barra. Fely juga melempar asal baju suaminya itu. Kini, mereka berdua sudah telanjang d**a.
Namun, sedang asyik bermain dengan kedua d**a istrinya, aksi Barra harus terhenti saat...
Ceklek
Pintu kamar Barra dibuka oleh seseorang. Dengan refleks Barra mengangkat tubuh Fely dan dipeluknya erat. Barra tidak ada ingin sedikit celahpun dari orang itu untuk melihat tubuh bagian atas istrinya yang tanpa busana itu.
Wajah Fely sudah pucat saat melihat seorang lelaki yang sepertinya seumuran dengan mereka sedang menatap kearah mereka dengan tatapan yang sulit dibaca. Fely juga tidak mengetahui siapa orang tersebut. Karna jika dilihat-lihat, wajahnya sangat tidak familiar dengannya.
"Siapa?" tanya Barra.
"Ga tau, gue ga pernah liat" jawab Fely pelan tapi cukup terdengar jelas oleh Barra.
Ditengah ekspresi kaget mereka, datanglah Lita yang ikut kaget melihat keponakannya yang sedang mematung didekat pintu. Ya, hari ini saudara Barra dari Bandung tiba-tiba datang. Yang lainnya menunggu dibawah, sedangkan Abian Stevanno, yang biasa dipanggil Bian sengaja datang kekamar Barra karna ia sangat merindukan sepupunya itu.
Fely semakin menengang saat melihat Lita yang berdiri menatapnya dengan Barra. Seakan keduanya kegep sedang melakukan hal yang tidak sepantasnya mereka lakukan.
"Ada mama" bisik Fely pada Barra.
"Tante, itu Barra lagi ngapain?" tanya Bian dengan polosnya.
"Bian, kebawah dulu ikut tante".
"Barra, Fely mama tunggu 15 menit dibawah". lanjut Lita lalu pergi dari kamar Barra dan juga Fely. Tidak lupa Lita menutup pintu kamar anak dan menantunya itu.
"Barra ini gimana? gue takut?" tanya Fely yang kini sudah melepaskan pelukannya dari Barra. Barra juga membantu Fely membawa pakaiannya yang berserakan dibawah.
"Ga usah takut, dia sodara gue di Bandung. Lagian kita lakuin hal yang wajar ko buat pasangan suami istri" ucap Barra yang berusaha menenangkan Fely. Padahal, ia juga sama paniknya dengan Fely.
***
Fely dan Barra seolah sepasang kekasih yang sedang disidak karna terciduk berbuat m***m dikamar. Karna sekarang mereka sedang dicercar pertanyaan dari nenek Barra yang sedang duduk disofa single, sedangkan Barra dan Fely duduk bersampingan dengan Lita yang berada diujung.
"Ma, ini semua keinginan dari Lita. Lita yang meminta mereka buat nikah" bela Lita karna Oma Ratu, ibunya itu terus memeberi ceramah pada anak dan menantunya.
"Kenapa kamu berfikiran seperti ini Lita?".
"Lita udah janji sama Winda dulu, lagian Lita mau nya Fely yang jadi istri Barra"
"Kan mereka bisa dinikahin nanti setelah mereka lulus".
"Oma, Barra juga yang setuju buat nikah sama Fely". Kini, Oma Ratu menatap Fely yang masih menundukan kepalanya.
"Nak, siapa nama kamu tadi?" tanya Oma Ratu pada Fely.
"Fe.. Fely oma".
"Apa kamu keberatan sama perjodohan ini?". Fely dengan segera menggelengkan kepalanya.
"Kalo udah gini, masa mau disuruh pisah kalian berdua. Nasi udah jadi bubur" lanjutnya. Oma Ratu menarik nafasnya sebentar sebelum ia kembali bersuara.
"Maaf oma mau tanya, kamu pake pil atau Barra yang menggunakan pengaman?" tanya Oma Ratu yang berhasil membuat Barra dan Fely saling tatap satu sama lain.
Tidak ada yang berani menjawab kali ini. Baik Barra ataupun Fely malu untuk menjawabnya. Karna jujur saja apa yang ditanyakan oleh Oma Ratu tidak ada benarnya sama sekali.
"Barra, Fely, Oma denger dari Bian kalian tadi lagi ngapain, itu hal yang wajar karna kalian udah nikah. Oma cuman ingetin, kalian berdua masih sekolah. Kalian harus menunda dulu soal momongan. Pernikahan kalian tidak begitu kurang tepat. Di zaman sekarang, daripada kalian berbuat dosa mendingan kalian nikah. Oma jujur saja kaget dengan hubungan kalian. Karna oma ga denger kabar apapun sebelum ini".
Fely dan Barra tidak berani menjawab ucapan dari Oma Ratu. Mereka masih asyik menunduk kebawah. Karna disini ada tante, kakak dan adik sepupu dari Barra. Baik yang sudah menikah ataupun yang belum. Barra dan Fely benar-benar sangat malu karna menjadi pusat perhatian dari semua orang yang ada disini.
"Kalian satu sekolah?" tanya Tamara yang merupakan tante dari Barra. Kedua remaja itu mengangguk bersamaan.
"Bar, gimana rasanya, enak kan?" tanya Adam yang merupakan kakak sepupu dari Barra. Adam juga sudah menikah dan memiliki anak dua anak yang pertama berumur 5 tahun laki-laki, dan yang kedua berumur 3 tahun perempuan
"Apaan sih Bang?" tanya Barra sinis.
"Lanjut aja lagi, aku aja ketagihan. Tenang, si Bian biar aku yang tahan disini biar ga ganggu kalian lagi itu"
"Adam" tegur Oma Ratu yang berhasil membuatnya bungkam. Sementara semuanya terkekeh kecuali Barra dan Fely yang sampai sekarang masih menahan malu didepan semuanya.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part