Part 44

2223 Words
Hari senin adalah hari yang paling dibenci oleh siapapun. Termasukoleh Fely. Apa lagi ditambah dengan drama Barra yang susah untuk dibangunkan untuk kesekian kalinya. Hampir saja Fely terlambat mengikuti upacara bendera pagi ini. Jangan tanyakan Barra bagaimana. Pria itu melengos ntah kemana saat Fely lari terb*rit-b*rit ke lapangan. "Tumben telat?" Tanya Nindi yang berdiri disamping Fely. "Telat bangun gue" jawab Fely berbohong. Nindi hanya menganggukan kepalanya. Sekitar empat puluh lima menit upacara bendera sudah selesai diselenggarakan. Karna saat amanat upacara diberitahukan jika para guru akan mengadakan rapat dadakan sampai jam istirahat, Fely dkk memutuskan untuk pergi kekantin karna Fely yang meminta. Memang Fely hanya menyeruput s*su putihnya saja tadi. Selain Fely dkk, banyak juga murid yang lain dikantin. Termasuk Barra dkk yang saat ini sudah berada disana juga. Ntah cara apa yang mereka lakukan sehingga membuat mereka terbebas dari segala hukuman. Padahal, saat upacara berlangsung, dapat dipastikan jika anggota OSIS melakukan patroli kesetiap sudut sekolah untuk memastikan tidak adanya murid yang berkeliaran tidak mengikuti upacara bendera. Tidak ingin memperdulikan ketujuh lelaki yang cukup badung itu, Fely dkk lebih memilih untuk mencari tempat duduk yang kosong saja. Mata mereka menemukan meja bundar diujung kantin yang kosong. Dengan segera mereka menempati meja itu. Sedangkan Fely memilih untuk memesan sarapan paginya saja. Sedangkan yang lain hanya memesan minum saja. Karna mereka yang sudah sarapan. Fely berjalan melewati meja Barra dkk. Karna ia yang hendak membeli bubur. Kebetulan penjual bubur memang berada didekat meja Barra. Jangan harap Fely tidak diganggu oleh Kamal saat keduanya bertemu. Kamal yang melihat Fely berjalan, sontak ia berdiri hendak menemui Fely. Bahkan, pria itu menghadang langkah Fely membuat gadis itu berhenti begitu saja. "Mau kemana, Fel?" tanya Kamal dengan senyuman so gantengnya. "Bisa minggir ga?" tanya Fely sedikit kalem. Karna masih terlalu pagi untuk Fely marah-marah pada Kamal yang selalu mengganggunya itu. "Mau babang Kamal anterin ga?" tanya Kamal lagi. Melihat Kamal yang terus menerus berusaha untuk mendekati Fely membuat Barra panas sendiri hatinya. Tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali membawa Kamal untuk kembali duduk bersamanya. Setidaknya dengan begitu Kamal tidak akan berusaha untuk terus berada didekat istrinya itu. "Mal, itu dia mau cari makan kali. Sini lo duduk lagi" ucap Barra sambil merangkul Kamal untuk duduk kembali dengannya. Tidakkah Barra menyadari jika Fely sedang menahan senyumnya atas sikap Barra yang mulai menahan Kamal untuk mendekatinya? Sebelum Barra menoleh kearahnya, Fely segera pergi ke penjual bubur. Gengsi sekali jika Barra mengetahui jika Fely merasa senang akan sikap Barra barusan. "Lo apaan sih Bar, gue kan lagi berusaha deketin dia" protes Kamal saat Fely sudah beranjak pergi. "Kasian gue liat lo, ditolak terus masih aja deketin dia" jawab Barra. Barra sendiri tidak tahu sejak kapan dirinya menjadi tidak suka melihat Kamal yang terus berusaha untuk mendekati dan berusaha untuk mendapatkan hati Fely. Memang, ia percaya jika Fely tidak akan pernah tertarik pada Kamal, tetap saja Barra tidak suka jika temannya itu terus mengganggu Fely. Kamal hanya bisa memanyunkan bibirnya. Apa lagi saat Barra kembali menahannya ketika Fely kembali melewati mejanya. Tangan Barra senantiasa menahannya untuk tetap diam dikursi bersama Barra. Membuat Fely dengan mudahnya melengos kembali ke meja gadis itu. *** Sepulang sekolah, Fely menolak ajakan teman-temannya yang mengajaknya nonton. Ntah sudah berapa kali ia menolak karna Barra yang tidak memberinya izin keluar rumah. Padahal, Barra bebas-bebas saja pergi keluar rumah sesuai kemuan si ganteng. Giliran Fely yang ingin keluar, ia harus menunggu Barra keluar juga bersama teman-temannya. "Lo kenapa sih ga bisa mulu kalo kita ajakin jalan?" tanya Febri yang sudah mulai kesal pada Fely. "Gue ga dibolehin keluar sama nyokap. Lagian, gue harus ke boutique buat bawa baju gue yang lagi dikecilin" jawab Fely sedikit berbohong. Tapi, untuk mengambil baju memang itu kenyataan. Karna Fely disuruh untuk membawa baju itu nanti sore. "Caelah, kita temenin aja bawa bajunya repot amat lo" Jawab Kai memberikan saran. "Aduh, ga bisa guys. Lo pada tau ini nyokap gue kalo udah nyuruh gimana?".Tanya Fely. "Biasanya juga lo lawan" sahut Nindi. "Atau, jangan-jangan lo punya temen selain kita ya Fel?" tanya Clarin ngarang. "Apaan sih ngga Clar, gue emang disuruh pulang cepet aja sama nyokap". Fely terus berusaha meyakinkan teman-temannya jika Fely memang tidak diizinkan oleh ibunya untuk main. "Ya abis, lo susah mulu kita ajak jalan" jawab Clarin. "Next time, gue pasti ikut ya" ucap Fely memberi kalimat penenang. Padahal, ia juga tidak tahu kapan Barra akan mengizinkannya keluyuran seperti dulu sebelum Fely menikah dengannya. "Halah, udah dua bulan ege, lo masih aja susah diajak keluar" jawab Febri. "Ya gimana lagi. Udah ya, gue cabut duluan. Gue males dengerin ceramahan nyokap gue" Fely memutuskan untuk memasuki mobilnya sebelum teman-temannya kembali memaksa Fely untuk ikut mereka pergi. "Dia ada yang disembunyiin dari kita ga sih?" tanya Febri pada siapapun yang mau menjawab. "Ga tau, mungkin emang bener tante Winda ga kasih dia izin keluyuran" jawab Kai yang masih bisa berfikir positif, tidak seperti Febri yang merasa jika banyak yang disembunyikan oleh Fely pada mereka. Melihat mobil Fely yang melaju meninggalkan area parkiran sekolah, empat temannya pun memilih untuk segera memasuki mobil dan meninggalkan area parkir sekolah yang mulai sepi. *** Sesampainya dirumah, Fely segera memasuki kamarnya yang dimana sudah ada Barra disana. Fely memang sudah diberi tahu ibu mertuanya untuk mengambil baju yang akan Fely dan Barra kenakan di Bandung. Lita juga sudah mewanti-wanti untuk Fely dan Barra agar mengambil baju itu berdua. Seperti biasa, Fely menyalami tangan Barra terlebih dahulu dan Barra mencium kening istrinya itu yang kini sedang duduk disamping Barra yang tengah memainkan hp nya disofa yang ada dikamar mereka. "Gue ganti baju dulu" kata Fely yang segera menuju walk in closset guna mengganti seragamnya. Barra menganggukan kepalanya. Selang beberapa menit, Fely sudah kembali dengan hot pants dan kaos oversize yang menutupi hotpants yang Fely kenakan siang ini. Barra hanya bisa menelan ludahnya saat melihat paha mulus nan putih Fely terekspos begitu saja disampingnya. Belum lagi ditambah dengan Fely yang menaikan kakinya keatas sofa, sehingga membuat hotpants nya juga ikut sedikit naik. "Mata lo Bar, jangan jelalatan masih siang" tegur Fely yang melihat Barra sedang memperhatikan tubuhnya. Karna, sejak tadi Barra yang fokus memainkan hp nya tiba-tiba fokus pria itu buyar saat Fely duduk disebelahnya. Dengan cepat Barra kembali memfokuskan diri pada layar hp nya. Walau, dalam hatinya ingin sekali mengulang kejadian semalam bersama Fely. Tapi, Barra harus menahannya karna Fely yang mempunyai trauma tersendiri jika melakukannya siang hari, dan dirumah ada Lita. "Kapan sih bawa bajunya?" tanya Fely. "Ya nanti sore aja" jawab Barra dengan mata yang masih fokus pada layar hp. Ia masih berusaha untuk menahan hasratnya pada Fely. Melihat Barra yang masih menunduk pada hp nya, membuat Fely merasa iba juga. Lagi pula, Fely juga yang salah disini. Ia malah terang-terangan berpakaian terbuka didepan Barra. Walaupun sehari-hari Fely selalu memakai pakaian yang cukup terbuka jika tidak ada ayah mertuanya. Apa lagi saat Fely dan Barra sedang berada dikamar. "Bar, lagi liatin apa sih? Gitu amat ngehindarin gue?" tanya Fely. "Apa sih, ngga juga" jawab Barra sebisa mungkin meyakinkan Fely. Tapi, jelas Fely menyadari jika Barra berbohong padanya saat ini. Fely merebut hp Barra dengan cepat. Ia menaruh hp pria itu diatas meja kecil yang ada didekat mereka. "Apaan sih Fel?" tanya Barra saat Fely mengambil hp nya secara paksa. Ntah keberanian dari mana, Fely mendekatkan wajahnya pada wajah Barra. Bahkan, ia kini sudah melumat bibir suaminya itu. Mendapat serangan mendadak dari Fely membuat Barra sedikit kewalahan. Tapi, sebisa mungkin ia menguasai permainan ini. Barra melepaskan sebentar bibirnya yang masih dilumat oleh Fely. "Lo bilang ini masih siang, hmm?" tanya Barra. Fely hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu, Barra segera menggendong Fely untuk melakukannya diatas kasur. Walau, keduanya pernah melakukannya disofa. tapi, rasanya lebih nyaman diatas kasur. Fely hanya diam saja saat Barra menggendongnya. Ia malah melingkarkan tangannya pada leher Barra. Sebagai antisipasi dirinya untuk tidak terjatuh. Walau, Barra pasti kuat untuk mengangkat tubuhnya itu. Setelah membaringkan tubuh Fely diatas kasur, Barra berjalan menuju pintu. Memastikan pintu sudah dikunci atau belum. Karna, ia tidak ingin ada yang mengganggu kegiatan Barra dan Fely saat ini. Barulah setelah itu Barra kembali mendekati Fely. Bahkan, ia sudah naik keatas ranjang. Melanjutkan kegiatan yang tadi ia hentikan sebentar. *** Fely menyandarkan kepalanya pada d*da bidang Barra yang tidak mengenakan pakaian itu. Tubuh mereka hanya dibalut selimut tebal saja saat ini. Menunggu terkumpulnya niat mereka untuk mandi besar setelah kegiatan yang mereka lakukan barusan. "Bar, kenapa lo sekarang sering nahan si Kamal buat deketi gue?" tanya Fely yang penasaran. Barra sedang memejamkan matanya dengan dagu yang ia taruh diatas kepala Fely. Karna ia sedang nyaman memeluk istrinya itu saat ini. "Kan lo ga suka kalo dia deketin lo" jawab Barra. Fely mendongkakan wajahnya untuk melihat wajah Barra. "Biasanya lo ngomong doang, ga pake tindakan". Barra menatap wajah Fely sebentar, lalu kembali menarik kepala Fely kedalam rengkuhannya. Fely bisa merasakan detak jantung Barra yang berdegup sangat kecang saat ini. Tapi, dirinya juga merasakannya. Fely hanya bisa berharap jika Barra tidak menyadarinya. "Lo sayang ya sama gue?" tanya Fely to the point. "Lo deg degan banget, lo cinta ya sama gue?" tanya Fely lagi. "Apa sih Fel?" tanya Barra sedikit grogi. "Iya ya? Lo cinta ya sama gue?" tanya Fely lagi. Kali ini ia kembali menarik wajahnya untuk mentap wajah Barra. "Bilang aja kali kalo lo cinta sama gue" ucap Fely lagi. "Ngga" jawab Barra dengan segera. Fely tidak percaya begitu saja. Ia kini mencari kebohongan pada mata Barra. Melihat Fely yang begitu jeli memandangnya, membuat Barra menjadi salah tingkah sendiri. Dengan segera Barra kembali menarik wajah Fely untuk menyender pada d*da bidangnya. Tidak peduli jika Fely akan semakin merasakan detak jantungnya yang semakin kencang. Dari pada Fely harus melihat wajahnya yang mulai memerah akibat ulah gadis itu. "Padahal, lo cinta sama gue juga ga papa lagi. Wajar aja kalo suami cinta sama istrinya" ucap Fely sedikit pelan, tapi masih bisa terdengar jelas oleh Barra. "Bisa diem ga sih Fel? Ga cape apa itu mulut dipake ngomong terus?" tanya Barra. "Lo cinta kan sama gue?" tanya Fely sekali lagi. Barra tidak menjawab pertanyaan dari Fely barusan. Karna, ia tidak ingin mengatakan apa yang belum Barra yakini tentang perasaanya. Ia juga terlalu malu untuk mengatakan jika Barra cemburu jika ada pria yang berusaha mendekati Fely. Apa lagi jika mendekatinya terang-terangan didepan mata kepalanya sendiri. *** Sehabis membawa baju mereka, Fely merengek pada Barra jika ia ingin pulang kerumahnya. Kata Fely, ia kangen pada kamarnya. Mau tidak mau, Barra menurutinya karna Fely yang mengancam akan pulang sendiri jika Barra tidak mau mengantarnya. "Kita harus puter arah jauh loh Fel kalo balik kerumah lo" ucap Barra berusaha untuk membujuk Fely agar gadis itu tidak jadi pulang walau hanya untuk sebentar saja. "Barra, kita udah lama loh ga ketemu mommy sama daddy. Kata lo kalo week end ga papa kita nginep. Lah ini mana? Kita ga pernah nginep kan? Gue kangen sama mommy sama daddy" jawab Fely panjang lebar. Barra hanya menghela nafasnya. Ia juga memilih untuk berhenti dipenjual sate ayam yang mereka lewati saat akan menuju rumah Fely. Karna, malu rasanya jika Barra tidak membawa apa-apa ke rumah mertuanya. Apa lagi, saat ini akan menuju jam makan malam. "Beli sate aja ga papa ya? Atau mau cari yang lain?" tanya Barra sebelum keduanya keluar dari mobil. "Ga papa ini aja" jawab Fely. Keduanya kini turun dari mobil untuk memesan beberapa tusuk sate ayam. Fely hanya diam saja saat Barra sedang memesan sate untuk kedua orang tuanya. Fely asyik memfoto Barra saja saat ini. Tidak lupa ia mengupload nya di insta story nya. Beberapa menit kemudian, hp Fely dipenuhi dengan notifikasi grup Wh*tsApp nya dengan keempat temannya. Mereka sedang membahas Fely yang sedang jalan bersama seorang pria, saat Fely menolak ajakan dari teman-temannya untuk menonton. CEGIL FOREVAH Febriiiiii Febriiiiii sent a photo Febriiiiii Anying jalan sama cowok mah tinggal gas Kailasibawel Tau si monyet Nindi Gemoy Awas lo Fel Clarin Cantik Tau, sama kita aja ga boleh keluar Febriiiiii Kan kalo sama cowok mah bebas Felysia Bacot lo semua Kailasibawel Awas lo ya Fel Febriiiiii Gue ubek-ubek juga sekolah biar ketauan siapa cowoknya Felysia Uhh takut.... Fely memilih untuk keluar dari aplikasi Wh*tsApp nya saat Barra duduk disampingnya. Fely juga segera memasukan hp nya kedalam tas selempang yang ia bawa. Fely menatap sinis pada sekomplotan gadis yang seumuran dengannya. Dimana gadis itu sedang memperhatikan Barra yang sedang duduk disampingnya. Fely kini meraih tangan Barra untuk dirangkulnya. Fely juga sedikit menggeser kursinya untuk mendekat dengan Barra. "Kenapa sih?" tanya Barra. Fely tidak menjawab. Ia malah memperhatikan beberapa gadis yang duduk tidak jauh dengannya juga Barra. Sedangkan Barra mengikuti arah pandangan Fely. Barra hanya bisa menghela nafasnya saat Fely kembali sinis pada wanita yang memperhatikannya. "Diem, jangan mulai keributan. Biarin mereka mau ngapain juga" ucap Barra sebelum Fely akan mengeluarkan kata-kata pedasnya. Fely hanya bisa memanyunkan bibirnya saat Barra menahannya untuk tidak berkata pedas pada beberapa gadis didekatnya itu. Padahal, Fely sudah siap menjatuhkan mental beberapa gadis yang terang-terangan memperhatikan Barra yang jelas-jelas sedang bersamanya. "Begini amat punya suami ganteng nan tajir" ucap Fely dalam hati. Fely semakin menggelayutkan tangannya pada tangan Barra. Agar tidak ada yang berani melirik pada Barra lagi. Walau, sejujurnya ia agak risih terlalu frontal sekali. Tapi, yang Fely ingat adalah. Pelakor ada dimana-mana. Jadi, sebisa mungkin Fely harus waspada. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD