Part 7

1259 Words
Setelah selesai dengan kegiatannya disekolah. Fely segera menghampiri Barra yang ternyata memang benar sedang menunggunya dihalte sekolah. Beruntung teman-temannya tidak memaksa ikut dengan Fely sekarang. Jika mereka memaksa ikut pada Fely, bisa ketahuan jika Fely pulang bersama Barra. Barra sedari tadi menunggu Fely didalam mobil. Selain Barra malas pulang kerumah mertuanya tanpa ada Fely dirumah, Barra juga ingin memastikan jika Fely benar-benar berada disekolah. Fely membuka kaca mobilnya saat mobil Fely sudah berada disamping mobil Barra. Begitupun dengan Barra membuka kaca mobilnya agar ia dan Fely bisa mengobrol sebentar. "sorry ya lama" ucap Fely sedikit berteriak. "Its okay" "Ya udah buru balik" ajak Fely yang mendapat anggukan dari Barra. Kedua mobil itupun kini melaju meninggalkan area sekolahan yang sudah sangat sepi sekali. *** "Kompetisi dance-nya disekolah kita kan?" tanya Barra saat ia bersama Fely sudah berada dikamar dan tentunya sudah mandi sore. "Iya, lo harus liat ya. Dan, kalo sampe gue menang, lo harus kasih gue hadiah" ucap Fely. "PD banget lo" ucap Barra meremehkan. "Heh, Palm High School pantang buat kalah ya. Gue bakal berusaha sekuat mungkin buat pertahanin gelar juara sekolah". Sebenarnya Barra sudah tahu kemampuan Fely dalam urusan dance. Beberapa hari lalu Barra pernah menstalk akun i********: Fely. Banyak yang menandai istrinya itu dalam kejuaraan dance yang gadis itu lakukan. Dan banyak sekali vidio Fely yang sedang menari. Tidak heran jika istrinya ini banyak sekali yang suka. "Kalo lo menang, gue bakal wujudin apa yang lo mau" ucap Barra. "Janji?" "Iya janji" Fely mengangguk kesenangan. Ia tidak sabar untuk kompetisi dance yang akan melibatkan dirinya. Selain ingin menadapatkan gelar juara, Fely juga tidak sabar akan merampok suaminya lagi. *** Malam ini Fely dan Barra tidak keluar. Mereka memilih untuk makan malam bersama Winda dan juga Radit dirumah. Sebelumnya Barra sudah menawarkan Fely untuk keluar, tapi karna Fely sudah capek latihan, jadi Fely menolaknya. "Fely, Barra sekolah kalian gimana?" tanya Radit. Sebenarnya Radit sedikt cemas atas status yang anaknya itu punya sekarang. Radit takut jika pernikahan akan membawa dampak pada kefokusan belajar Fely dan juga Barra. Tapi, Radit tidak punya pilihan lain. Jadi, Radit hanya bisa berdoa supaya tidak terjadi hal yang buruk pada anak dan menantunya ini kelak. "Aman dad" jawab Fely. "Barra, Fely mommy sama daddy tau kalian udah nikah, tapi kalian harus inget ya kalian masih sekolah. Kalian tunda dulu ya soal momongan. Zaman sekarang banyak banget alat yang bisa menunda kehamilan" ucapan Winda berhasil membuat Fely dan Barra tersedak bersamaan. Fely dan Barra saling menatap satu sama lain. Jangankan momongan, selama mereka menikahpun Barra tidak berani berbuat apa-apa dengan Fely selain memeluk istrinya itu saat tidur. "Kalian kenapa?" tanya Winda tanpa rasa bersalah. "Moomy apaan sih, anak anak aja" protes Fely. "Ya kan kalian udah sah, ga papa kalo kalian lakuin itu" "Lakuin apa sih mom" ucap Fely yang pura-pura tidak mengerti. Barra menahan malunya sekarang. Bisa-bisanya saat makan malam seperti ini mertuamya membahas hal yang cukup dewasa. Bukan apa, Barra hanya saja belum bisa memastikan perasaannya pada Fely. Walaupun Fely tidak akan pernah Barra lepaskan. "Itu loh" "Mom, Dad, kayanya udah bahas kejauhan ya" ucap Barra sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu. "Barra malu kali Mom" ucap Radit. *** Setelah makan malam, Fely dan Barra memutuskan untuk langsung pergi ke kamar. Mendapatkan pertanyaan yang cukup mengejutkan bagi Barra dan Fely saat makan malam cukup berhasil membuat keduanya terdiam saat ini. "Fel". "Bar" ucap Barra dan Fely berbarengan. Mereka berdua malah salah tingkah sekarang. "Eh lo aja duluan" ucap Fely. "Ngga lo aja" tolak Barra. "Soal, omongan mommy sama daddy" ucap Fely. "Its okay. Wajar aja ga sih?" Pertanyaan Barra berhasil membuat Fely mengerutkan kedua alisnya. "Maksud lo?" "Ya kan gue suami lo" "Bar, lo ga akan minta yang aneh-aneh kan sama gue?" tanya Fely yang mulai khawatir. "Emangnya lo bakalan ngasih?" Sebuah pertanyaan yang cukup menjurus ke arah dewasa terus Barra tanyakan pada Fely. Barra juga pria normal. Melihat status yang mereka miliki sekarang, siapa yang bisa tahan untuk tidak menyentuh istrinya. Tapi, Barra belum mempunyai keberanian yang cukup memintanya pada Fely. "Barra apa sih ah udah" Ucap Fely sambil menutup telinganya. Barra terkekeh melihat ekspresi yang Fely perlihatkan. Rona merah menghiasi pipi Fely sekarang. Barra mulai berani mendekatkan diri pada Fely. Barra mulai merangkul pundak istrinya itu. Fely yang cukup kaget kini mendongkakkan wajahnya agar bisa melihat wajah Barra. "Fel, kalo ngomongin perasaan, lo udah ada rasa sama gue ga?" "Ga tau" "Fel, gue ga akan cerain lo. Saat gue putusin buat setujuin perjodohan ini, itu artinya gue juga udah putusin buat milih lo sebagai pendamping hidup gue" ntah apa yang merasuki Barra saat ini. Kata-katanya barusan terucap begitu saja. Ia juga tidak menyangka kalau ia bisa mengatakan itu pada Fely. "Barr, lo yakin?" "Ya iya lah. Hubungan kita itu bukan main-main. Gue tau dan gue sadar kalo kita masih sekolah. Tapi pernikahan ini ga bisa dimainin gitu aja kan? Kita udah sah dimata agama, lo emangnya mau mainin agama lo?" "Ngga lah gila". Fely mulai menyandarkan kepalanya di d**a bidang Barra. Ia tidak peduli Barra akan menilainya seperti apa. Lagi pula Barra kan sudah sah menjadi suaminya. "Barra, gue ga bisa bilang kalo gue udah cinta sama lo. Tapi, gue juga ga mau pisah sama lo. Gue ga mau jadi janda muda" "Ternyata, lo ga sejutek yang gue liat ya haha". "Maksud lo?" "Ya, gue perhantiin cara lo ngobrol ke si Kamal itu loh, buset nyakitin banget. Padahal dia itu fans berat lo tau". Fely menarik kepalanya lalu kembali menoleh pada Barra. "Oh ya, kasih tau tuh sama temen lo, jangan gangguin gue mulu dah. Bosen gue dengerinnya". Barra terkekeh mendengar Fely protes padanya karna ulah Kamal. "Kenapa ketawa?" Tanya Fely heran. "Ga papa lucu aja". "Barra gue ngantuk". Barra melepaskan rangkulannya. "Ya udah tidur yu". *** Seperti biasa, jam kosong karna ada guru yang rapat. Fely dkk lebih memilih untuk keruangan dance untuk mengisi kekosongan waktu saat ini. Karna mereka belum lapar. Fely dkk merupakan bagian inti dari anggota dance. Maka dari itu, mereka lah yang akan terus Fely cecar dalam latihan. Walaupun ada sebagian dari kelas lain, tapi Fely lebih memcecar sahabat-sahabatnya. Clarin, Nindi, Kai dan Febri hanya menurut saja pada Fely. Selain karna Fely merupakan ketua dance, tapi dari mereka berempat tidak ada yang berani membantah Fely. "Anak-anak yang lain ga diajak Fel?" Tanya Kai pada Fely yang sibuk dengan hp nya. "Masih pagi ga sih buat latihan?" Tanya Fely. "Gue degdegan Fel, kita bisa ga juara ya?" Tanya Febri. "Ya optimis lah, kita harus bisa pertahanin gelar juara kita". Semua menganggukan kepalanya. "Fel, cowok lo siapa?" Tanya Clarin. "Nanti juga tau" jawab Fely santai. "Lo gitu amat dah ke kita. Mau main rahasi-rahasian lo?" Tanya Clarin lagi. Fely tesenyum tipis. Ia ingin sekali jujur pada sahabat-sahabatnya. Tapi, ia masih malu jika teman-temannya mengetahui jika dirinya sudah menikah. Tidak akan ada yang percaya jika Fely mengatakannya tanpa adanya bukti. Teman-teman Fely sudah tahu bagaimana sikap Fely. Bagaimana dengan Fely yang tidak mau menikah muda. Tapi, apa kenyataannya sekarang? Fely sudah menikah dengan Barra. Walaupun bukan aib jika mereka mengetahui Barra merupakan suaminya. Secara Barra adalah tipikal pria yang Fely mau. Tapi tetap saja, kenyataan yang ada Fely sudah menikah. Di usia 17 tahun pula. Saat semua teman-temannya sedang menikmati masa muda, Fely dan Barra malah harus terjebak diperjodohan konyol ibunda mereka. "Spil aja dah kelas berapa?" Tanya Febri yang ikut penasaran juga. "Gue spil tipis-tipis nanti di ig hahaha" jawab Fely dengan nada becanda. *** TBC. I hope you like the story Don't forget to vote and comment  See you in the next part
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD