Part 19

2270 Words
Seperti biasa, Fely selalu mengambilkan nasi untuk Barra. Semenjak menikah, Barra benar-benar selalu makan apa yang Fely siapkan untuknya. Semua kebutuhan Barra selalu Fely juga yang kontrol. Barra benar-benar ada yang mengurusnya sekarang. "Mau pake apa?" tanya Fely. "Apa aja terserah lo". Fely mengambilkan beberapa lauk untuk Barra. Barra memang bukan tipikal orang yang pemilih soal makanan. Asalkan sehat Barra akan memakannya. Setelah dirasa cukup, Fely menaruh piring didepan Barra. Tidak lupa ia juga menyiapkan air minum untuk suaminya itu. Memang istri yang telaten Fely ini. "Mama bener-bener ga salah ya pilihin kamu sebagai istrinya Barra" puji Lita pada Fely. Lita memang selalu memperhatikan Fely yang selalu melayani Barra dengan baik. Bukan dalam menyiapkan makanan saja. Semua baju-baju Barra, Felylah yang mencucinya. Walaupun ada Bi Inah, tetap saja jika urusan mencuci pakaian itu tanggung jawab masing-masing. "Mama bisa aja" "Mama jadi tenang tau ga, Barra ada yang urusin. Liat aja sekarang rapi banget, bersih lagi" Barra menoleh ke arah ibunya itu. "Maksud mama aku jorok pas belum nikah?" tanya Barra kesal. "Ya ngga juga sih. Tapi, sejak nikah kamu sering abisin waktu dirumah sama istri kamu. Kamu jadi ga banyak keluyuran malem. Sering mandi juga kalo pulang sekolah. Biasanya kan kamu buat ganti baju aja males". Fely terkekeh sekarang. Memang harus diakui, jika Fely mengatur Barra selama ini. Dan anehnya Barra menurut saja pada Fely. Mungkin Barra mengerti, apa yang Fely minta itu untuk kebaikan Barra sendiri. "Gimana tadi fitting bajunya Fel, aman?" tanya Lita "Aman ma" "Emang kompetisinya kapan sih?" "Sekitar 3minggu lagi ma. Tapi kita belum ada latihan lagi" "Ga papa sayang, kaki kamu kan harus sembuh dulu" Fely menganggukan kepalanya. Sebenarnya Fely sudah tidak papa. Rasa sakit dikakinya juga tidak terasa lagi. Fely sudah bisa berjalan normal lagi sekarang. Tapi, memang pada dasarnya Fely harus menurut pada Barra. Jadi, sebelum satu minggu Fely harus berhenti dulu dari kegiatan dance nya. "Nanti kontrol ke rumah sakit buat pastiin kaki lo boleh dibawa gerak lagi atau ngga" ucap Barra. "Ga perlu lah, gue udah ga papa ko" tolak Fely. "Suami lo siapa?" tanya Barra. "Lo" "Jadi lo harus nurut sama siapa?" "Iya, nanti kontrol" jawab Fely. Lita menggelengkan kepalanya. Tingkah Barra dan Fely terkadang kekanak-kanankan. Tapi, terkadang mereka juga bersikap dewasa. Yang paling tidak bisa dipercaya adalah, sifat dimana Barra benar-benar dewasa dalam menjaga Fely. *** Setelah selesai makan malam dan menunaikan ibadah sholat isya, Barra langsung mengajak Fely keatas ranjang. Permintaannya saat mandi tadi benar-benar harus diwujudkan. Sebagai istri, tentu saja Fely menurutinya. Walau mereka belum saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Tapi hal yang sudah menjadi kewajiban mereka yang sudah menikah tetaplah kewajiban. Sebelum kepada intinya, Barra memulai dengan melumat bibir istrinya itu. Tangan Barra juga sudah meraba bagian d**a Fely yang cukup besar. Satu persatu kancing piyama Fely. Hanya dalam hitungan detik Barra sudah berhasil melepaskan piyama dan juga bra yang Fely pakai. Dengan lahap, Barra melumat p****g p******a milik istrinya itu. Barra juga sudah banyak memberikan tanda kepemilikan disana. Bukan hanya dibagian d**a, leher Fely juga sudah banyak tanda kiss mark yang Barra lakukan. Tidak ingin kalah, Fely membalikan posisinya menjadi dirinya yang berada diatas tubuh Barra. Fely juga memberikan banyak tanda merah dileher Barra. Dan yang paling menonjol dibagian belakang telinga suaminya itu. Fely sengaja agar Jihan bisa melihat dan beranggapan jika Barra sudah memiliki kekasih. Lama dengan posisi itu, kini keduanya melakukan hal yang Barra inginkan dari tadi. Baik Fely maupun Barra saling mengerang satu sama lain. Keduanya benar-benar menikmati momen ini sampai larut malam. *** Adzan subuh sudah berkumandang. Fely terbangun dengan posisi dimana Barra mameluknya dengan erat. Karna memang setelah puas, keduanya terlelap tidur dengan Fely yang menyandarkan kepalanya didada bidang suaminya. Fely mendongkakak wajahnya untuk membangunkan Barra. Karna keduanya harus mandi terlebih dahulu sebelum melakukan ibadah sholat subuh, sebagaimana yang sudah dianjurkan diagama yang mereka anut. "Barra. udah subuh, bangun yu mandi dulu terus sholat" Fely mengelus pipi Barra dengan lembut. Bukannya bangun, Barra justru semakin mengeratkan pelukannya pada Fely. Seolah tidak ingin melepaskan istrinya itu. "Barra bangun ih, kita harus mandi dulu" Fely kini menggoyangkan tubuh Barra karna suaminya itu yang masih betah memeluknya dengan mata yang masih tertutup. "Sekali lagi lah Fel, abis itu mandi" pinta Barra. Fely membelalakan matanya. Bisa-bisanya Barra meminta nya sekarang. Mungkin benar kata orang-orang, jika pengantin baru itu sedang hangat-hangatnya. Mau tidak mau Fely menuruti permintaan dari Barra. Mereka melakukannya lagi sebelum mereka sholat subuh. Setelah itu mereka baru mengerjakan sholat subuh dan kembali tertidur. *** Pagi ini Fely rusuh sekali saat sedang siap-siap ke sekolah. Pasalnya ia dan Barra telat bangun tidur pagi ini karna Barra yang kembali meminta jatahnya pada Fely setelah sholat subuh tadi. Alhasil karna kecapean, Fely telat bangun dan itu otomatis ia juga akan telat membangunkan Barra. Fely bahkan tidak sempat untuk mengeringkan rambutnya saat ini karna jam sudah menunjukan pukul 06.50 pagi. Dimana jam masuk sekolah mereka itu jam 07.30 pagi. Tapi, jarak dari rumah Barra ke sekolah menempuh perjalanan kurang lebih 30menit. "Lo sih ah, jadi kesiangan" ucap Fely mengutuki Barra terus menerus. Barra sudah pengang sekali karna Fely yang tidak berhenti menyalahkannya. Padahal, jika diingat Fely juga menikmatinya, bukan Barra saja. Tapi, kenapa Barra yang disalahkan terus. "Ini masih keburu Fely" "Tapi rambut gue masih basah Barra. Masa iya gue harus basah-basahan gini ke sekolah". "Sini biar gue keringin aja" Barra menawarkan diri untuk mengeringkan rambut Fely. "Ga akan keburu Barra". "Ya asal aja yang penting ga basah- basah amat". Akhrinya Fely menyerahkan hair dryer nya pada Barra, sementara ia asyik menggunakan skincare diwajahnya. Juga sedikit riasan agar wajahnya terlihat fresh. *** Sepuluh menit kemudian, Fely dan Barra sudah turun kebawah dan hendak mengambil sehelai roti dan menyeruput s**u yang sudah Bi Inah persiapkan untuk mereka berdua. "Ma, Fely berangkat langsung ya, udah telat ini" ucap Fely sambil menyalami tangan Lita yang menatapnya heran. "Ma, Barra berangkat dulu juga ya" pamit Barra. "Eh, kalian ga sarapan dulu?" tanya Lita. "Ga akan keburu ma, kita udah telat" jawab Fely sebelum ia dan Barra pergi keluar. Lita dan Bi Inah saling bertatap saat menyadari rambut Fely dan Barra yang basah. Mereka tersenyum malu melihatnya. Karna bagaimanapun mereka jauh lebih berpengalaman dari Fely dan Barra. "Rambut mereka basah nya, pantes aja kesiangan hihi" ucap Bi Inah "Iya bi, mereka mau kasih cucu ke saya kayanya" "Aduh jangan dulu atuh nya, mereka teh masih sekolah" "Oh iya ya bi, saya lupa" Kedua wanita paruh baya itu kini tertawa karna membayangkan adanya suara tangisan bayi dirumah ini. *** Sementara diluar, Barra memaksa Fely untuk berangkat sekolah dengannya menggunakan motor. Karna tidak mungkin jika keduanya menggunakan mobil. Akan telat mereka masuk sekolah jika hal itu terjadi. "Udah sama gue aja berangkatnya. Naik mobil bisa telat" "Gue ga mau, nanti ada orang yang liat gimana?" tanya Fely. "Kita jalan belakang aja". Barra memang sering telat masuk sekolah. Jadi ia tahu harus lewat mana jika telat. Dengan terpaksa, Fely menuruti Barra. Lagi pula benar juga apa yang Barra ucapkan. Ia akan telat jika menggunakan mobil. Beruntung, Fely selalu membawa kacamata hitam dan masker untuk jaga-jaga jika diperlukan. Seperti sekarang, Fely memakai masker dan kacamatanya sebagai penyamaran jika semisal ada temannya atau teman Barra yang tidak sengaja melihat mereka. *** Barra menancap gas saat jam sudah menunjukan pukul 07.15 sedangkan jarak yang ditempuh masih sangat jauh. Dengan refleks Fely memeluk tubuh Barra karna Barra membawa motornya bak mengajak Fely untuk bertemu sang pencipta. "Barra bisa biasa aja ga sih bawa nya? Gue masih mau idup" ucap Fely sedikit berteriak karna suara angin yang cukup keras efek dari begitu ngebutnya Barra. "Lo tenang aja, lo bakalan aman sama gue" jawab Barra dengan santai. "Lo pegangan yang kuat aja" lanjut Barra yang semakin menancapkan gasnya. Membuat Fely semakin mengeratkan pelukannya dipinggang Barra. Mobil per mobil Barra salip saat ini. Barra tidak ingin membuat Fely telat masuk sekolah hari ini. Selain itu, memang Barra juga pandai mengendarai kuda besi ini. *** Tepat dari dari 15 menit, motor Barra sudah terparkir rapi diparkiran motor. Beruntung parkiran motor sudah sepi dan keadaan sekolahpun sudah sepi karna bel memang sudah berbunyi. Fely terus mengutuki Barra yang malah sengaja memasukan motornya kedalam sekolah. Padahal, Fely sedang was was jika ada yang sampai melihat keduanya berangkat barengan. "Barr, lo gila ya. Ini di parkiran sekolah tau" ucap Fely. "Gerak gerik lo yang ada bisa bikin macing orang curiga". ucap Barra yang melepas helm fulface nya. Ntah kenapa, Fely terpana saat wajah Barra mulai terlihat. Sebelumnya Fely tidak pernah melihat Barra yang membuka helm nya. Rambut Barra yang berantakan karna membuka helm semakin membuat Barra terlihat menawan. Apa lagi sekarang Barra sedang merapikan rambutnya. "Kenapa? gue ganteng kan? Kebayang ga anak kita nanti seganteng apa?" tanya Barra yang langsung mendapat toyoran dari Fely. "Sialan lo" ucap Fely sambil melangkah meninggalkan Barra. Sedangkan Barra terkekeh sambil menatap kepergian istrinya itu. Memang jika dilihat, cara berjalan Fely sudah normal kembali. Sepertinya memang kaki Fely sudah baik-baik saja. Tapi, tetap saja Barra harus memastikan apakah istrinya itu memang boleh beraktivitas seperti biasa atau tidak. *** Sementara dikelas Barra, teman-teman Barra kembali mengolok-olok Barra yang dimana tanda merah dibelakang kupingnya sangat terlihat jelas. Itu semua karna Nizam yang menyadarinya dan bertanya dengan suara yang cukup keras pada Baraa. "Gila lo Bar, abis ngapain lagi itu?" tanya Vino. "Ngga, gue ga ngapa-nagapain" alibi Barra yang tentu saja tidak akan dipercaya oleh teman-temannya. "Ga mungkin anying, paling sama betina" ucap Haykal dengan lantang. Barra melempar kertas yang sedari tadi ia mainkan pada Haykal yang berkata seenak jidat. Memang apa yang Haykal katakan benar adanya. Tapi, masalahnya disini Haykal berkata dengan begitu lantangnya. Membuat teman-temannya yang ada dikelas menoleh kearahnya. Terutama Jihan yang kini menatap heran pada Barra. "Lo kalo ngomong biasa aja setan" ucap Barra kesal. "Hahaha, berarti bener dong yang dibilang sama si Haykal" ucap Ansell. Barra mendelik tajam pada sahabatnya itu. "Iya juga ga papa kali Bar, normal ko" timpal Kamal. "Gimana rasanya? Enak ga?" tanya Luthfi. "Enak lah gila pastinya" jawab Ansell. "Berarti lo pernah ya Sel?" tanya Vino. "Ya sama mantan gue pernah dulu hahahahaha" gelak tawa kini terdengar jelas dikelas Barra. Apa lagi jam pertama ini mereka tidak ada guru. Membuat Barra dan teman-temannya menjadi semakin bebas dalam berbicara. "Kenalin lah ceweknya siapa?" tanya Vino pada Barra. "Apa sih Vin?" tanya Barra. "Ga usah malu anjing lo, ga papa lagi kalo ada cewek" ucap Nizam. "Ga dosa Zam?" tanya Kamal pada Nizam. Pasalnya Nizam merupakan anak dari seorang ustad, tapi kelakuan Nizam memang tidak mencerminkan jika dirinya merupakan anak dari ustad pada umumnya. "Dosa sih, tapi namanya godaan iya ga hahaha". "Gue laporin sama ustad Mihran tau rasa lo!" ucap Barra yang membawa-bawa nama ayahnya. "Anying lo, sebelum lo laporan yang ada lo diceramahin sama bapak gue" jawab Nizam. "Han, ga papa Barra ada cewek?" tanya Ansell dengan randomnya. Ansell memang memeperhatikan bagaimana ekspresi tidak nyaman Jihan saat mereka membahas Barra yang memiliki kekasih. "Ko bawa-bawa gue?" tanya Jihan. "Ya kan kalian kalo pacaran juga cocok" timpal Vino. "Bacot lo" ucap Barra yang ntah kenapa sekarang kesal jika dijodoh-jodohkan dengan Jihan. Walaupun sudah dari lama teman-temannya menjodoh-jodohkan Barra dengan Jihan, tapi ntah kenapa sejak Barra dan Fely melakukan hubungan suami istri pada umumnya, Barra menjadi tidak nyaman jika terus dijodoh-jodohkan dengan gadis itu. "Ko marah hahaha" ucap Haykal dengan nada bercanda. "Siapa yang marah" "Eh bosen nih, cari cewek ke kelas si Fely yu?" ajak Ansell yang mendapat persetujuan dari semua teman-temannya terutama Kamal. "Yakin kelas mereka jamkos juga?" tanya Vino. "Yakin etdah" jawab Ansell karna ia yang sempat melihat kelas Fely tidak ada guru saat Ansell pergi ke kamar mandi. "Ya udah gas" jawab Kamal. Ketujuh lelaki itu kini mulai keluar dari kelas mereka. Sudah seperti member boy band saja mereka ini. Tapi, jika salah satu tidak ada yang masuk, sudah pasti mereka merasa ada yang kurang. Ke tujuh siswa yang cukup nakal itupun kini berjalan menuju kelas Fely yang dimana memang benar adanya jika tidak ada guru yang mengajar kelas itu. Terlihat dari kelas yang cukup ricuh dan Fely dkk yang asyik berdandan ria. Barra tersenyum saat melihat Fely sedang asyik dengan alat make up yang Barra belikan untuknya. Ia juga menghampiri meja istrinya itu bersamaan dengan Vino, Ansel, dan juga Kamal. Sedangkan Nizam, Haykal dan Luthfi sedang mencari korban mereka selanjutnya dikelas ini. "Ngapain kesini?" tanya Fely ketus saat Barra duduk diatas mejanya. "Ngikutin si Ansell" jawab Barra. "Eh Bar, minggir anying gue mau disana" usir Kamal yang tidak didengar oleh Barra. "Lo cari tempat lain lah, mager gue" alasan Barra. Karna ia tidak rela jika Kamal yang duduk ditempatnya sekarang. "Kalian kalo mau berisik jangan kesini" ucap Kai dengan sinis pada keempat lelaki yang sedang berada didekat mejanya. "Galak amat lo" komentar Ansel yang sukses mendapat delikan tajam dari Kai. Fely kembali memaikai liptint barunya itu. Karna ia merasa belum puas dengan riasannya. Ia tidak peduli dengan Barra yang kini duduk didepannya. "Lo berdua so kenal banget anjir" ucap Nindi pada Barra dan Kamal. "Heh, kan kenal sama si Barra yang bantuin si Fely" bela Febri. "Ya iya, sama si curut ini ngga" Nindi menunjuk Kamal "Heh, awas aja lo pas Fely jadi pacar gue, bakal gue larang temenan sama lo" jawab Kamal. "Apa lo bawa-bawa gue!!" Protes Fely yang mendapat tawa dari Barra. "Sadar diri Mal, udah dia nolak lo itu" ucap Barra mewakili Fely. Sejak saat itu, Fely dkk menjadi akrab dengan Barra dkk. Ntah siapa yang memulai, mereka asyik berbincang walaupun kebanyakan Kamal lah yang memulai perbimcanganj. Terutama Kamal mengajak Fely berbicara, walaupun tidak ada respon baik dari Fely. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD