Part 73

2217 Words
Barra memerjapkan matanya saat adzan subuh berkumandang. Dilihatnya Fely yang sudah tidak ada dalam dekapannya. Bahkan, Fely tidak membangunkannya seperti biasa. Tapi, gemircik air di kamar mandi dapat Barra dengar. Sepertinya Fely sedang mengambil air wudhu. Barra kini memilih untuk bangkit dari baringnya, menunggu Fely selesai dengan wudhunya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian Fely sudah keluar dari kamar mandi. Gadis itu juga kini mengambil perlengkapan sholat untuk dirinya sendiri dan juga Barra. "Ko ga bangunin gue?" tanya Barra. "Cepetan wudhu" ucap Fely tanpa mau menjawab pertanyaan dari Barra. Barra menghela nafasnya. Fely sepertinya masih marah padanya. Tidak ingin membuang waktu, akhirnya Barra beranjak dari duduknya untuk pergi ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Setelah itu ia datang menghampiri Fely yang sudah mengenakan mukenanya. Sementara Barra kini mulai mengganti piyamanya dengan koko yang sudah Fely siapkan untuknya. Baru setelah itu mereka menunaikan ibadah sholat subuh. Setelah selesai, seperti biasa Barra menyodorkan tangannya untuk Fely salami lalu Barra mengecup kening Fely dengan lembut. Tapi, sampai detik ini Fely masih tidak mau berbicara sedikitpun. Selesai berdoa, ia meminta sejadah yang Barra pakai untuk dirinya kembali simpan ketempat semula. "Lo mau tidur lagi?" tanya Barra. Fely hanya menganggukan kepalanya. Lalu kembali menaiki ranjang untuk tidur dengan posisi membelakangi Barra. Barra hanya bisa kembali menghela nafasnya saat melihat Fely masih seperti ini. Ia memilih untuk ikut merebahkan dirinya juga diatas kasur. Tangannya juga sudah melingkar dengan bebas diatas pinggang istrinya itu yang masih membelakanginya. Otaknya terlalu sulit untuk berfikir dalam waktu sesubuh ini. Barra akan berusaha untuk membujuk Fely paginya saja. Karna, waktu ini rasanya kurang tepat saja. Apa lagi, Barra melihat Fely yang sudah terlelap lagi. *** Barra harus kembali melihat Fely yang sudah tidak ada didalam dekapannya lagi saat bangun dari tidurnya. Bahkan, Barra tidak mendengar gemircik air lagi dikamar mandi. Bahkan, tidak ada tanda-tanda Fely lagi disini. "Fel, Fely?" Barra memanggil nama istrinya itu yang dimana Barra tidak mendapat jawaban. Melihat jam yang ada dilayar hp nya, Barra memilih untuk mandi saja. Bergegas kesekolah dan semoga saja Fely masih menunggunya di meja makan. Selang 10 menit, Barra sudah turun kebawah dan menemui Lita serta Fely yang masih ada dirumah. Rupanya mereka sedang menunggu Barra untuk melakukan sarapan pagi ini. Barra segera menarik kursi disebelah Fely. Sementara Fely mengambilkan beberapa helai roti tawar untuk Barra. "Gue mau pake selai kacang aja" pinta Barra yang langsung dituruti oleh Fely. "Makasih" ucap Barra lagi yang hanya mendapat senyuman dan anggukan dari Fely saja, kemudian gadis itu menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. "Kamu ada ikut PORAK nya Fel?" tanya Lita yang mengetahui kegiatan kedua anaknya itu. "Ngga ma, males" jawab Fely. "Iya, lagian jangan ah takut kamu kecapean". Fely tersenyum lalu menganggukan kepalanya. "Mau bareng ga berangkatnya?" tawar Barra yang mempunyai niat untuk membujuk Fely saat dijalan nanti. Dengan segera Fely menggelengkan kepalanya. "Bareng aja Fel, kan searah" ucap Lita. "Fely mau bawa mobil aja ma. Temen Fely katanya mau bareng jadi Fely harus jemput dulu". jawab Fely yang memang ingin menjemput Clarin terlebih dahulu. "Sama gue aja, biar bareng" ajak Barra lagi. "Ga usah" jawab Fely singkat. Setelah sarapannya habis, Fely berpamitan untuk segera pergi kesekolah. Walau hanya ada kegiatan PORAK saja, Palm High School masih menjungjung tinggi kedisiplinan. Dimana jam masuk sekolah masih sama seperti hari-hari biasanya. "Fely udah selesai, Fely berangkat dulu ya ma" pamit Fely yang kini berjalan untuk menyalami tangan ibu mertuanya itu. Lalu ia menyalami tangan Barra. Saat Barra akan mencium keningnya, Fely segera menarik wajahnya untuk menjauh dari jangkauan Barra, barulah ia meninggalkan meja makan. "Barra, Fely marah ya sama kamu? Kamu abis lakuin apa sampe dia kaya gitu?" tanya Lita yang tidak percaya jika Barra dan Fely sedang baik-baik saja saat ini. Karna, sejak tadi hanya Barra yang berusaha untuk berinteraksi dengan Fely. Sementara Fely tidak mau berbicara sedikitpun. "Ngga ma" jawab Barra berbohong. "Jangan bohongin mama. Barra, mama kasih tau ya dari sekarang. Jangan pernah kamu nyakitin perasaan istri kamu. Apa lagi dia nangis karna ulah kamu. Dosa buat kamu Bar kalo sampe setetes air mata jatuh dari mata Fely kalo dia kamu sakitin" ucap Lita. Barra terdiam saat ini. Ia mengingat dimana Fely yang kemarin bahkan semalam menangis karnanya. Rasa bersalahnya semakin bertambah saja saat ini dimana Lita yang kembali bersuara. "Mertua kamu gedein Fely dengan penuh kasih sayang, mereka ga mau ada satupun yang nyakitin Fely anaknya. Dan mereka, terutama ibu mertua kamu pilih kamu untuk jadi suami Fely itu karna dia percayain kamu bisa bahagiain anaknya. Bukan malah nyakitin anaknya" ucap Lita lagi. "Mama ga mau tau, kalo ia kalian lagi berantem kamu harus bisa bujuk Fely" lanjut Lita lagi. "Iya ma" jawab Barra. Ia tidak tahu harus berkata apa pada ibunya sekarang. Karna ia tidak mungkin menceritakan semua kejadian yang terjadi kemarin. *** Tepat pukul 10 pagi, Fely dkk kini sudah berada diruang BK bersama Febri dan juga Jihan. Dimana Febri melaporkan kasus kemarin pada pihak sekolah. Dan berkata jika Fely dkk adalah pelakunya. Jadi, disinilah keenam gadis itu berada. "Fely, Clarin, Kai, Nindi apa bener yang dituduhkan Febri sama Jihan tentang mobil mereka yang kalian coret?" tanya Bu Vanya. "Bu, bukan kita pelakunya. Mana ada ga bukti kongkreet yang liatin kita lakuin itu semua?" tanya Fely membela dirinya dan juga teman-temannya. "Halah, kalo bukan lo semua siapa lagi?" tanya Febri yang masih tidak percaya pada Fely dkk. "Heh, kita ga lakuin apa yang lo tuduhin" kini Kai yang menjawabnya. "Udah jujur aja deh kalian" ucap Jihan. "Heh, yang harusnya jujur diantara lo berdua. Siapa yang udah bikin kita kesesat dihutan kemarin?" Tanya Fely yang geram akhirnya melaporkan kejaidan saat camping kemarin. Dimana dengan sengajanya seseorang membuat mereka tersesat di hutan. Bu Vanya kini sedikit kaget kala mendengar ucapan Fely. Karna ia baru mengetahui tentang kebenaran ini sekarang. Dimana kejadian ini sudah hampir tiga minggu terlewati. Dan Fely baru berani untuk mengatakannya sekarang. "Benar itu Febri?" tanya Bu Vanya pada Febri. "Dia yang fitnah saya itu bu" jawab Febri. "Halah, mau gue datengin si Vero kesini biar lo ngaku?" Tanya Fely. Febri dan Fely kini terus berdebat. Memperdebatkan semua perbuatan mereka yang sampai sekarang tidak ada satupun yang mau mengakuinya. Sampai Bu Vanya pusing sendiri. Karna murid-muridnya ini tidak ada satupun yang mau berhenti berbicara. "STOPPPPPP" ucap Bu Vanya sambil menutup telinganya yang sudah pengang karna ucapan murid-muridnya yang tidak mau diam itu. "Ibu pusing ya denger kalian berantem. Udah ah sana keluar selesain masalah kalian sendiri. Jangan ada yang disini" usir bu Vanya pada akhirnya. Karna ia sudah pusing sekali dengan murid-muridnya ini. Belum lagi Fely dan Febri yang terus berseteru. *** "Anjing kesel banget gue sama si Febri" gerutu Fely saat Fely dkk masuk kedalam kantin. Perut mereka terasa sangat keroncongan sekali sekarang. Perdebatan diruang BK tadi cukup menguras tenaga mereka. Terutama tenaga Fely karna harus terus melawan Febri yang tidak mau kalah darinya. "Sabar-sabar, makan sama minum dulu. Gue laper ini" ucap Kai yang langsung menuntun Fely untuk duduk disalah satu meja dimana berdekatan sekali dengan Barra dkk. Walau malas berdekatan dengan Barra, Fely akhirnya duduk juga. Karna memang tidak ada lagi tempat disini. Dari pada harus menunggu meja yang lain kosong. Fely bisa merasakan jika Barra sedang menatapnya. Tapi, Fely tidak ingin memperdulikan itu semua. "Gila ya itu cungur dua, nyari masalah sama kita. Salah lawan" ucap Fely terus mendumel. Masih banyak stok kata-kata kasarnya untuk ia lontarkan pada Febri dan juga Jihan. "Tau anjing, si Jihan j****y tuh ya so suci banget depan Bu Vanya. Lah giliran depan sua-" Fely segera membekap mulu Clarin yang hampir saja menyebutkan kata 'suami' dikantin. "Bacot anying jangan bilang juga kaya gitu ntar pada curiga" ucap Fely pelan. Lalu melepaskan bekapannya pada Clarin. "Hehe maaf emosi gila gue" jawab Clarin sambil cengengesan. Sedangkan Fely menatapnya tajam. Kring.. Fely menerima pesan dari Barra. Ia sengaja membacanya tapi tidak ada niatan untuk membalas pesan suaminya itu yang mengatakan jika Fely jangan makan pedas sekarang. Tapi, Fely tidak akan menurutinya. Fely masih marah pada Barra. Biar saja tahu rasa Barra itu. Agar Barra tidak terus menuduhnya tentang hal yang memang Fely lakukan. Barra Jangan makan pedes "Gue mau cilok kuah yang banyak pedesnya" ucap Fely pada Kai yang kini bertugas untuk memesan makanan untuk teman-temannya bersama Clarin. "Siap" jawab Kai. Kring.. Sebuah pesan kembali masuk kedalam hp nya. Kembali juga Fely hanya membacanya. Agar Barra tahu jika Fely benar-benar geram pada Barra yang kemarin membela Jihan didepannya. Barra Gue bilangkan ga boleh Fely kini memilih untuk membuka akun istagramnya. Memposting foto kedalam akun instagramnya dengan caption cukup menohok tentunya. 'Tenang, mereka hanya secuil upil buat gue'. Setelah itu Fely membiarkan hp nya dipenuhi banyaknya komentar pada akunnya. *** Saat pulang sekolah, Fely kembali mengantarkan Clarin kerumahnya. Tapi, kali ini niatnya memang Fely dkk akan bermain dirumah Clarin. Fely hanya meminta izin pada Barra tanpa menunggu jawaban dari suaminya itu. Yang terpenting Fely sudah bilang. Terkait Barra mengizinkannya atau tidak, Fely tidak akan peduli. Tapi, satu hal yang tidak Fely ketahui adalah. Dimana Barra yang menyusulnya kerumah Clarin. Karna Barra yang ntah dari mana mengetahui kontak gadis itu. Setelah Fely mengiriminya pesan, Barra segera menyuruh Pak Tio untuk mengambil mobil Barra. Karna Barra akan memakai mobil Fely nanti. Fely merem mobilnya tepat didepan gerbang tinggi rumah Clarin. Sontak ia kaget saat melihat Barra yang berdiri disana. Fely juga menatap tajam Clarin yang dimana Fely yakini jika gadis itu lah yang membocorkan alamatnya sendiri pada Barra. Memang salah Fely juga tidak bercerita pada teman-temannya tentang dirinya yang sedang marah pada Barra. "Hehehe, laki lo maksa Fel" ucap Clarin. Lalu turun dari mobil Fely untuk menghampiri Barra. Karna sebagai tuan rumah yang baik, Clarin tentu saja akan membiarkan Barra masuk kedalam rumahnya. Tapi, Fely kini ikut turun juga. Ia tidak mau ada Barra disini. Fely masih malas untuk bersama Barra. Ia masih ingin memberi pelajaran pada suaminya itu. Persetan dengan dosanya yang tega mengusir suaminya sendiri. "Ngapain sih lo disini?" tanya Fely. "Ketemu suami itu salim dulu" tegur Barra yang menyodorkan tangannya pada Fely. Dengan terpaksa, catat terpaksa Fely menyalami tangan Barra. "Gue mau jemput lo" ucap Barra lagi. "Ga modal jemput ga bawa mobil" cibir Fely. "Yang penting niatnya". Clarin hanya bisa memijat keningnya sekarang. Ia baru faham jika Fely sedang kesal pada Barra. Pantas saja Barra tadi memaksanya untuk memberikan alamat Clarin karna ingin menjemput Fely. Padahal, Fely membawa mobil sendiri dan pulangnya juga akan mengantarkan Kai dan juga Nindi terlebih dahulu. "Heh, masalah rumah tangga lo berdua jangan dibawa kerumah gue ya" ucap Clarin. "Bukain gerbangnya, masa si Clarin yang bukain. Kan lo cowok" titah Fely. Clarin sedikit tertohok kala melihat seorang Barra, seorang Most Wanted Palm High School dengan gampangnya menuruti apa yang Fely katakan "Lo nyuruh si Barra gampang banget" ucap Clarin. Bahkan, Kai dan juga Nindi ikut tercengang kala Barra dengan mudah menuruti perintah Fely. Walau memang Fely adalah istrinya. Tetap saja mereka rasanya tidak bisa percaya atas apa yang mereka lihat sekarang. *** Setelah lama bermain dirumah Clarin, akhirnya Fely, Kai dan juga Nindi memutuskan untuk pulang. Begitu juga dengan Barra yang kini akhirnya bisa satu mobil dengan Fely. Walau masih saja Fely tidak bisa Barra ajak bicara. "Lo nurut banget sama si Fely" komentar Nindi pada Barra. "Ya nurut sama istri sendiri mah ga salah kali" jawab Barra berusaha untuk mengambil hati Fely. Tapi Fely tidak menanggapinya. "Lo kenapa sih Fel, diem mulu perasaan. Sariawan lo?" tanya Kai pada Fely. Pasalnya, sejak tahu ada Barra diantara mereka, Fely menjadi banyak diam. Tidak banyak berkomentar saat mereka membahas soal Jihan dan juga Febri. Padahal, sejak tadi Fely yang bersemangat untuk membicarakan Jihan dan juga Febri. Bahkan perkataan pedas juga terus Fely lontarkan kala mereka membahas kedua gadis itu. "Tau, perasaan tadi lo yang lebih semangat" sahut Nindi. "Ga papa. Takut ada yang marah sama gue kalo gue ngatain si Jihan" jawab Fely. "Siapa?" tanya Nindi. Fely mengedikan bahunya. Ia malas menjawabnya lagi. "Ekhm, ini kemana jalannya Nin?" tanya Barra pada Nindi saat ia menemukan persimpangan jalan menuju kompleks Nindi. Ya, memang Nindi yang diantarkan lebih dulu, barulah Kai. "Ke kanan" jawab Nindi sekenannya. Barra menganggukan kepalanya dan mengendarai mobil sesuai jalan yang diarahkan Nindi. *** Beberapa saat kemudian, Barra dan Fely sudah mengantarkan Kai juga. Tinggalah mereka berdua didalam mobil. Keheningan sudah pasti terjadi disini. Karna Fely masih mau memberi pelajaran pada suaminya itu. "Fel, maafin gue dong, iya tau gue salah" ucap Barra. "Yang bener nyetirnya, gue mau cepetan pulang cape" jawab Fely dengan matanya yang fokus pada jendela samping. Memperhatikan jalanan yang mereka bedua lewati. "Gue minta maaf ya?" tanya Barra meraih jemari Fely lalu diciumnya. Bohong jika Fely tidak salah tingkah disini. Tidak ada wanita yang biasa saja jika terus dikejar oleh seorang pria. Apa lagi, pria itu sampai berusaha dengan keras agar bisa meluluhkan hatinya. Tapi, Fely harus bersikap biasa saja disini. Tidak boleh ia menunjukan jika dirinya mulai luluh karna Barra. Dengan segera Fely menarik tangannya yang masih digenggam oleh Barra. "Gue ga akan maafin lo sampe lo percaya kalo gue bukan pelakunya" ucap Fely. Ia kini memilih untuk memejamkan matanya saja. Berpura-pura tidur adalah solusi terbaik sekarang. Dari pada ia harus terus berbicara dengan Barra yang terus saja berusaha untuk mengajaknya berbicara agar Fely kembali bersikap biasa saja pada Barra. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD