Part 74

2079 Words
Malam harinya, Barra masih berusaha untuk membujuk Fely. Karna, masih saja Fely tidak mau berbicara dengannya. Sejak tadi Fely sibuk dengan hp nya. Ntah apa yang sedang istrinya itu lakukan. Selain berusaha untuk mengajak berbicara juga, Barra sudah kembali memposting foto dirinya dan juga Fely dengan caption "sorry❤️‍" Di akun Instagramnya. Bahkan, jika dilihat dari notifikasi, gadis itu menyukai postingannya. Yang artinya Fely sudah melihat foto itu. Tapi, masih saja gadis itu bungkam seribu bahasa. "Fel, masih marah?" Tanya Barra. "Ngga" Jawab Fely singkat. Barra kini mendekatkan dirinya pada Fely. Ditariknya kepala gadis itu agar menyandar pada bahunya. Belum lagi tangan Barra yang kini merangkul Fely. Tidak adanya perlawanan dari Fely membuat Barra bisa melingkarkan satu tangannya pada pinggang gadis itu. Fely memang sedang malas untuk menanggapi semua apa yang Barra lakukan. Ia ingin menyimpan semua tenaganya untuk hal-hal yang lebih bermanfaat dari pada harus melawan Barra kali ini. Yang terpenting adalah, Fely tidak membalas pelukan Barra. Ia masih asyik memainkan hp nya. "Maafin gue ya kalo kemarin gue nyakitin lo?" Ucap Barra. "Hmm". "Udah dong, jangan cuekin gue lagi". "Males ngomong gue. Gue mau tanggepin lo kalo lo ga ada nuduh gue lagi tentang mobil cewek lo" Ucap Fely. Barra memejamkan matanya. Jika tetang mobil Jihan, hati kecilnya tetap berkata jika Fely dalang dari semua ini. Tapi, dari pada Barra terus dicuekan oleh Fely yang dimana selama menikah ini hidup Barra cukup enak karna diurusi oleh Fely. Lebih baik dirinya belajar untuk menepis semu fikiran buruknya terhadap Fely. Lagi pula, tidak adanya bukti yang mengarah pada Fely. "Dia bukan cewek gue Fely" Ucap Barra yang mengelak tentang berpacaran dengan Jihan. Karna memang itu semua tidak benar adanya. "Halah, bukan cewek lo tapi lo malah berantemin gue masalah dia" Cibir Fely. "Gue kan udah minta maaf Fely". "Tapi lo ga ada bilang lo percaya sama gue". "Iya, iya gue percaya bukan lo sama temen-temen lo pelakunya" Ucap Barra pada akhirnya. Fely mendongkakan wajahnya kali ini untuk melihat wajah Barra. "Beneran percaya atau cuman karna mau gue biasa aja sama lo?" Tanyanya. "Percaya ya ampun Fel. Lagian ya emang ga ada bukti lo yang lakuin itu kan?" Tanya Barra. "Lagian nih ya, gue bukannya mau berantemin lo kemarin. Gue cuman ga mau kalo semisal lo yang lakuin ini nantinya jadi peluru balik buat lo. Bukannya gue nuduh lo. Justru nanti gue yang akan bantuin lo kalo sampe hal ini berbalik sama lo. Setidaknya kalo gue tau dan dia bawa kasus ini gue ada buat lo dan bisa mikir harus lakuin apa" Lanjut Barra. Bukan apa, Barra hanya ingin memastikan saja apa yang diperbuat Fely. Karna, jika memang Fely pelakunya, pasti ini akan menjadi peluru balik untuk istrinya itu. Dan sudah pasti Barra akan berada dibelakang Fely untuk melindunginya sebelum itu semua terjadi. "Tapi bukan gue Bar". Ucap Fely masih tidak mau mengaku. "Iya, iya" Jawab Barra lalu menarik kembali wajah Fely untuk kembali bersandar pada bahunya. "Lo mau makan diluar ga?" Tanya Barra. "Mau" Jawab Fely dengan cepat. "Ya udah sono siap-siap kita jalan ya?". Fely menanggukan kepalanya antusias. Ia segera menyimpan hp nya lalu melepaskan pelukan Barra. Baru lah setelah itu ia beranjak dari duduknya diatas kasur untuk berganti pakaian dan make up tentunya. Karna, tidak mungkin seorang Felysia Inez Gianina tidak memakai riasan saat keluar dari rumah. *** Barra dan Fely kini sedang berada disalah satu restoran ternama tentunya. Di mana saat ini Fely sedang asyik untuk memfoto makanan pesana mereka untuk di postingnya di Intsastroy nya. Karna, sayang sekali rasanya jika momen ini tidak diabadikan. Walaupun dengan kemisteriusan yang terus dilakukan. Terbesit di fikirannya untuk Barra memfoto Fely yang masih asyik memfoto makanan mereka. Tapi, Barra berniat untuk di posting di feed i********: nya. Tujuannya agar Fely tidak terus berfikir jika Barra mencintai Jihan. Dan juga untuk mengabadikan momen mereka berdua tentunya. "Udah, yu makan" Ajak Fely yang sudah menyimpan hp nya di atas meja tepat di samping piring makanannya. Begitupun dengan Barra yang melakukan hal serupa. Keduanya kini sedang asyik menikmati makan malam mereka dengan tenang. Karna, seperti biasa Barra memesan pirvat room untuk keduanya. Menjaga agar tidak bertemunya mereka dengan salah satu teman mereka tentunya. "Tajir banget sih lo. Ngajakin nya privat room mulu" Komentar Fely. Fely memang senang jika Barra melakukan ini. Tapi, ia juga tidak ada masalah jika Barra mengajaknya makan di restoran dengan ruangan yang biasa. Yang terpenting bagi Fely adalah makanannya yang lezat dan cocok dilidahnya. "Ya, biar tenang aja makannya" Jawab Barra sekenannya. "Cape juga ya main kucing-kucingan terus" Ucap Fely. Barra menoleh kearah Fely yang duduk tepat di depannya dengan terhalang meja saja. "Terus lo mau kasih tau semuanya tentang kita?" Tanya Barra. "Ngga lah gila. Gimana sama sekolah kita?". Barra mengedikan bahunya acuh. Barra masih dengan pendiriannya kali ini. Dimana ia akan membongkar hubungannya dengan Fely jika istrinya itu sudah mau membukanya. "Tapi, jangan salahin gue kalo masih banyak cewek yang deketin gue" Ucap Barra. "Halah, kalo lo niatnya mau selingkuh pasti bakal dilakuin tanpa atau dengan diketahuinya hubungan kita". "Gue ga akan selingkuh" "Iya, iya percaya. Di cuekin gue sehari aja lo khawatir banget. Apa lagi kalo gue pergi dari hidup lo" Ucap Fely dengan PD nya. Tapi, walau begitu, memang itu yang Fely rasakan terhadap Barra. Sementara, Barra lebih memilih untuk tidak menjawab ucapan Fely. Lebih baik ia menandaskan makananya saja. Karna, setelah ini Barra ingin mengajak Fely untuk jalan-jalan malam lagi. *** Sesuai niatnya, Barra memang mengajak Fely untuk jalan-jalan lagi. Kali ini, ia membawa Fely kesebuah taman dimana disana adanya dermaga. Dan kedermaga itu lah Barra membawa Fely. Tidak lepasnya tangan Barra untuk menggenggam jemari Fely. Karna, disini banyak sekali lelaki yang memperhatikan kecantikan istrinya itu. "Barra, tau aja ada tempat ginian" Komentar Fely yang dimana ia merasa takjub karna banyaknya lampu taman yang sangat indah disini. Belum lagi, saat di dermaga. Hiasan lampu taman semakin mempercantik dermaga dimana mereka duduk sekarang. "Gue sering keisini sama anak-anak" Jawab Barra. "Bukan sama mantan lo? Atau si Jihan?" Tanya Fely. Barra menoleh pada istrinya itu. Ia juga menoyor pelan kepala Fely yang dimana otaknya selalu tentang mantan Barra apalagi tentang Jihan. Kapankah Fely akan berhenti memikirkan itu semua? "Heh, otak lo ga ada yang baik-baik tentang gue ya? " Tanya Barra. "Ga ada" Jawab Fely dengan polosnya. "Istri durhaka lo. Kurang apa sih gue?". "Kurang sayang sama gue" Jawab Fely yang dimana ia kini sudah menyenderkan kepalanya pada bahu Barra. "Kata siapa?" Tanya Barra. "Kata gue barusan. Lo budek apa?". Barra terkekeh. Jika berbicara tentang perasaan. Rasa sayang itu sudah tumbuh dihati Barra. Tapi, Barra belum berani untuk mengungkapkannya. Lebih tepatnya ia gengsi jika harus mengatakan apa yang ia rasakan. "Sekarang gue tanya, emang lo udah sayang sama gue? Secara kemarin aja lo segitunya nuduh gue?" Fely menarik kepalanya yang sejak tadi menyeder pada bahu Barra. "Masih aja dibahas masalah kemarin" Cibir Barra. Perasaan, Fely sudah berkata jika Fely tidak marah lagi pada Barra. Lantas, kenapa Fely terus membahas tentang pertengkaran mereka kemarin. Padahal, Barra sudah menjelaskan alasannya itu apa kenapa Barra menuduh Fely. "Ya udah lo jawab aja pertanyaan gue tadi" Ucap Fely. "Yang lo rasain gimana dari gue?" Tanya Barra balik. "Ga tau. Kan lo ngelak mulu kalo lo lagi cemburu". "Kalo gue bilang gue udah sayang sama lo? Lo mau percaya ngga?" Tanya Barra. Deg. Seketika jantung Fely berdegup kencang sekarang. Jantungnya serasa ingin keluar dari tempatnya kali ini. Ingin rasanya juga ia berteriak sekarang ini dengan kencangnya. Tapi, Fely harus terlihat biasa saja jika Barra belum mengungkapkannya secara gamblang tentang perasaan pria itu terhadapnya. "Kenapa diem?" Tanya Barra karna Fely tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Gue butuh bukti, bukan ucapan doang" Jawab Fely. Barra mendecih. Selama ini kurang apa Barra pada Fely. "Selama ini, lo mikir apa tentang yang gue lakuin demi lo?". Tanya Barra. "Ya, mungkin aja tanggung jawab lo sebagai saumi gue " "Emang tanggung jawab ga bisa dibilang rasa sayang juga ya? Bukannya kalo ga didasari sama perasaan tanggung jawab itu ga ada?". Fely seketika kehabisan kata-kata kali ini. Biasanya, Fely selalu jago dalam hal perdebatan. Tapi, kali ini lidahnya seketika kelu. Ntah harus percaya atau bagaimana pada ucapan Barra. Menurutnya, masih ambigu jika Fely menyimpulkan jika Barra sudah mencintai dirinya. Walau, Fely sedikit merasakan jika Barra sudah mempunyai perasaan padanya. "Sekarang gue yang tanya sama lo, lo sayang ga sama gue?" Tanya Barra lagi. "Gue... gue... Ga tau bingung" Jawab Fely terbata-bata. Melihat situasi yang mendukung, Barra mendekatkan wajahnya pada wajah Fely. Di kecupnya bibir Fely. Bahkan, kini ia melumat bibir gadis itu. Adanya respon dari Fely membuat Barra semakin memperdalam ciumannya. Bahkan, kini tangannya sudah berhasil melingkari pinggang Fely. Sementara Fely sudah melingkarkan tangannya pada leher Barra. Lama dengan kegiatan yang sedang mereka lakukan sekarang. Fely menarik bibirnya yang masih Barra lumat itu. Ia menempelkan dahinya pada dahi Barra. Mata keduanya juga sudah bertemu sekarang. Saling melempar senyum, adalah hal yang mereka lakukan sekarang. "Fely, gue.. gue sayang sama lo" Ucap Barra pada akhirnya. Dengan semua keberanian yang ia kumpulkan sejak lama. Keberanian yang akhirnya ia bisa ungkapkan saat ini. Malam ini, tepat didermaga tempat impiannya selama ini. Ya, tempat dimana Barra ingin membawa orang yang special kesini. Orang yang sudah berhasil menarik hatinya. "Lo.. Lo ga lagi kerjain gue kan Bar?" Tanya Fely yang tidak ingin percaya begitu saja atas apa yang Barra ungkapkan barusan. "Gue serius Felysia Inez Gianina". Fely menahan senyumnya saat ini. Ia sangat salah tingkah sekarang. Ini yang Fely tunggu selama ini. Dimana Barra mengungkapkan perasaannya terhadap Fely. Tapi, apakah ini saatnya juga Fely mengatakan jika Fely merasakan hal yang sama pada Barra?. "Gue ga maksa lo buat bales perasaan gue sekarang. Tapi, besar banget gue ngarep lo punya perasaan yang sama ke gue" Ucap Barra lagi. "Kalo gue ga bisa sayang sama lo? Lo mau ngapain?" "Gue yakin, lo akan bisa sayang sama gue" Jawab Barra. Fely menarik wajahnya yang dimana dahinya bersama Barra menempel tadi. Ia juga sudah melepas tangannya yang meligkari leher Barra. Membernarkan posisi duduknya, dan membernarkan rambutnya. Sebuah bentuk salah tingkahnya saat ini. Barra terkekeh saat ini. Jelas ia menyadari salah tingkahnya Fely karna ucapannya barusan. Ia kini merangkul bahu Fely. "Ga usah salting gitu. Wajar aja kali suami sayang sama istrinya". "Siapa yang salting?" Tanya Fely berbohong. "Ga tau si Kamal kali" Jawab Barra kesal. "Balik yu udah malem juga" Ajak Fely. Barra menganggukan kepalanya. Lalu ia berdiri dan menyalurkan tangannya untuk membantu Fely berdiri juga. Setelah itu, keduanya meninggalkan dermaga dengan jemari yang masih saja terpaut. *** Senyuman terus mengembang diwajah Fely tepat saat Barra mengutarakan perasan pria itu. Barra yang menyadarinya sontak terus menggoda Fely. Bahkan, saat keduanya sudah berada diatas tempat tidur. Barra terus mencolek dagu Fely serta terus berkata jika Fely sedang salah tingkah karna ulahnya. "Ish Barra diem ah jangan gitu terus" Fely menepis jari Barra yang terus mencolek dagunya. "Ya abis lo gemes banget sih. Saltingnya gitu amat. Terus dari tadi lagi ga berhenti-berhenti itu senyum. Ga pegel apa bibirnya?" Tanya Barra. "Gue ga salting Barra" Jawab Fely. "Ga usah boong sama gue. Atau, jangan-jangan lo udah sayang juga ya sama gue?" Tanya Barra. "PD gila lo" Jawab Fely. Barra terkekeh lagi sekarang. "Ga papa lah. PD ke bini sendiri mah ga ada salahnya kali" Jawab Barra. "Udah ah gue mau tidur" Fely membaringkan tubuhnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya saat ini. Tapi, Barra menariknya. "Jangan dulu tidur ish. Masa ninggalin gue?" Tanya Barra. "Gue ngantuk Barra" Jawab Fely. "Gue belum ngantuk. Ya, minimal kasih gue hadiah ke sebelum tidur". Fely menyerngitkan alisnya. Hadiah apa yang Barra maksudkan sekarang. Padahal, ini sudah malam. "Maksud lo apa? Hadiah apa? Ini udah malem Barra. Gue ngantuk" "Gue mau lo. Gitu aja ga ngerti sih lo" Jawab Barra kesal. Fely terkekeh melihat wajah Barra yang sangat kesal sekali. Berbeda dengan Barra yang kini sudah memanyunkan bibirnya. Bak anak kecil yang sedang merajuk karna tidak dibelikan mainan baru oleh orang tuanya. Fely kini bangkit dari baringnya dan kembali duduk disebelah Barra. "Mau banget ya?" Tanya Fely. "Menurut lo aja" Jawab Barra kesal. "Gue ga mau kalo lo masih kesel gitu" Jawab Fely. Barra menoleh lalu tersenyum. "Ngga, gue ga kesel ko sumpah" Jawab Barra dengan senang. Fely kembali terkekeh sebelum Barra mendekatkan diri pada Fely. Hal pertama, Barra kembali melumat bibir Fely sebelum apa yang inginkan mereka lakukan malam ini sebelum keduanya memejamkan mata mereka untuk istirahat pada malam ini. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD