Beberapa hari kemudian, Fely mendapatkan baju seragam yang harus ia pakai saat pernikahan sepupu Barra di Bandung yang akan di helat sekitar satu minggu lagi itu. Fely mendapatkan baju yang memang cukup besar untuknya. Jadi, Fely harus sedikit mengecilkan bajunya itu agar bisa terlihat pas dan cantik di tubuhnya.
"Sayang, kalo kegedean kamu kecilin dii boutiqe langganan mama ya. Kebetulan itu yang punyanya temen mama. Nanti pulang sekolah aja kita kesana" ucap Lita yang sedang sarapan bersama Fely dan Barra.
Memang Fely diberikan kebaya oleh keluarga Barra. Kebaya seragam bersama yang lain tentunya. Sedangkan Barra memakai Pangsi, baju khas sunda untuk laki-laki. Yang memang baju itu juga sedikit kebesaran untuk Barra. Selain kebaya, Fely juga diberi gamis untuk acara siraman dan pengajian nanti. Begitu juga dengan Barra yang diberi baju untuk acara yang sama.
"Yang kamu juga Barra, nanti sekalian aja ya ke boutiqe tante Mia" labjut Lita yang berkata pada anaknya. Barra hanya menganggukkan kepalanya.
"Kalian juga harus ambil izin ya seminggu, acaranya mau diadain pengajian, siraman sama adat sunda yang lainnya" ucap Lita lagi.
"Ga kelamaan ma?" tanya Barra.
Karna setahunya, acara siraman dan pengajian itu dilakukan H-1 pernikahan di helat. Rasanya, jika Barra dan Fely izin 3-4 hari juga cukup.
"Ngga Bar, nanti mau ada liburan dulu sebentar kita" Jawab Lita. Barra hanya menganggukkan kepalanya saja. Sedangkan Fely hanya setuju-setuju saja. Karna, ia tidak mengerti tentang pernikahan adat sunda yang sedang dibicarakan ibu mertuanya ini. Karna, Fely berserta keluarganya asli orang Jakarta.
"Ma, Fely berangkat sekolah dulu ya" pamit Fely saat ia sudah selesai sarapan. Ia menyalami tangan Lita, setelah itu ia menyalami tangan Barra. Karna Barra yang masih asyik dengan nasi gorengnya.
"Oh, iya Fel hati-hati ya". Fely menganggukkan kepalanya lalu segera pergi dari rumah. Tidak lama dari itu, Barra ikut pergi kesekolah juga.
***
Setibanya disekolah, Fely bertemu dengan teman-temannya yang kebetulan baru sampai juga. Tibanya Fely sudah pasti berbarengan dengan Barra. Walau Fely berangkat lima menit lebih awal dari pada Barra, tapi pria itu bisa menyeimbangi kecepatan mobilnya melaju. Jadi, tidak heran jika keduanya sering sekali tiba berbarengan.
"Ko bisa barengan datengnya sama si Barra?" tanya Febri yang sudah curiga sejak lama pada Fely dan Barra.
"Ah, kebetulan doang kali" jawab Fely.
Diantara keempat temannya, memang hanya Febri yang selalu menyadari banyaknya kejanggalan antara Fely dengan Barra. Hanya saja, Febri belum menemukan bukti yang kuat untuk membuktikan semua kecurigaannya.
"Iya, lagian kita juga sering kan dateng barengan, padahal ga janjian" sahut Kai.
"Yu ah cabut" ajak Fely agar Febri tidak bertanya lagi. Kelima gadis itupun akhirnya memutuskan untuk segera memasuki kelas mereka.
Sepanjang koridor sekolah, banyak sekali orang yang menyapa Fely dkk. Memang, setelah mereka juara kemarin, menjadi banyak sekali yang mengenali mereka. Bahkan, followers di inst*gram mereka juga bertambah dengan drastis. Tidak sedikit dari mereka yang ingin masuk kedalam ekskul dance.
"Kak Fely, aku mau ikut ekskul dance dong" ucap salah satu adik kelas yang kelasnya tidak sengaja Fely dkk lewati itu. Fely dkk menghentikan langkah mereka untuk menjawab permintaan dari adik kelasnya itu. Fely tersenyum sebelum ia menjawabnya.
"Hai, boleh banget ya. Tapi kita ada seleksi buat masuk ke ekskul dance. Pantengin terus mading aja nanti kita kasih info disana buat audisinya" jawab Fely lembut.
Fely memang bisa berkata lembut pada orang yang ramah padanya. Terutama pada adik kelas perempuannya. Sifat angkuh Fely akan Fely lihatkan pada orang yang tidak bisa menghargainya atau pada orang yang menurut Fely sangat mengganggu dikehidupannya.
"Wah, kalo buat cowok bisa ga kak?" tanya salah satu adik kelasnya lelakinya.
"Bisa ko" jawab Fely lagi.
Terlihat ekspresi senang dari adik kelasnya. Sepertinya, mereka memang ingin masuk kedalam ekskul dance. Sebernarnya Fely ingin merekrut tanpa audisi, tapi audisi untuk masuk kedalam ekskul dance itu sudah menjadi hal yang wajib sedari dulu. Karna, ekskul dance memang ditujukan untuk mengikuti perlombaan yang cukup bergengsi.
Setelah itu, Fely dkk melanjutkan berjalannya menuju kelas mereka setelah percakapannya dengan adik kelas mereka sudah selesai.
***
Pelajaran matematika adalah pelajaran yang paling banyak dibenci oleh para siswa. Tidak terkecuali Barra dkk yang kini sedang bermalas-malasan didalam kelas saat Bu Kinan sedang menjelaskan materi didepan kelas. Seorang janda muda yang pesonanya cukup menarik untuk sekelas guru.
Kamal mengambil hp nya untuk mempotret Bu Kinan yang masih asyik menuliskan rumus dipapan tulis dengan posisinya yang membelakangi murid-muridnya.
PCCG (PASUKAN COWOK-COWOK GANTENG)
Kamaludin
Kamaludin sent a photo
Kamaludin
Janda lebih menggoda
Ansell
Menggoda iman sekali teman-teman
Alvino
Nyobain sekali enak kali ya
Barra
Ketagihan yang ada, cobain deh hahahaha
Nizam
Astagfirullah Barra
Luthfi
Anying si Barra
Haykal
Gue rasa si Barra pernah deh
Kamaludin
Pernah apa?
Barra
Istgfar ya ampun dede masih kecil
Alvino
Apanya?
Haykal
Si joninya hahahaha
Tidak sadar ketujuh pria itu terkekeh saat membaca grup Wh*tsApp mereka. Sampai bu Kinan menoleh kearah mereka sekarang.
"Hey kalian, lagi ngapain?" tanyanya. Seketika ketujuh pria itu menoleh kearah depan.
"Ngga bu" jawab ketujuhnya kompak.
"Kalian jangan macam-macam dikelas saya ya" ucap Bu Kinan lalu kembali menjelaskan materi pelajaran. Sedangkan Barra dkk sebisa mungkin menahan tawa mereka. Jika tidak, bisa kena omel lah mereka.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas dan memutuskan untuk segera pulang. Tidak terkecuali Fely dkk yang kini sudah berada diparkiran. Disana, mereka bertemu dengan Barra dkk yang sepertinya akan segera pulang itu.
"Eh Fely, udah mau pulang ya?" tanya Kamal. Fely menatap Kamal tanpa ingin menjawab pertanyaan dari lelaki itu. Ia memilih untuk mengacuhkan Kamal dan masuk kedalam mobilnya.
"Eh, ko ga dijawab?" tanya Kamal sambil menahan tangan Fely.
"Apaan sih?" Tanya Fely yang menghempaskan cekalan tangan Kamal.
Barra sedikit bergerak mendekati Kamal, dan menarik Kamal untuk menjauh dari Fely. Dalam hatinya, Barra sangat tidak menyukai aksi Kamal yang seenaknya menyentuh Fely.
"Mal, jangan gangguin dia kenapa?" tanya Barra.
"Lah, kan lagi usaha" jawab Kamal.
"Dia risih".
Fely menatap tingkah Barra yang menurutnya cukup aneh itu. Tidak biasanya Barra menegur Kamal sambil menarik pria itu menjauh darinya. Tapi, ada rasa bahagia dalam hati Fely sekarang. Melihat Barra yang mulai merasa terganggu dengan Kamal yang selalu mengganggu Fely.
***
Sesuai yang sudah dibicarakan tadi pagi, Fely, Barra dan Lita kini sudah berada di salah satu boutique milik teman Lita. Setelah selesai dengan pengukuran baju yang akan mereka kecilkan, Lita berbincang sebentar dengan Mia. Mia sendiri sudah tahu tentang pernikahan Barra dan juga Fely. Karna, Mia lah yang merancang baju pengantin untuk Barra dan Fely dulu.
"Ga nyangka ya udah dua bulan aja pernikahan mereka" komentar Mia pada Barra dan Fely yang duduk bersebelahan itu. Barra dan Fely hanya bisa tersenyum malu saat ini.
"Kalian mainnya aman kan?" tanya Mia. Tentu saja keduanya sangat kaget sekarang. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan dari Mia yang sangat sensitif ini.
"Jeng, mereka masih malu" jawab Lita yang menyadari jika Barra dan Fely itu sangat malu. Mia terkekeh saat ini. Jelas ia juga menyadari jika Barra dan Fely sangat malu. Ia hanya sengaja saja ingin mengerjai Fely dan Barra.
"Tante yakin deh, anak kalian nanti cakep-cakep" ucap Mia.
"Satu aja masih ga dibolehin sama dia" gerutu Barra saat mengingat Fely yang selalu mengingatkannya jika mereka harus hati-hati jika sedang bermain.
Fely yang mendengar ucapan Barra sontak mencubit perut Barra dengan kuat. Barra memang tidak melihat sedang berada dimana mereka sekarang. Pasalnya, Lita dan Mia sepertinya mendengarkan ucapan Barra walau tidak jelas. Bisa Fely lihat dari wajah dua wanita paruh baya itu yang mesem-mesem melihat kearah mereka.
"Aww, sakit Fely" ringis Barra.
"Lagian kalo ngomong itu dijaga" gerutu Fely pada Barra.
Barra terus mengelus perutnya yang ia jamin sudah merah akibat ulah Fely barusan. Karna Fely yang sudah melepaskan cubitan diperut Barra.
"Ya udah sih, udah nikah ini" jawab Barra santai.
Mia dan Lita menggelengkan kepala mereka saat melihat pertengkaran kecil didepan mereka. Jika dilihat dari adegan didepan mereka, mereka sudah bisa menilai jika Barra lah yang sering memulai semuanya. Karna, jika Fely yang memulai, gadis itu tidak mungkin akan semalu ini.
"Hey, udah ah jangan ribut" lerai Lita pada anak dan menantunya itu. Barulah Fely dan Barra diam sekarang. Sampai Lita mengajak mereka untuk pulang. Karna hari yang sudah mulai malam.
***
Tok tok tok
Terdengar suara pintu diketuk dikamar Barra dan Fely. Sepasang suami istri yang baru saja menunaikan ibadah sholat magrib itu sontak menoleh kearah pintu secara berbarengan.
"Bukain gih" titah Barra pada Fely. Sedetik kemudian Fely berdiri dengan dirinya yang masih mengenakan mukena, dan membuka pintu.
Dilihatnya Lita yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya. Fely memberikan senyum pada ibu mertuanya yang juga sedang tersenyum padanya juga.
"Mama, kenapa?" tanya Fely.
"Kamu baru beres sholat?" tanya Lita balik. Fely menganggukkan kepalanya.
"Iya ma, ada apa?" jawab dan tanya Fely.
"Ini sayang, mama mau ajakin kamu masak buat makan malem. Kata bibi, waktu mama sama papa di Bandung, kamu masakin buat Barra sama bibi juga" ucap Lita.
"Oh iya ma ayo. Tapi, Fely lipetin mukena dulu ya. Nanti Fely nyusul turun kebawah" jawab Fely.
Fely tidak mungkin menolak ajakan ibu mertuanya ini. Bisa dinilai menantu seperti apa nanti Fely jika ia menolak ajakan memasak dari Lita.
"Oke, mama tunggu didapur ya sayang". Fely menganggukkan kepalanya.
Lita juga sudah kembali turun. Segera Fely menutup pintu kamarnya lagi. Ia juga menghampiri Barra yang sedanf melipat sejadahnya dan juga Fely. Sedangkan Fely kini sedang membuka mukena dan melipatnya sebelum ia menaruh ketempat asalnya.
"Kenapa?" tanya Barra yang mendengar suara ibunya sedang berbicara dengan Fely barusan.
"Mama ngajakin gue masak". Barra menganggukkan kepalanya.
"Ya udah sana turun" jawab Barra.
"Iya, lo juga turun lah jangan main game mulu kalo gue lagi siapin makan buat lo" ucap Fely.
Karna sesekali Fely ingin melihat Barra berada didekatnya saat Fely menyiapkan makan malam utuk Barra. Tapi, Barra lebih suka menghabiskan waktunya dengan game jika Fely sedang sibuk dibawah.
"Iya, nanti gue turun. Ganti baju dulu ini" jawab Barra yang memang ia sedang memakai koko dan juga sarung.
"Bajunya udah gue siapin" ucap Fely sebelum ia turun untuk menghampiri ibu mertuanya yang sudah menunggunya dari tadi di dapur.
***
Fely kini sedang membantu Lita untuk memasak ayam kecap kesukaan dari Barra dan juga dirinya. Ya, memang Barra dan Fely sama-sama penyuka ayam kecap. Jadi, jika ada menu makanan ini, sudah bisa dipastikan Fely dan Barra makan lebih banyak dari biasanya.
Fely sedang asyik memasukan bumbu-bumbu yang Lita ucapkan padanya. Karna Lita memang meminta Fely yang mengolahnya untuk ayam kecap. Sedangkan Lita sedang menumis sayur. Karna sayur adalah menu wajib dikeluarga ini.
"Udah cukup ma?" tanya Fely saat ia sedang menaburkan garam pada masakannya.
"Udah cukup" ucap Lita. Fely menganggukkan kepalanya.
"Widih, ayam kecap nih" ucap Barra yang baru datang. Barra memang sengaja menghampiri Fely dan Lita didapur. Sesuai permintaan Fely tadi.
"Tumben kamu mau kesini" sindir Lita pada anaknya. Karna Barra sejak dulu lebih asyik menghabiskan waktunya dikamar jika makan malam belum selesai disiapkan.
"Katanya ada yang mau aku turun tadi" jawab Barra sedikit menyindir Fely. Sedangkan yang disindir malah menatap tajam Barra.
"Ya, harusnya gitu, nih ya papa kamu aja kalo mama masak, keseringannya meluk mama dari belakang. Kamu tiruin kek" jawab Lita membela Fely.
Fely menahan tawanya saat melihat ekspresi Barra sekarang. Fely tahu jika Barra tidak akan pernah berani melakukan itu. Apa lagi saat ini ada Lita diantara mereka. Saat Fely memasak untuk Barra saja, pria itu asyik berpacaran dengan game nya dikamar. Sambil menunggu Fely memanggilnya.
"Apaan sih maa" jawab Barra sedikit kesal.
Fely mematikan kompornya saat ia merasa tekstur masakannya sudah pas. Dan Fely mencicipi kembali sedikit masakannya untuk memastikan bahwa rasanya sudah pas. Baru, ia menuangkan beberapa potong ayam itu pada piring cukup besar yang berada didekatnya.
"Wangi banget ini, mama yakin masakan kamu enak itu" puji Lita.
"Ini juga berkat mama" jawab Fely tidak ingin menyombongkan dirinya. Padahal, dalam hatinya ia ingin sekali sombong atas hasil masakannya kali ini.
"Masakan non Fely mah emang enak nya" puji Bi Inah yang memang ada diantara mereka.
"Iya bi, sayang banget watu itu saya ga ada disini" jawab Lita. Lalu Lita, Fely dan Barra segera pergi ke meja makan. Karna mereka yang sudah lapar.
***
"Gimana Bar, enak banget kan masakan istri kamu?" tanya Lita pada Barra yang baru saja memakan sepotong daging ayam kecap yang Fely masak.
"Lumayan" jawab Barra berdusta. Barra tidak mungkin berkata jika masakan Fely tidak pernah gagal. Tapi, Fely bisa-bisa semakin sombong jika Barra berkata Barra sangat menyukai hasil masakan dari Fely.
"Boong banget, orang ini enak banget" jawab Lita menyanggah pendapat Barra.
"Gengsi parah sih dia" sahut Fely. Karna Fely yang melihat Barra menambah nasi dan ayamnya dalam waktu yang sangat cepat sekali.
"Kalo enak itu bilang enak Barra" ucap Lita yang juga mengetahui jika Barra itu sedang berbohong.
Barra tidak mempedulikan ucapan Fely dan juga Lita sekarang. Yang jelas, ia hanya ingin menikmati masakan Fely sekarang ini. Karna memang seenak itu ayam kecap buatan Fely. Rasanya lebih enak saja saat Fely yang masak untuknya. Rasanya tidak senikmat buatan Bi Inah yang sudah biasa Barra makan.
"Masakan istri itu, masakan yang terbaik" lanjut Lita. Fely hanya bisa tersenyum melihat Barra yang terus mendapat nasihat dari Lita hanya karna Barra berbohong tentang penilaian masakan Fely malam ini. Padahal, Fely biasa saja saat Barra menilai masakannya lumayan. Karna, Fely sudah tahu jelas jika itu hanya penilaian palsu karna Barra yang terlalu gengsi saja untuk memuji Fely.
***
TBC.
I hope you like the story
Don't forget to vote and comment
See you in the next part